Bertemu dengan Calon MertuaPoV Author“Wa alaikumsalam," jawab seseorang dari dalam. Pintu rumah pun terbuka. Wanita paruh baya muncul dari dalam. Bi Inah, asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama puluhan tahun di keluarga Soni menyambut kedatangan Keyla dan Soni.“Wah den Soni tho yang datang! Kok nggak ngabarin kami?” sambut bi Inah dengan tersenyum lebar. Wah den Soni membawa siapa nih? Jangan-jangan calon den Soni ya? Ehm, ehmm.” Bi Inah menambahkan.“Soni emang sengaja bi nggak ngabarin orang rumah. Hehe iya nih, kenalkan calonnya Soni. Namanya Keyla," jawab Soni dengan bangga.“Keyla, bi.” Keyla menyalami bi Inah.“Saya bi Inah, asisten setianya den Soni," balas bi Inah dengan sumringah. “Ayu banget lho calonmu den, pinter banget den Soni milih cewek. Hehehe. Ayo masuk.” Ajak bi Inah.Mereka berjalan memasuki rumah Soni.“Kok sepi rumah sepi banget bi? Mami dan papi pada kemana?” tanya Soni dengan terheran-heran.“Ah, biasa nengokin bisnisnya. Den Soni sih nggak ngabarin
PoV KeylaAku dan Soni memasang iklan dimana-mana, secara media cetak ataupun online untuk menjual mobilku. Aku takut kalau kata-kata ibu akan menjadi kebenaran. Suatu saat bang Ardan bisa mengamuk dan mengambil paksa mobilku.Setelah beberapa minggu, akhirnya ada pesan whatsapp yang masuk bahwa dia berminat untuk membeli mobilku. Sebelum deal tentu saja dia ingin melihat dulu bagaimana kondisi mobilku. Maklum, kan aku menjual mobil seken alias mobil setengah pakai.Mbak Agni namanya, orang yang ingin membeli mobilku. Sore ini dia mampir ke rumahku. Wanita cantik yang berpenampilan kasual dan kuperkirakan umurnya di bawahku, ya mungkin hampir usia dua lima.“Selamat sore, bisa saya berbicara dengan mbak Keyla?” tanya wanita itu dengan ramah.Aku yang duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi cappuccino hangat dan membaca majalah wanita menghampirinya.“Selamat sore, ya dengan saya sendiri," jawabku seraya menyalaminya. “Mbak Agni kan ini yang mau melihat-lihat mobil yang akan say
Bang Ardan mau berangkat ke kantor, dia membangunkanku untuk mengantarkannya kerja. Uh malas sekali aku, karena malam tadi aku baru saja lembur. Jam sebelas malam aku baru pulang. Sedangkan bang Ardan jam setengah tujuh pagi sudah membangunkanku! Langsung saja kutolak kemauannya untuk mengantarkannya kerja! Mengganggu orang tidur saja tahu! Tidak mengerti kah dia kalau aku masih bekerja juga walau dalam keadaan mengandung! Biar saja sana dia mau jalan kaki berangkat ke kantor, aku tak peduli! Suruh siapa mobilnya bisa di sita Keyla. Salah dia sendiri dong nggak bisa mempertahankan. Dasar pria lemah! Apes banget sih aku bisa menikah dengan bang Ardan! Andai saja aku tidak sedang mengandung anak bang Ramon, mungkin sudah kutinggalkan saja dia! Apa mesti nanti setelah anakku lahir aku menggugat cerai dia saja ya? Coba kalian bayangkan, mana sanggup aku hidup dengan suami yang bergaji kecil dan tidak ada usaha sama sekali untuk menambah penghasilan!Siang hari ketika jam istirahat tiba, a
PoV Keyla“Ih dasar cowok nggak tahu malu, udah jelas kan di pengadilan kemarin kalau mobil ini di serahkan kepadaku. Kamu itu budeg atau pura-pura nggak denger apa!” kataku turun dari sepeda motorku sambil berkacak pinggang.“Tapi kemarin kan kita utang ke banknya bareng-bareng," jawab bang Ardan tak mau kalah. Ya siapa lagi pria gembel dengan penampilan tak terawat dan tak tahu malu itu kalau bukan bang Ardan!“Yee tapi kan uang gajiku di potong untuk membayar cicilan bank. Kamu mana pernah membantuku membayar! Kamu yang memakai dan menikmati mobilnya, aku yang susah menyicil tiap bulannya!” balasku dengan sengit.“Halah, kamu lupa ya sudah Key? Bukannya orangtuaku udah bantuin kamu buat bayar cicilan banknya?” Bang Ardan terus mencoba melawanku“Iya memang, tapi cuma dua kali aja. Bukannya itu emang kewajiban kamu untuk ikut membayar, kan kamu juga yang make. Terus pas kamu ketahuan udah nikah dengan gundikmu itu, orangtua stop sama sekali mengirimkan uang kepadaku, "kataku dengan
