Mendengar ucapan dari Daffa membuat Alma merinding. Akan tetapi, ia tidak peduli karena ia yakin Daffa bukan orang yang seperti itu.
"Memangnya kamu berani melakukan hal itu? Pria ganjen seperti kamu, mana mungkin berbuat seperti itu pada wanita, betul kan?" kata Alma menyeringai.
"Ya tapi—"
Belum juga Daffa selesai bicara, Alma langsung menyelangnya, "Sudah lah tidak perlu dibahas! Nanti setanmu benar-benar mendengarkannya! Dan itu sangat berbahaya bagi pria ganjen sepertimu!"
Daffa pun terkekeh-kekeh mendengar ucapan dari gadis itu. Mereka berdua segera mencari kamar yang sudah diberitahu oleh pihak staff hotel. Dan akhirnya, tanpa menunggu waktu yang lama, mereka m
Alma merutuki kekesalannya pada pria yang baru saja dikenalinya. Sampai-sampai gadis itumendadak diam membisu dengan apa yang telah terjadi. Ia benar-benar tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan, sebab rasanya begitu beda dan terasa mengganjal dalam hati.Alma duduk di tepi ranjang sembari menatap telapak tanganya yang sudah berani memegang adik kecilnya Daffa. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya berani memegang area terlarang itu, tanpa ada rasa malu sedikitpun. Sementara, Daffa masih sibuk berbicara dengan staff hotel yang teleponnya sudah terhubung dengan pihak tersebut."Apa yang sudah terjadi? Ya ampun, ini sulit dipercaya!" kata Alma dalam hatinya.Alma mengingat kejadian-kejadian bersama Daffa mulai dari telanjang di depan Daffa, dan disentuh area sensitifnya oleh Daffa hingga membuat dirinya terbuai oleh hasratnya yang sudah membara. Dan kini dirinya malah berani membangunkan adik kecilnya Daffa yang
Daffa terus saja ngomel-ngomel karena Alma tak kunjung mau bertanggung jawab. Padahal, Daffa sadar kalau semua itu adalah salahnya sendiri."Ya terserah lah, itu kan bukan urusannya aku!" kata Alma menyunggingkan bibirnya."Bagaimana bisa kamu bilang seperti itu, sementara ini semua ulahnya kamu! Coba kalau kamu tidak menyentuhnya, pasti urusannya gak bakalan seperti ini!" kata Daffa geram."Ya terus aku harus bagaimana?" tanya Alma yang semakin jengkel."Apa aku harus mengajarimu, bagaimana cara menidurkan adik kecilku secara detail? Atau aku harus memesankan video tutorial, cara menidurkan barang berhargaku ini, biar kamu nonton sepuasnya?" kata Daffa menyengir licik."Tinggal pejamkan mata kamu, lalu tidur apa susahnya? Masa iya aku harus ngelonin barang milik kamu yang bentuknya seperti itu!" kata Alma sembari memicingkan matanya."Hey, memangnya kamu sudah melihat bentuk ya
Sebelumnya ...Di dalam kamar, Karin terlihat sedang serius membereskan alat-alat make-up dan beberapa keperluan pribadinya untuk dimasukan ke dalam tas mewahnya itu. Ia juga tidak lupa memasukan beberapa kartu ATM gold dan beserta beberapa uang tunai dan juga ponselnya.Sebelum berangkat, Karin juga tidak lupa untuk merapikan pakaian yang dikenakannya itu agar terlihat anggun dan modis. Setelah semuanya beres, ia pun segera keluar dari kamarnya.Namun, tampaknya Karin terlihat begitu tergesa-gesa, karena hari itu jadwalnya Karin untuk pergi ke rumah orang tuanya yang berada di kota Bandung. Ia tidak ingin terlambat sedikitpun walau hanya untuk menemui keluarganya.Setiap pulang ke rumahnya, Karin selalu membawakan sejumlah uang untuk kedua orangtuanya dalam jumlah yang cukup besar. Maka dari itu, ia takut jika hal ini diketahui oleh mertuanya, maka ia tidak bisa memegang uan
