Share

ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI
ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI
Author: anggikartika93

Awal Konflik

last update Last Updated: 2022-07-03 06:24:22

"Dek, jadi nggak pinjam duit di bank?  Aku pengen beli mobil nih. Panas tahu nggak naik motor terus, belum kalau hujan ya jelas pasti kehujanan?" ucap Bang Ardan. Aku baru saja tiba di rumah setelah seharian berkutat dengan berkas-berkas di kantor. Tapi ketika sudah sampai rumah malah mendengarkan permintaan bang Ardan yang terkesan memaksa itu. Tak tahukah dia aku lelah sekali, belum lagi mengurus data-data penduduk yang tak ada habisnya. Aku hanya menghela nafas mendengar permintaan Bang Ardan yang ingin terlihat sosialita itu. 

"Lagian kan kamu baru aja bagi SK Dek, sayang loh gak di sekolahkan. Daripada di simpan terus malah berdebu nanti," aku belum menjawab tapi dia sudah nyerocos lagi. Heran deh dengan suamiku ini, padahal sudah tau istri lelah bekerja tetapi malah dihujani permintaannya itu. 

"Ya, ya. Bisa diatur Bang. Memang rencananya mau pinjam berapa juta?" 

"Nggak banyak kok Dek, cuma dua ratus juta lah".

"Hah, dua ratus juta? Nanti gajiku cuma sisa tiga ratus ribu sekian dong. Gimana dengan kebutuhan rumah tangga kita seperti makan, bayar listrik, bayar air."

"Halah, gampang! Nanti Abang bantuin bayar. Kamu tenang aja dek."

Huh, tenang aja katanya. Toh selama ini segala kebutuhan rumah tangga aku yang menanggung termasuk makan dan bayar tagihan, belum untuk bensin dan kuota internet. Sedangkan Bang Ardan, aku maklum gajinya yang hanya satu juta. Itupun hanya cukup untuk kebutuhan rokok, kopi, jajan dia dan nongkrong dengan teman-temannya. Suamiku tak pernah sekalipun menyisihkan gajinya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami. Karena habis untuk memenuhi hasratnya tersebut. Sedangkan aku harus menanggung semuanya, karena aku baru saja diangkat menjadi pegawai negeri dan suamiku berdalih gaji pokokku dan uang tunjanganku banyak. Serta dia menganggap uang istri ya uang bersama untuk kebutuhan keluarga. 

Beberapa hari kemudian, aku mengurus administrasi pinjaman ke dinas, setelah itu aku ke bank. Aku dan suamiku berjanji untuk bertemu di bank langsung. Karena kami tidak sekantor dan beda arah. 

Setelah itu kami berjalan menuju bagian marketing. Mbak petugas marketing menyambut kami dengan ramah dan menjelaskan tentang prosedur peminjaman dan juga sisa gaji setelah dipotong angsuran utang. Kulirik wajah Bang Ardan sumringah. Aku dan Bang Ardan sama-sama menandatangani perjanjian pinjaman yang tenornya selama lima belas tahun. Seperti dugaanku. Gajiku sisa tiga ratus sekian. Iya sih, masih ada tunjangan. Tapi hanya sejuta lebih. Aku harus memutar otak untuk tetap memenuhi kebutuhan rumah tanggaku. Untungnya aku masih mempunyai tabungan sendiri yang Bang Ardan tidak tahu. Rencanaku dengan uang tabunganku, aku ingin memulai usaha. Tapi aku belum tahu usaha apa yang cocok buatku dan tidak mengganggu pekerjaanku. 

Besoknya, saldo rekeningku bertambah karena pinjaman tersebut. Akupun merinding, karena seumur-umur hidup baru kali ini aku melihat uang sebanyak itu di saldo rekeningku. 

"Dek, sudah cair belum uangnya. Ayo kita ke dealer mobil. Abang sudah nggak sabar lagi nih ingin menikmati mobil baru," tanya Bang Ardan. 

"Iya, nih sudah cair," jawabku datar. 

"Buruan Dek, tunggu apa lagi."

Dengan mengendarai sepeda motor berboncengan, akhirnya kami tiba di dealear mobil. Kulihat bang ardan senang sekali. Setelah melihat-lihat akhirnya dia memilih mobil kecil warna merah yang hanya mempunyai dua baris tempat duduk. Ya, seleranya lumayanlah bagus. Setelah tawar menawar, akhirnya di sepakati harga mobil tersebut seratus sembilan puluh lima juta. Harga yang mahal menurutku. Belum lagi sisa uang pinjamannya hanya dua juta. Bila meminjam di bank. Uang kita tidak utuh sesuai dengan pinjaman karena alasan administrasi dan asuransi yang aku tidak paham juntrungannya. 