PoV Ira 5Bang Ardan mengajakku untuk pulang ke rumahnya, kemana lagi kalau bukan ke pondok mertua indah. Mau tak mau aku harus ikut dengannya dan tak bisa protes karena Bang Ardan sudah tidak sanggup lagi untuk membayar cicilan kontrakan. Huh, apes banget sih kehidupanku setelah menikah? Bang Ardan kok malah bangkut gini sih. Boro-boro mencari pekerjaan tambahan eh dia malah kehilangan pekerjaannya.Kami langsung berkemas malam ini juga karena kami sudah telat seminggu untuk membayar kontrakan. Soal perabotan rumah ini rencananya akan di jual Bang Ardan tapi sebelum di jual akan di angkut ke rumah mertuaku. Bertepatan dengan selesainya kami mempacking baju-baju dan barang-barang kami, pintu rumah di gedor dengan keras. Duh berisik banget sih! Siapa juga yang menggedor pintu malam-malam begini.“Duh, siapa sih yang menggedor pintu rumahku malam-malam gini! Dasar nggak tahu sopan santun! Berisik tahu!” Aku membuka pintu sambil mengumpat.Aku terbelalak kaget, Bu Nani pemilik kontrakan
Aku langsung memutuskan telepon dari Fara secara sepihak. Jelas aku tidak enak pada Keyla kalau aku terus meladeni Fara. Ini kan rumah Keyla. Aku juga tidak enak pada ibunya Keyla. Aku tak mau mereka salah paham. Kenapa sih Fara harus menelponku lagi, jelas-jelas dulu dia yang meninggalkanku demi lelaki lain! Ya, dia lebih lelaki itu karena sudah mapan dan dia juga seorang pengusaha. Pada waktu itu aku sedang merampungkan kuliahku di semester akhir. Aku hanya mahasiswa yang mengandalkan uang dari orangtuaku dan bisnis pulsa kecil-kecilanku. Memang aku menyembunyikan dari teman-temanku termasuk Fara kalau orangtuaku berada. Aku belajar untuk hidup mandiri tanpa embel-embel kalau orangtuaku sangat mampu. Aku menatap wajah Keyla. Dia seperti terlihat cuek sambil mengemil kue lidah kucing. Padahal dari tatapan matanya, sebenarnya dia tidak bisa membohongiku kalau dia pun ingin tahu siapa yang meneleponku. "Siapa tadi yang menelepon Soni? Soni nggak apa-apa kan? Kok wajahnya terlihat mu
PoV SoniHamil? Aku kan udah beberapa tahun nggak ketemu dia! Sekarang dia malah seenaknya saja bilang hamil kepadaku. Memangnya aku apa yang menanam benih? Dia mau mengadukannya dengan Mami dan Papi? Silakan saja, lakukan itu! Memangnya orangtuaku akan percaya dengan bualannya. Aku tidak tahu apa-apa. Masa aku yang kena getahnya.Karena sudah telalu lelah dengan dan kesibukan hari ini. Aku terlelap begitu saja. Pesan dari Fara tak kubalas.Keesokan harinya, aku pergi ke kantor seperti biasa. Dengan hati riang karena minggu depan aku akan resmi melamar Keyla, wanita pujaan hatiku. Keyla tidak mau lagi kujemput seperti biasa. Dia lebih memilih untuk ke kantor dengan naik sepeda motor saja. Kalau keseringan bersamaku nanti hilang rasa gregetnya. Kan udah setiap hari juga ketemu di kantor katanya. Masa harus sama-sama terus? Hehehe. Justru dengan begini, aku malah tambah penasaran dong dengan Keyla.Di saat sibuk seperti ini, gawaiku berdering. Nama Mami terlihat di layar gawaiku. Tumbe
Kembali ke Rumah MamahSungguh tidak ada pilihan lain selain kembali ke rumah kedua orangtuaku setelah aku di pecat. Untuk makan saja kurang apalagi membayar kontrakan, alhasil kami di usir dari rumah kontrakan kami. Untung mamah mau membantuku dengan menyewa pick up milik tetangga beliau.Akhirnya tiba juga aku di rumah. Rumah yang kurindukan walau mama tanpa pernah absen sekalipun tiap hari mengomeliku. Rupanya pintu rumah tidak di kunci, aku langsung saja nyelonong masuk tanpa mengucapkan salam. Dengan membawa koper-koper dengan santainya aku juga mengajak Ira untuk masuk. Aku kaget bukan main, ketika membuka pintu bukan hanya Mamah dan Papah saja yang duduk di sofa tapi kedua kakak perempuanku bersama suaminya, Kak Arsila dan Bang Feri serta Kak Arista dan Bang Ello. Tak kulihat anak-anak mereka, mungkin sudah pada tidur semua. Tumben kakak-kakakku pada datang ke rumah Mamah dan Papah! Biasanya hanya sibuk dan sibuk mengurus bisnisnya. Mereka semua menatapku dengan sinis, apalagi