Share

Foto Suamiku

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-05 14:57:07

BAB 2

"Dina, yang lewat barusan Mas Arga, kan? Siapa perempuan yang bersamanya?" tanyaku lagi sebab Dina belum juga membalas pertanyaanku. 

"Iya tadi Mas Arga, Mbak. Perempuan itu sebenarnya saudara kita juga, cuma baru kali ini dia datang ke rumah sejak suaminya meninggal beberapa tahun silam. Ibunya Arvin itu masih hamil, Mbak. Tadi dia bilang pengin makan mangga muda, makanya Mas Arga berusaha bantuin dia sekalian cari angin katanya," ucap Dina menjelaskan. 

Aku manggut-manggut saja meski Dina pun tak tahu anggukan kepalaku. Oh, jadi perempuan itu sudah memiliki anak sebelumnya yang bernama Arvin dan kini dia tengah hamil muda. 

"Mbak tak perlu risau. Ada aku di sini. Kalau Mas Arga nakal, biar aku yang beri dia pelajaran," ucapnya lagi dengan tawa yang sama setelah melihatku tersenyum dan menganggukkan kepala. 

Tak selang lama dia pamit sebab Mas Arga memanggilnya. Mungkin Mas Arga tak tahu jika saat ini Dina tengah ngobrol denganku. 

Setelah menutup video call itu aku kembali berpikir tentang ucapan Dina tadi. Ibunya Arvin hamil dan cari mangga muda. Persis dengan teriakan Dina sebelumnya. Tapi kenapa tadi Mas Arga bilang mungkin pemain sinetron yang ngidam? 

Padahal kata Dina barusan saudara jauh mereka yang ngidam. Buat apa ditutupi segala, tapi ... Dina bilang dia baru datang lagi setelah kepergian suaminya beberapa tahun silam. Jika suaminya telah pergi, lantas sekarang dia hamil dengan siapa? 

Pikiranku semakin kacau sejak kejanggalan di rumah ibu tadi. Sosok perempuan itu benar-benar mengusik ketenanganku. Daripada semakin pusing dan menduga-duga, aku pun membuka aplikasi biru di handphoneku untuk sekadar cuci mata. 

Kedua mataku membola saat kulihat foto Mas Arga muncul di sana. Foto yang diunggah oleh teman SMAku sendiri, Rita. Foto yang menampilkan Mas Arga dengan seorang perempuan dan dua anak kembar. 

Apalagi ini? Kepalaku mendadak pening memikirkan semuanya. Ketakutanku akan pengkhianatan Mas Arga kini justru semakin terasa. Aku tak mungkin diam saja dan pasrah menerima segala dusta yang tercipta kan?

[Rit, foto di mana ini? Seru banget sepertinya] 

Aku yakin laki-laki di foto itu adalah Mas Arga. Aku nggak mungkin keliru sebab ada beberapa fotonya di sana. Foto yang nyaris semuanya dengan senyum ceria seolah tak ada beban yang dipikulnya.

[Iya, Ren. Seru banget. Ini acara anniversary kecil-kecilan teman sekaligus tetanggaku]

Beberapa menit kemudian kubaca balasan dari Rita. Hatiku memanas, dada pun tiba-tiba terasa sesak membaca komentar dan melihat deretan foto itu. 

Bagaimana mungkin Mas Arga merayakan anniversary bersama perempuan lain, sementara selama ini kupikir akulah istri satu-satunya yang dia punya.

Bagaimana bisa dia mendua, padahal selama tiga tahun bersamaku, tak pernah sekalipun gelagat aneh dan mencurigakan dalam sikapnya? 

Sikapnya padaku teramat manis dan romantis bahkan nyaris sempurna hingga membuat beberapa teman dekat dan tetangga iri melihat kisah rumah tanggaku dengannya, sekalipun selama tiga tahun bersamanya aku belum dikaruniai buah cinta. 

Tiga tahun bersama, tak pernah sekalipun dia bersikap kasar atau membentakku. Dia sangat lembut seolah memperlakukanku seperti ratu. Sungguh, kenyataan yang kuterima detik ini benar-benar membuatku setengah gila. 

