Share

Terpaksa

Penulis: Sasacuap
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-06 20:23:14

"Lepas!!" tampik Senja

"Kamu lupa, apa yang kamu katakan saat di rumah Senja, atau kamu pura - pura lupa?" tanya Rey pelan.

Senja memandang tajam ke arah Rey. Mata yang dulu berpedar cinta, kita sudah terpecik kebencian.

"Berprilakulah, seperti biasanya. Jika tidak mau terjadi suatu hal yang akan membuat kau, menyesalinya seumur hidupmu," tambah Rey lagi.

Senja terdiam. Dia hampir saja melupakan janjinya. Sejak malam itu, bersentuhan dengan Rey saja membuat Senja enggan.

"Ayo kita masuk," kembali Rey menggandeng tangan Senja. "Tersenyumlah yang manis. Jangan pasang wajah murungmu itu," tegur Rey.

Senja menerima paksa genggaman Rey, walau jiwanya selalu saja berteriak menolak, dan ingin menjauh saja. Rasanya seluruh tubuh beserta urat sarafnya, sudah membuat alarm tersendiri.

 Senyum palsu tercetak sempurna di wajahnya. Senyum yang selalu membuat banyak orang iri, melihat keharmonisan rumah tangga dirinya dan juga Rey.

"Bagus, menurutlah seperti itu. Jadilah tetap Senja yang dulu. Senja yang mencintaiku, dan juga menuruti semua apa yang aku katakan. Bukan sifatmu, membantahku bukan?"

Senja hanya mematung. Enggan menyahut pertanyaan Rey.

Saat Rey yang juga tidak membutuhkan jawaban Senja, masuk kedalam ruangannya. Setelah meninggalkan beberapa kalimat untuk Senja.

Senja melempar kasar bokongnya ke kursi bulat beroda. Hingga kursi itu bergerak mundur membentur dinding.

Senja membenturkan berulang kali kepala bagian belakangnya ke dinding pelan.

Cinta? Masih adakah rasa cinta itu? Rasanya cinta yang dulu meluap, kini berangsur menguap, dibakar api kebencian.

Tidak ada lagi rasa semangat Senja hari ini. Membuka map yang menumpuk di meja kerjanya saja, dia sudah sangat malas. Sampai Senja mengabaikan pekerjaannya pagi ini, pekerjaan yang menumpuk dua kali lipat dari hari biasanya.

"Bu Senja, bisa saya mendapatkan map kemarin hari ini?"

Seorang karyawan datang menegur Senja yang sedang melamun.

Otak Senja seperti kosong, dia tampak berpikir lama sebelum menjawab pertanyaan. "Baiklah, tunggu sebentar. Nanti saya kesana membawanya." jawab Senja akhirnya.

"Baiklah.."

Senja menghela napasnya panjang. Kemalasannya, tidak bisa sebentar menunda pekerjaanya, atau membuat pekerjaannya dapat selesai sendirinya.

Jujur, kaki Senja terasa terpaku, sekedar untuk bergerak masuk kedalam ruangan Rey. Tapi tetap saja Senja menarik paksa langkah kakinya masuk kedalam.

"Balajarlah menghargai waktu Senja. Jangan karena kemalasanmu, perusahaanku hancur," tegur Rey, tanpa melihat ke arah Senja.

Sejak tadi Rey sudah menunggu kedatangan Senja keruangannya. Senin adalah hari yang menyibukkan, membuat Rey masih fokus mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

"Maaf," jawab singkat Senja.

Senja segera meletakkan beberapa map yang telah dia cek, untuk ditanda tangani Rey. Barharap segera cepat keluar dari ruangan Rey. Tapi suara Rey yang kembali terdengar, membuat Senja tidak jadi mengambil langkah berbaliknya.

"Nanti sore, kamu akan kedatangan seorang istimewa, investor langka yang datang dari Dubai. Dia akan invest diperusahaan kita. Asal aku bisa mencarikan wanita yang bisa menemaninya berpesta nanti malam," papar Rey.

"Kenapa harus aku? Bisakan, mencari wanita lain Mas?" usul Senja.

