Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 315. Excel Al Farizi

Share

Bab 315. Excel Al Farizi

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-03-20 14:42:02

Suasana rumah Lani lebih ramai dari biasanya. Sejak pagi, halaman depan sudah dipenuhi sanak saudara yang datang dari berbagai tempat. Beberapa tetangga membantu di dapur, memasak daging kambing yang sudah disembelih pagi tadi. Para lelaki duduk di bawah tenda sederhana, menyiapkan tusuk sate dengan cekatan.

Towirah menggendong bayi mungil yang baru selesai dimandikan. Pipinya merona, rambutnya yang hitam dan lebat terlihat kontras dengan kulitnya yang masih kemerahan.

"MasyaAllah, lihat rambutnya ini! Persis rambut ibunya," seru Marni, yang tengah duduk di dekat pintu sambil mengipasi wajahnya karena kepanasan habis masak di tungku. Orang sini kalau masak besar memang masih pakai tungku dengan kayu yang banyak terdapat di desa itu.

Salma terkekeh. "Kalau nanti timbang rambutnya, pasti berat. Bisa-bisa lebih mahal dari harga kambingnya," godanya.

Towirah tertawa kecil, membetulkan selendang yang ia gunakan untuk menggendong bayi itu. "Kalau mirip bapaknya gimana?" tanyanya.

"Tuh!" Tuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Alai Syahrul Nizam
Senja mau ikut Alzam kali..
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
pasti senja mau buat keputusan untuk tinggal sama ibunya itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 316. Keputusan Senja

    ."Sebentar, ya. Kamu duluan ke belakang, nanti Tante nyusul," bisik Elmi. "Tante ssolat duluh."Rumah Lani perlahan mulai lengang setelah acara aqiqah selesai. Aroma sate yang masih menguar bercampur dengan angin sore yang semakin dingin. Beberapa tamu masih bercakap-cakap di teras, menunggu giliran beranjak pulang untuk sholat Maghrib.Di halaman, beberapa anak kecil berlarian, tertawa-tawa sambil menggenggam permen yang dibagikan tadi. Suara sendok dan piring masih beradu di dapur, pertanda beberapa ibu-ibu sedang membereskan sisa hidangan."Dilanjut nanti saya, Yu. Ayo sholat duluh," ajak Towirah."Iya, giliran, Yu," jawab salah satu tetangganya.Di sudut lain, setelah sholat, Senja duduk di bawah pohon jeruk yang rindang. Matanya menerawang ke langit, memandangi warna jingga yang mulai memudar. Sejak tadi, ia merasa dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang belum tuntas dalam pikirannya."Senja!"Sebuah suara mengagetkannya. Azra datang berlari kecil, membawa sisa permen yang tadi i

    Last Updated : 2025-03-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 317. Menguatkan

    Aqiqah hampir usai. Usai makan, tamu-tamu mulai berpamitan, beranjak pulang untuk Maghrib. Di teras, anak-anak masih berlarian, tertawa. Di pojok ruangan, Mira masih menggendong Excel. Bayi itu tertidur pulas, tubuh mungilnya hangat di dada Mira, terbungkus selendang yang dililit dengan rapi. Towirah tadi yang mengajarinya cara menggendong dengan benar. Towirah memang masih suka cara lama, menggendong bayi dengan selendang. Makanya dia selalu pakai gendong Excel, selendang yang dihadiai Marni itu.Rey menyandarkan punggungnya ke tiang, memperhatikan Mira yang terlihat begitu alami sebagai seorang ibu. Ia menyilangkan tangan di dada.“Kamu udah cocok, Mir,” ujarnya pelan.Mira menoleh dengan alis terangkat. “Cocok apanya?”Rey mendekat, melirik bayi dalam gendongan Mira. “Gendong bayi. Jadi ibu.”Mira mencibir. “Jadi ibu tuh nggak sekadar bisa gendong bayi, Rey.”Rey mengangguk, masih tersenyum. “Tapi kamu cocok. Aku serius.”Mira menghela napas, berusaha tak menggubris. Tapi Rey tak