Nyonya Cristin benar-benar geram dengan apa yang sudah dikatakan oleh putra semata wayangnya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa memberikan sebuah perusahaan dengan cuma-cuma walau untuk besan sendiri. Nyonya Cristin sampai pusing tujuh keliling, atas tindakan sang putra karena sangat ceroboh dan mudah percaya sama orang lain. "Sayang, apa kamu sudah tidak waras? Bisa-bisanya ngasih perusahaan tanpa sepengetahuan mama dan papa? Apa kamu pikir, dengan memberi perusahaan kepada mertua kamu, terus kamu bisa membuat keluarga ini menjadi harmonis?" Nyonya Cristin terus saja ngomel-ngomel karena kesal kepada anak semata wayangnya. "Tidak, Mah. Tujuannya bukan seperti itu. Aku sengaja memberi kesempatan kepada ayahnya Karin, untuk mengelola perusahaan itu, karena aku lihat cara kerja ayahnya Karin sangat bagus. Dan aku sebagai men
Daffa dan Alma masih menikmati suasana makan siangnya. Mereka saling melontarkan candaan dengan sangat gembira. Kebersamaan mereka berdua seakan terlihat sudah seperti layaknya sepasang kekasih, bahkan Alma semakin terlihat nyaman dengan adanya Daffa di sisinya.Apa yang Daffa rasakan saat bersama Alma, benar-benar melupakan segalanya, bahkan istrinya sendiri pun sudah tak diingat nya lagi. Yang ada dalam benaknya hanyalah Alma, Alma, dan Alma saja.*****Sementara di sisi lain, Karin sudah sampai di depan rumah orang tuanya. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah. Dan tidak lama kemudian, ibunya yang bernama Desy itu datang menghampirinya dan langsung menyambut Karin dengan gembira."Karin!" teriak Bu Desy sembari menghampiri puterinya."Mama!" balas Karin dengan sumringah.
Sementara di tempat lain, duabodyguardnyaDaffa sudah menemukan rumah Alma, ia diberitahu oleh warga Sukabungah yang hendak melayat ke sebuah rumah warga. Namun betapa terkejutnya, mereka bahwa rumah yang akan dilayat nya adalah rumah Alma. Sontak saja mereka segera menghubungi bosnya dengan cepat.Sementara Alma dan daffa setelah selesai makan siang, mereka menuju pusat perbelanjaan yang jaraknya tidak jauh dari area hotel Amaris. Mereka berdua masih dengan candaannya dan bahkan senyuman manis masih tersungging dalam bibir Alma. Bagaimana tidak, Daffa membelikan beberapa barang-barang yang begitu mahal dan bermerk, bahkan tanpa Alma minta pun Daffa membelikannya. Hal ini menjadi kesenangan bagi naluri wanita, jika sesuatu yang diinginkan ternyata dikabulkan oleh orang yang disayanginya."Ya ampun! Si Bos lagi ngapain sih! Di telepon gak diangkat-angkat!" gerutu Farhan sembari menggenggam ponselnya."Masih
Daffa benar-benar merasa bersalah, tidak seharusnya ia mengajak Alma menikah. Tapi apa mau dikata, ia sudah terlanjur cinta dan tidak mau melepaskan Alma yang sudah ada di dalam genggamannya."Pokoknya, aku tidak mau dalam pernikahanku ada kebohongan, yang akan membuat rumah tanggaku hancur. Kalau begitu, dari sekarang aku mesti jujur pada Alma, kalau aku masih ada ikatan pernikahan dengan perempuan lain. Aku pasti bisa!" kata Daffa dalam hatinya."Ya benar kata Bapak! Lebih cepat lebih baik, tapi saya masih menghargai kalian yang sedang berduka, jadi ... mungkin setelah selesai 40 harinya mendiang ibu Alma, saya bisa menikahi Alma, Pak," tutur Daffa dengan tegas."Nah kan! Apa bapak bilang, Nak Daffa pasti akan menikahi kamu, Nak!" ujar Pak Santoso sembari melirik ke arah Alma.Alma pun hanya bisa tersenyum manis, dan meras bahagia, walaupun rasa sedih masih menyelimuti hatinya, tapi hatinya tidak bi
BrakkSeketika itu pula, keduanya merasa kaget dan gelagapan. Daffa langsung tersungkur ke bawah ranjang saking begitu kagetnya. Sementara, Alma hampir saja ikut terjatuh."Adam!" teriak Daffa dan Alma dengan serempak."Ya elah Kakak! Ngapain kalian berduaan di kamar, kalian belummahramnya. Aku bilangin sama bapak loh!" kata Adam menyunggingkan bibirnya."Jangan dong, jadi adik gitu amat sih!" kata Alma kesal."Ya udah sana keluar! Ngapain coba malah diam di sini! Mau aku bilang ke bapak ya?" kata Adam menyeringai."Iya-iya aku keluar!