Belum pernah sekalipun dia berhadapan dengan lelaki negara asing. Ada rasa was - was didalam hati Senja tentunya.

"Apakah masih harus bertanya? itu sudah menjadi pekerjaanmu bukan? Dan aku tidak menerima bantahan apapun." jawab Rey.

Pekerjaan? Mendengar kata itu, hati Senja terasa disiram air mendidih. Berarti selama ini, Rey mengaggapnya seperti wanita pekerja malam?

"Aku ini istrimu Mas! Bukan wanita malam yang selalu menjual tubuhnya ke lelaki hidung belang! Pekerjaanku melayanimu Mas, melayanimu!" ngebatin Senja.

"Tapi Mas, aku dengar orang dubai itu memiliki penyimpangan dalam berhubungan," jelas Senja.

Senja bukan orang yang tidak update dunia luar. Banyak siliweran gosip. Bagaimana orang Dubai yang sudah kelebihan uang, mencari cara untuk menghabiskan uang mereka yang tidak akan pernah habis itu.

Rey tertawa terbahak. Sekarang dia menatap ke arah Senja. Tatapan yang bukan menyiratkan cinta, tapi lebih ke hinaan.

"Kamu takut? Apa salahnya jika mereka meminta kamu memakan kotoran mereka? Bayarannya 30.000 dollar, belum lagi investasi yang akan kita dapatkan," terang Rey, sela tawanya.

"Kamu gila Mas. Itu hal yang menjijikkan. Memakan kotoran adalah hal yang tidak masuk akal. Binatang saja tidak mau memakannya," balas Senja.

Senja berusaha mengendalikan emosinya, walau sangat ingin melawan dan berteriak.

Brak!!!

Satu gebrakan Rey lakukan diatas meja kerjanya. Hingga beberapa barang berjatuhan ke lantai.

"Kamu yang gila Senja. Banyak wanita disana mau melakukannya. Tidak salahnya mencoba. Harusnya kamu sadar, dirimu lebih hina dan menjijikkan dari kotoran mereka," decih Rey.

"Tapi, aku masih menikmati kotoran itu bukan? Bahkan dulu hampir setiap malam kita malakukannya," hina Rey lagi.

Senja mengedipkan kedua matanya, hingga meluncur air mata yang membasah pipinya.

Ucapan Rey, lebih sadis dari hinaan yang tadi malam Senja terima.

Kotoran? Jadi selama ini Rey hanya menganggap dirinya kotoran?

Dalam diam, Senja mulai berpikir keras, sudah berapa lama Rey tidak menyentuhnya. Dua tahun, Senja baru sadar, dia terlalu sabar menanti. Selama itu Rey tidak menyentuhnya secara intim.

Apa karena dia terlalu lelah melayani laki - laki lain? Hingga terlalu pasrah saat tidak ada hubungan yang harusnya dilakukan antar suami dan istri?

"Kenapa diam? Aku benarkan?" tebak Rey.

"Sentuh aku Mas... Sentuh aku..." gumam Senja dengan suara bergetar.

Rey terkesiap, dia tidak berpikir Senja akan berkata hal seperti itu.

"Sentuh aku Mas. Bukankah, sudah dua tahun, kau tidak menyentuh kotoran ini? Sentuh aku Mas!" sentak Senja.

"Bukankah dulu kau suka menyentuhnya? Bahkan memujanya? Kenapa dua tahun ini, menghindar? Apa sudah terlalu bau, sampai ingin muntah?" Sindir Senja.

"Bukankah, hakku meminta nafkah batinku Mas? Aku cukup bersabar menunggu dua tahun, dengan berbagai alasan yang kamu buat Mas," telak Senja.

Rey masih terdiam, tapi bola matanya sudah menyala marah.

"Kau mau meminta hak mu? Baiklah, lakukan tugasmu malam ini. Setelah itu, aku akan berikan hakmu. Sekarang, keluar dari ruanganku!" bentak Rey berang.

Senja mulai ketakutan, dia sangat takut jika Rey kembali mengeluarkan ancamannya. Sebelum Rey bertambah marah, Senja segera keluar dari ruangan Rey.