    Last Updated : 2025-03-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 318. Fiting baju

    Rumah Bu Gita pagi itu ramai dengan suara tawa kecil dan percakapan pelan. Dupa membakar di sudut ruangan, bercampur aroma bunga kenanga yang menggantung di pintu masuk. Ukiran kayu jati di dinding dan rak berisi kain-kain batik lawas memberi nuansa klasik yang khas.Mira melangkah ragu ke dalam, sementara Rey berjalan di belakangnya dengan santai. Matanya menelusuri berbagai kebaya yang tergantung rapi di balik lemari kaca besar."Sudah siap fitting?" suara Bu Gita terdengar ramah, wajahnya berseri. Wanita setengah baya yang masih cantik di usianya itu tersenyum ramah.Mira mengangguk, sementara Rey hanya tersenyum tipis."Wah, bener kata kamu, Marni. Ngak tanggung-tanggung besarnya menantumu ini.""Iya, Bu. Ngak tau dikasih makan apa sama bapaknya sampai bisa sebesar itu."Semua terkekeh. Kecuali MIra yang menunduk malu.Bu Gita menepuk-nepuk tangannya, memberi isyarat agar Rey lebih mendekat. "Nak Rey, coba pasangkan beskapnya. Biar kelihatan cocok atau nggak di badanmu. Kapan hari

    Last Updated : 2025-03-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 319. Pengganti

    Siang itu, hawa panas terasa menusuk kulit. Angin hanya berhembus pelan, tak cukup untuk mengusir rasa gerah yang menempel. Agna duduk di ruang tamu, tangannya menggenggam ponsel, menekan layar berulang kali.Nada sambung berbunyi.Sekali.Dua kali.Tiga kali.Tetap tidak ada jawaban.Agna menghela napas, menempelkan ponsel ke dada. Ada rasa kesal bercampur gelisah. Sejak tadi, Arhand tidak mengangkat teleponnya."Aduh, ke mana sih dia?" gumamnya.Ia melirik meja di hadapannya. Ada semangkuk sup yang masih mengepul, tapi tak menarik perhatiannya sama sekali. Lidahnya ingin yang lain. Bukan makanan yang sudah disiapkan di rumah.Perut terasa aneh, seperti menuntut sesuatu.Mbok Minah, asisten rumah tangga yang sudah seperti keluarganya sendiri, datang membawa segelas es jeruk. "Nona, kok dari tadi sibuk teleponan terus?""Nyari Arhand, Mbok," jawab Agna, masih merajuk. "Aku pengen makan rujak, tapi harus dia yang nyuapin."Mbok Minah tertawa pelan. "Lho, kenapa harus Tuan Arhand? Kan b

    Last Updated : 2025-03-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 320. Saat sudah memilihmu

    Arhand berdiri dengan rahang mengeras. Napas berat, tangan mengepal, dada bergejolak. Kata-kata Arya menusuk, membuat amarah membuncah."Kamu pikir aku bisa membiarkan Agna melahirkan tanpa suami?" suara Arya tegas. "Orang-orang akan menertawakan keluarga kita. Mereka akan bertanya siapa bapaknya. Kamu siap melihat dia menanggung beban itu?"Arhand mengalihkan pandangan, menatap Agna yang duduk di sofa empuk itu dengan wajah menunduk. Mata perempuan itu berkaca-kaca, ragu, takut."Dia tidak sendiri," suara Arhand rendah, tapi penuh ketegasan. "Aku akan ada untuknya. Sampai kapan pun.""Omong kosong!" Arya membentak. "Kalau kamu benar-benar peduli, kamu akan menikahinya! Bukan membiarkan dia melahirkan sebagai perempuan tanpa status!"Arhand mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku ingin memperbaiki semua. Kita tidak bisa menutup kesalahan dengan kesalahan baru.""Kesalahan?" Sandra menatap tajam. "Kamu pikir menikahi Agna adalah kesalahan?""Kalau caranya seperti ini, ya!"Arya menekan pe

    Last Updated : 2025-03-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 321. Di mana kamu?