Mungkinkah perempuan di foto itu adalah perempuan yang sama di rumah ibu tadi? Ibunya Arvin yang tengah berbadan dua? 

[Mereka ini LDR, Ren. Jadi tiap kali bertemu pasti mengadakan syukuran kecil-kecilan. Hanya teman dekat saja yang diundang. Banyak yang iri dengan keharmonisan mereka, termasuk aku]

Tanpa kuminta, Rita kembali menjelaskan. Rita memberikan komentar dengan diakhiri emoticon senyum. Lagi-lagi balasan yang membuat hatiku teriris perih. 

Ah, kupikir hanya akulah perempuan yang diirikan banyak orang karena sikap manis Mas Arga, ternyata ada perempuan lain di luar sana yang memiliki peran sama. Aku ... tak lagi istimewa. 

Sebenarnya aku dan Rita tak terlalu akrab saat sekolah menengah atas sebab dulu hanya sekali aku satu kelas dengannya. Itupun di tahun pertama kami menginjakkan kaki di kampus abu-abu. Namun saat bertemu di dunia maya, kami mulai sering bertukar kabar dan komentar. 

Setahuku Rita dan keluarga kecilnya kini tinggal di Jogjakarta, sementara aku masih tetap di Jakarta bersama suamiku setelah bapak tiada sebulan pasca pernikahanku dengan Mas Arga. 

Setelah perpisahan SMA sepuluh tahun lalu, aku dan Rita memang belum pernah bertemu secara nyata, hanya via medsos saja aku dan dia saling menyapa. 

[Jadi, laki-laki di sampingmu itu suami temanmu?] 

Kembali kukirimkan komentar di sana untuk meyakinkan dugaanku meski dengan mata berkaca dan jari mulai terasa gemetar. Ada luka yang mulai terasa menyesaki dada. 

Namun aku begitu berharap Rita bisa menceritakan secuil kisah rumah tangga temannya itu padaku. Aku ingin tahu siapa sosok suamiku sebenarnya. 

[Benar, Ren. Dia Arga, suami temanku itu. Kemarin, mereka merayakan hari pernikahan yang keempat dan mereka sudah dikaruniai dua orang anak kembar. Otw tiga, sebab Dira sudah hamil lagi yang ketiga| 

Glek. Aku menelan saliva saat membaca komentar panjang Rita di sana. Dia menjelaskan cukup detail apa yang kuinginkan tanpa perlu bertanya lebih. Komentarnya sejak tadi seolah sudah menjelaskan semuanya. 

Benar dia Mas Arga suamiku. Aku kenal betul arloji yang melingkar di tangan kirinya sebab akulah yang memberikannya dua minggu yang lalu sebagai hadiah anniversaryku dengannya. Pernikahan kami yang baru menginjak tiga tahun. 

Tak hanya itu, aku kenal betul bagaimana senyum suamiku dan apapun yang melekat dalam tubuhnya termasuk gayanya berpakaian. Tak mungkin salah, dia memang Mas Arga. 

Rasanya tak ingin kembali mengulik rumah tangga orang lain, tapi kali ini terasa berbeda sebab foto yang terpajang di sana jelas suamiku tercinta. Tak salah jika sekarang aku berusaha mencari informasi tentangnya kan?

Aku masih cukup shock, suami yang selama tiga tahun ini selalu membersamaiku, ternyata dia memiliki istri dan anak dari perempuan lain. Perempuan yang kini kutahu justru menjadi istri pertamanya, sementara akulah yang kedua baginya. 

[Oh, kupikir suamimu, Rit. Lantas suami dan anakmu yang mana?]

Aku pun mulai bersandiwara untuk mendapatkan informasi lebih tentang Mas Arga darinya. Aku yakin dia memiliki banyak informasi tentang keluarga kecil itu. 

Keluarga yang terlihat begitu bahagia dengan dua anak lelaki mereka dan menanti kehadiran anggota baru yang ketiga. Betapa perbedaan ini terlalu jauh dibandingkan keluargaku, aku yang belum juga merasakan berbadan dua selama tiga tahun ini. 