Di meja kerjanya, Senja terduduk lemas. Dia segera menghapus jejak air matanya. Pikirannya kembali melalang buana.

"Ya Tuhan, kenapa tidak Kau cabut saja nyawaku?"

Jika seperti ini, Senja ingin sekali cepat mati. Tapi mengingat Bumi, Urung Senja berpikir kematian. Apalagi sekarang Senja tahu, bagaimana Rey dengan Bumi.

Sekarang Senja tahu, siapa yang harus dia salahkan. Masa lalunya lah yang harus dia salahkan. Jika kejadian dulu tidak terjadi, mungkin semua tidak akan seperti ini.

"Dasar lelaki biadab! Jika bukan karenanya, hidupku tidak akan seperti ini. Jika sampai aku bertemu dengannya, aku akan membunuhnya!" pekik Senja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Aku Baik-baik Saja

    Senja menghirup udara segar di daerah perkampungan. Biasa yang terpandang matanya adalah bangunan yang tinggi menjulang. Kini sepanjang mata yang memandang hanya hamparan hijau dari kebun dan juga sawah. Sungguj sangat menyegarkan matanya."Ma, mana permainannya. Kata mama disini ada permainan? Lihat ini," keluh Bumi. Dia menyodorkan gawainya yang sinyalnya sering hilang dan timbul, hingga dia tidak bisa bermain game yang ada di gawainya. "Bumi mau balik ke rumah ma," sungut Bumi. Terbiasa di kota, membuatnya sangat asing dengan daerah yang dia datangi, belum lagi orang-orang disekitarnya terlihat aneh baginya. Bagaimana tidak aneh, mereka semua memandang ke arah Bumi dengan mata yang tidak berkedip."Ma, Laura cantikkan? Kata nenek, dulu gadis cantik disinu, rambutnya di kepang dua," ucap Laura. Sangat berbeda dengan abangnya. Dia sangat semangat berada di kampung. Apalagi banyak tumbuhan bunga cantik disekitar rumah yang sangat jarang terlihat di kota."Sabar. Baru juga semalam. Kem

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mendekati Akhir

    "Ma, kita mau kemana?" tanya Bumi. Dia membantu mamanya meletakkan pakaiannya ke dalam koper."Kita akan berlibur. Kalian kan sedang liburan sekolah. Jadi kita akan ke kampung neneknya Laura. Sejak kamu lahir, belum pernah mama ajak ke daerah perkampungan," jelas Senja.Pagi ini, setelah suaminya berangkat kerja. Senja mengajak Bumi untuk berkemas. Dia tidak berniat meminta izin pada Langit. Karena sudah lama juga mereka berdua menjadi orang asing, seperti tidak saling mengenal. Bukan itu saja, bahkan suaminya memilih tidur di kamar yang lain, tidak seranjang bersamanya."Apa disana banyak permainan?" tanya Langit. Dia hanya tahu liburan selalu berhubungan dengan permainan."Ya, banyak. Disana banyak permainan yang tidak akan kamu temukan di kota," jelas Senja.Bola mata Bumi berbinar cerah. Dia jadi penasaran permainan seperti apa yang ada disana.Setelah memastikan barang yang akan dibawa sudah terkemas dengan baik. Senja mendatangi kamar Laura Dimana ada Ririn dan juga Laura di dal

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Haruskah mundur?

    "Dari mana kamu Senja?" tanya Ririn. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Tapi tidak menemukan Senja berada di atas ranjangnya. Dia sempat panik, tapi seketika hilang disaat melihat Senja sudah mulai masuk ke dalam kamar kembali."Hanya menghirup angin malam sebentar bu. Bosan rasanya di aras ranjang. Kebanyakan tidur, membuat Senja tidak bisa tidur kembali. Maaf sudah membuat ibu khawatir," jelas Senja. Dia berusaha tersenyum selebar mungkin, untuk menutupi hatinya yang sedang porak poranda.Balasan senyum diberikan Ririn. Walau wajah Senja tersenyum, dia bisa melihat mata Senja yang sendu. Seberapa banyak anaknya itu menutupi kesedihannya sendiri. Ingin Ririn medengar semua beban yang membuat sedih anak dari majikannya dulu itu."Besok sepertinya kita sudah bisa kembali bu. Senja sekalian mau ambil cuti. Rasanya ingin kembali merasakan suasana hijau, pasti tenang ya bu," celetuk Senja lagi. Dia sudah berjalan dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Merasa Senja mengajaknya