    Agna menyesap air putih, lalu menatap hidangan sahur yang tersaji. Nasi hangat, lauk menggugah selera dengan berbagai jenis masakan, dan teh manis. Ini hari pertama ia berniat berpuasa setelah sekian lama meninggalkan kebiasaan itu.Sandra mengunyah pelan sambil menatapnya. "Kamu yakin mau puasa?"Agna tersenyum kecil. "InsyaAllah.""Jangan sampai terjadi apa-apa lagi dengan kandungan kamu. Kamu sekarang sudah baikan dan sudah mau berangkat kerja kan?""Aku akan coba., jika masih tak nyaman, aku akan berhenti. Ini juga tinggal beberpaa hari, Mi.""Bagaimana, kamu apa sudah menghubungi Arhand kembali?"Sejenak kata-kata Arya membuat Agna menatapnya.Beri aku waktu, Pi." Arya mendengus."Aku semalaman sedang berfikir, Papi yang salah atau Arhand kah yang salah?""Papi tak pernah salah, Agna. Semua itu demi kebaikanmu. Demi kariermu.""Tapi Arhand juga benar, Pi. Dan Agna yang beberapa hari ini ingin belajar banyak tentang agama, tau bahwa Arhand benar."Sandra diam sesaat. Matanya taj

    Last Updated : 2025-03-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 322. Aku telah mencintanya

    Dari tadi Sandra mondar-mandir di depan jendela, melirik ke luar, berharap melihat Agna pulang. Namun, langit mulai menggelap, tanda waktu berbuka puasa semakin dekat, dan Agna masih belum juga tiba.“Ke mana sih anak itu?” gumam Sandra.Di sofa, Arya duduk dengan ekspresi yang tak kalah cemas. Ia mencoba tetap tenang, namun gerak-gerik resah Sandra membuatnya ikut waspada.“Jangan-jangan dia mencari Arhand?”Sandra menoleh cepat. Tatapan tajamnya menyiratkan ketidaksukaan. “Kalau benar, ini salah siapa? Kamu yang buat ide gila itu, kan?”Arya menghela napas. “Aku hanya ingin menyelamatkan reputasi keluarga.”Sandra menatapnya sinis. “Menyelamatkan? Atau memperburuk? Agna jelas masih berharap pada Arhand, tapi kamu malah mengancam menikahkannya dengan orang lain!”Arya menajamkan rahangnya. “Lalu, apa kau tahu apa yang kudengar dari seorang teman yang mnelponku?”Sandra mengerutkan dahi.Arya menarik napas panjang sebelum berkata, “Siang tadi, seorang teman memberitahu kalau dia melih

    Last Updated : 2025-03-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 323. Memastikan

    Arhand menggeser ponselnya ke ujung meja, menatap layar yang baru saja ia buka kembali setelah beberapa hari dia blokir. Nama Agna terpampang jelas di sana.Pesan itu masuk seketika."Arhand, ku di mana? Aku telah mencarimu dan menghubungimu berkali kali tapi kamu tak dapat dihubungi."Jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu, cepat atau lambat, perbincangan ini harus terjadi. Ia tak bisa terus menghindar.Tangannya bergerak lambat, mengetik balasan. ",Kenapa?"Tak sampai lima detik, panggilan masuk. Arhand menatap layar sebentar sebelum akhirnya mengangkat.Suara Agna terdengar lemah, namun penuh desakan. “Kenapa kamu blokir aku? Kamu tahu betapa susahnya aku mencarimu?”Arhand mengusap wajah, mencoba meredam emosi. “Aku butuh waktu.”“Tapi aku nggak punya waktu, Arhand.”Hening.Agna menarik napas dalam. “Kita harus menikah.”Arhand menutup mata. Ia sudah menduga ini. “Karena tekanan keluarga atau karena kamu benar-benar ingin?”“Kalau aku bilang dua-duanya?” suara Agna merendah.Ar

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status