[Wah, mau juga punya suami seperti Mas Arga itu. Romantis, penyayang keluarga, tanggungjawab dan setia. Ah sudahlah. Btw aku baru berpisah dengan suamiku dua bulan lalu, Ren]

Balasan Rita kali ini justru membuat kedua mataku semakin membola. Seperti itu pulakah sosok Mas Arga di matanya? 

Ternyata sikap Mas Arga pun tak berubah saat bersama istri pertamanya. Tetap saja romantis, penyayang, tanggungjawab dan ...  setia, katanya? 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
dibohongin satu keluarga suami lagi
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
berasa di bohongin karen.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI   Definisi Bahagia (Tamat)

    Raka Abidzar Syahputra. Nama spesial untuk anak lelakiku yang tampan. Anak Sholeh yang kini berusia satu minggu dan kami mengadakan acara aqiqah dan syukuran kecil-kecilan untuk menyambut kehadirannya sebagai pelengkap bahagia dan pelita kedua orang tuanya. Dua kambing sudah terpotong. Pemilik catering membawakan nasi box lengkap dengan gulai dan sate di dalamnya untuk para tamu yang kebanyakan para tetangga. Keluarga Pak Darwin pun datang. Atasan Mas Arga itu datang dengan istri dan anak lelakinya yang kutaksir berusia sekita enam atau tujuh tahun.Mereka duduk lesehan berbaur dengan tamu yang lain. Ngobrol ke sana-sini begitu ramah, tak terlihat angkuh meskipun orang berada dan memiliki jabatan penting di kantor. Keluarga Pak Darwin memang patut diacungi jempol karena sangat humble dan merangkul semua orang, tak peduli bagaimana strata sosial mereka. "Mas, ibu beneran nggak bisa datang ya?" tanyaku lirih saat Mas Arga membuka pintu kamar dengan membawa segelas air putih dan kue se

  • ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI   Prediksi Meleset

    Waktu terus bergulir. Semua terasa semakin indah jika aku menikmati takdir. Apapun itu, kuyakin semua yang terbaik dan indah. Beginilah hidupku sekarang, fokus dengan kehamilanku karena dilarang Mas Arga bekerja. Dia bilang, sudah waktunya aku berhenti berkarir di luar dan fokus dengan kehidupan di dalam rumah. Tak terasa syukuran empat dan tujuh bulan berlalu sedemikan cepat. Ibu sekeluarga sempat datang di acara tujuh bulanan lalu. Wajah Dira terlihat lebih segar dan cantik meski belum sepenuhnya sembuh dari amnesia. Tapi sangat banyak memori yang sudah diingatnya. Terutama soal Mas Rangga yang telah pergi ke sisiNya. Ibu dan Dina perlahan membantunya mengingat siapa dan kenapa Mas Rangga pergi. Mereka juga mengajak Dira ke makam almarhum suaminya tiap dua minggu sekali karena memang tak terlalu jauh dari rumah. Album foto pun dibuka lebar, dengan telaten ibu menceritakan semuanya perlahan. Begitulah yang diceritakan Dina waktu itu dan aku cukup bersyukur memiliki keluarga yang s

  • ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI   Berpisah

    "Karen, aku di sini seminggu lagi saja ya? Sepertinya anak-anak sudah mulai dekat dengan kamu. Biar mereka tahu kalau kamu adalah tante yang baik dan penyayang, tak seburuk yang mereka bayangkan. Setelah semuanya membaik, aku akan minta Mas Arga untuk mengantar pulang. Dina bilang dia juga masih seminggu lagi liburnya, jadi nanti biar pulang bareng-bareng." Ucapan Dira seminggu lalu membuatku bahagia. Setidaknya aku memiliki waktu lebih untuk mengenal lebih dekat kedua anak tampannya itu. Aku tak mungkin membiarkan anak sekecil mereka membenciku membabi buta seperti itu kan?Aku yakin, dengan ketulusan akan lebih mudah mencuri hati anak-anak seperti mereka. Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan karakter. Mereka cenderung polos dan peniru ulung akan apapun yang dilihat dan didengarnya. Oleh karena itu, setiap orang tua harus berhati-hati saat bicara atau bertingkah laku di depan anak-anak karena akan ditiru oleh mereka. Hal-hal baru yang mereka temukan di lingkungannya setiap hari

  • ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI   Kado Spesial

    "Alhamdulillah kamu nggak kenapa-kenapa, Sayang. Cuma shock aja tadi kena hantam vas itu," ucap Mas Arga sembari memijit lenganku. Sejenak kuedarkan pandangan. Ada ibu dan Dina di samping kiri, di sebelah kanan ranjang ada Mbak Lina dan Dira. Sementara anak-anak masih duduk di sofa di sudut kamar. Mereka menunduk dalam diam.Aku tak tahu apa yang terjadi setelah pingsan tadi. Mungkinkah si kembar diomeli Mas Arga? Entah. Namun yang kulihat sekarang, anak itu cukup ketakutan melihatku terbaring dengan perban menempel di kening. Dokter Aris yang tak lain tetanggaku, baru saja memeriksa dan memberikan vitamin untukku. Dia bilang aku anemia hingga diminta meminum beberapa butir pil penambah darah. "Sayang, lain kali nggak boleh kasar sama orang tua ya? Apalagi itu Tante Karen. Kasihan Tante sampai pingsan dan sakit begitu. Lihat deh, perut Tante Karen itu besar karena ada adik bayi di sana. Kalau kalian tendang-tendang, pukul atau lempar-lempar lagi ke tante, kasihan kan? Adik bayinya

  • ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI   Permintaan Dira & Anaknya

    Sepuluh hari Dira dirawat, akhirnya pagi ini diperbolehkan pulang. Dia semakin membaik meski ingatannya belum jua pulih. Tak apa, seiring berjalannya waktu semua akan kembali seperti semula. InsyaAllah jika DIA meridhoi semuanya. Dira duduk di kursi roda yang sudah disiapkan Mas Arga untuknya sebelum dia berangkat kerja. Arvin dan Irvan pun begitu antusias menyambut kepulangan Dira. Meski akhirnya mereka kecewa dan menangis sebab Dira tak mengingat siapa pun termasuk kedua anaknya. "Mama kenapa? Mama nggak ingat sama Irvan?" Tangis Irvan pecah saat Dira menanyakan siapa nama anak lelaki di depannya detik ini. Arvin pun sama saja. Dia merangkul saudara kembarnya dan menangis bersamaan. Sungguh, tak tega melihat anak sekecil mereka harus merasakan kehilangan seperti ini. Kehilangan cinta mamanya untuk sementara karena amnesia. "Mereka anak kembar kamu dengan Mas Rangga, Dira. Mereka belahan jiwamu," ucap ibu menjelaskan. Dira masih saja bengong, tapi tak lama setelahnya senyum tipis

  • ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI   Lembar Terakhir

    Hari ini adalah hari cukup bersejarah bagiku. Seumur hidupku, tak pernah sekalipun aku dipermalukan di depan orang banyak, tapi tadi pagi hidupku serasa dijungkir balikkan seketika. Aku yang biasanya dimanja, dicinta dan dihujani perhatian, kini justru menjelma menjadi seorang perempuan yang memprihatinkan. Dihujat, dicaci maki dan ditertawakan. Tak hanya satu dua orang, tapi banyak orang. Sakit sekali rasanya, Ya Allah. Andai ada lubang di dalam bumi, rasanya aku ingin sembunyi di sana beberapa saat lamanya hingga keluar saat nyaliku sudah menyala kembali. Namun sayang, aku memiliki kehidupan lain yang harus tetap kuperjuangkan. Aku tak bisa semudah itu memilih pergi, sementara ada kedua malaikat kecilku di sana menanti. Bersama sepi, aku kembali merenungi semuanya. Mengingat kisah demi kisah lima tahun belakangan. Saat kepergian Mas Rangga ke sisiNya hingga akhirnya Mas Arga yang menggantikan posisinya. Tiap kali mengulang kisah itu, aku merasa begitu berdosa. Betapa tak bers

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status