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harapan Kosong

    Lenguhan keluar dari bibir Senja. Pandangan Senja langsung bergerak liar untuk meraba area sekitarnya saat ini. Dia masih ingat, jika tadi dia masih berada di tamab rumah sakit, dia juga masih sadar, saat dirinya akan kehilangan kesadarannya."Kamu sudah sadar nak? Kenapa sampai bisa pingsan? Untung saja janinmu baik-baik saja," seru Ririn. Saat melihat Senja mulai membuka mata, dan seperti kencari sesuatu yang berada di dalam kamar inap yang mereka tempati.Tatapan Senja menyiratkan kekecewaannya. Tidak ada lagi rona warna bahagia terpantuk disana, hanya tinggal warna hitam dan putih saja. Di ruangan yang besar, ada satu tempat tidur untuknya. Tapi tidak ada suaminya disana. Dimana Langit? Apakah dia sesibuk itu dengan Aurora sekarang ini? Hingga tidak tahu keberadaan dan keadaan dia sekarang? Hati Senja merasa tusukan-tusukan duri tajam yang terus menusuk tanpa ampun."Kenapa? Cerita sama ibu, jangan pendam masalahmu sendiri. Apa kamu mencari suamimu? Apa perlu ibu memanggilnya, agar

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mencoba Tegar

    Sudah beberapa hari berjalan, Senja dan Langit melakukan perang dingin. Langit dengan ego besarnya, selalu pergi bekerja terlebih dahulu, membiarkan Senja berangkat bersama supir mereka."Ma, papa kenapa?" tanya Bumi.Ternyata anak-anaknya juga sampai merasakan perbedaan yang terjadi diantara mereka."Papa sedang sangat sibuk. Jadi terburu-buru dan duluan pergi. Kalau mama kan sdang hamil," alasan Senja.Bumi menatap curiga pada mamanya. Tentu tatapan Langit langsung membuat mamanya salah tingkah, dan tidak berani membalas tatapan matanya."Laura, gimana sekolahnya. Teman barumu, masih mau terus dekat-dekat abang?" tanya Senja. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan."Masih ma. Katanya dia mau ketemu dan berkenalan dengan calon mertuanya. Siapa sih ma, calon mertua itu? Sampai abang makin marah da mengusir kami," tanya Laura penasaran.Senja tersenyum tipis. Dia jadi penasaran dengan teman Laura. Kenapa bisa berpikir sedewasa itu. "Calon mertua itu, sebutan untuk mama, dan papa untuk pasa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Permintaan Bodoh

    "Kamu dari mana?" tanya Langit. Saat Senja kembali ke kantor. Langit sudah berada di ruangan mereka.Sebelum menjawab. Senja tersenyum pada suaminya. Menyiratkan jika dia baik-baik saja. "Mas pasti tahu, aku dari mana," jawab Senja.Helaan napas panjang keluar dari bibir Langit. Dia tahu, dia sempat menguntit istrinya tadi, dan dia juga terkejut dengan kondisi Aurora. Ada rasa bersalah dan ingin melindungi wanita yang dulu pernah mengisi hatinya."Jangan kesana lagi. Dia hanya masa lalu mas. Mas tidak mau kamu terluka," sahut Langit.Senyum Senja semakin melengkung. Kalimat Langit sudah memberitahukan jika suaminya tahu, jika di rumah sakit itu ada masa lalunya yang sedang terbaring lemah."Jangan marahi Maira. Dia hanya meminta tolong padaku. Aku sudah berjanji akan membantu biaya rumah sakit dan juga operasi temannya," jelas Senja. Lidahnya tidak bisa menyebut nama Aurora di depan suaminya."Terserahmu," jawab singkat Langit. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya, daripada mengajak Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status