Akhirnya mobil kami di bawa oleh pihak dealer ke rumah. Bang Ardan langsung loncat kegirangan. Tak sabar mungkin dia besok ingin pamer dengan teman-temannya. 

Satu bulan telah berlalu. Akhirnya gajiku di potong sesuai dengan perjanjian bank. Belum pernah selama ini aku cuma menerima gaji hanya segini. Dari zaman aku honorer pun gajiku bisa sampai tiga jutaan karena aku bekerja sebagai guru honorer di sekolah, belum lagi sore dan malam aku mengajar les privat untuk anak-anak dari rumah ke rumah. 

Sesuai dengan perkataan Bang Ardan aku pun bergegas menagih janjinya, katanya dia mau membantuku untuk membayar utang. 

"Bang, katanya mau bantuin aku bayar utang? Mana janjimu, ini aku udah gajian loh! Dan gajiku dipotong. Gimana dengan kebutuhan rumah tangga kita?"

"Halah Dek, kan baru bulan pertama. Kok kamu udah bawel gitu sih. Kamu tu tau nggak. Yang beli bensin untuk mobilku siapa, belum lagi biaya perawatannya yang mahal. Sudahlah Dek! Harusnya kamu mikir dong, gimana cara nambah penghasilan! Bukan dengan nagih ke aku. Aku saja pusing nih, uang jajan dan kegiatanku berkurang karena mobil ini. Kamu sih enak nggak ada mikirin biaya perawatan!"

"Loh gimana sih kamu Bang? Kan kamu udah janji mau bayar? Ya wajar dong, kalau uang jajanmu berkurang. Siapa suruh punya mobil?"

"Loh kan utang atas nama kamu? Kamu aja tahu, gajiku nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini kok malah marah-marah. Sudah, aku pusing hari ini dengan ocehanmu. Lebih baik aku pergi nongkrong dengan teman-temanku daripada di rumah. Bukannya hilang capekku malah kamu menambah bebanku. "

Bang Ardan pergi mengendarai mobilnya. Entahlah dia pergi kemana. Aku sudah malas menanyakannya. Kemarin dia yang ngotot pinjam di bank. Eh sekarang dia malah seenaknya lepas tangan. Ya Tuhan aku harus bagaimana? Harga kebutuhan pokok semakin melonjak tajam. Aku harus memikirkan usaha apa yang tepat untuk kujalankan. Kalau aku diam saja, darimana semua kebutuhan pokok kami terpenuhi. Entahlah, aku yang pusing sedang memijit keningku, memikirkan bagaimana nasib rumah tanggaku selanjutnya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yanie Abdullah
perempuan bodoh kog mau maunya menuruti kemauan laki yang mokondo , jadi perempuan di jamn sekarang kudu smart .
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
selalu perempuan yg bodoh dan bego .. asli tolol ya thor ! kayaknya puas author bikin cerita perempuan selalu bodoh dan tolol ...
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
ko bego amat ya ini perempuan ,udah tau model nya ky gitu punya suami,aturan jng di ladenin pke mau aja pinjem uang ke Bank .....suruh byr cicipan ke bank nya ,jng mau hedon aja ....perlu di curigai tuh...laki model ky gitu.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Akhir Cerita

    Bu Arni memang tidak bisa berkata-kata lagi. Wanita paruh baya yang bertubuh subur ini tak bisa lagi membendung kepergian putra pertamanya itu. Hatinya terasa tercabik-cabik ketika melihat putranya memutuskan pergi bersama orang-orang yang dicintainya. "Sudahlah, Mi. Biarkan Soni pergi bersama istri dan anak-anaknya. Mereka adalah tanggung jawab Soni saat ini. Soni tidak bisa mementingkan kita lagi. Bukan tidak sayang kepada kita. Namun jelas saja dia takut berdosa kalau menelantarkan anak dan istrinya. Tolong jangan buat Soni memilih kita orangtuanya atau istrinya. Sungguh sampai mati pun pasti Soni tidak akan pernah bisa memilihnya. Semuanya ada porsinya masing-masing dan kini Soni sudah mempunyai prioritas," jelas Pak Sofyan memberi nasihat kepada istrinya dengan lembut. Dulu Pak Sofyan memang membela istrinya. Namun semenjak kepergian Keyla membawa serta anak-anaknya dan pengasuh anaknya, lelaki tua itu baru memahami masalah apa yang terjadi di antara anak, istri, dan menantunya

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Pindah rumah 2

    Kedua kuli angkut itu saling berpandangan, mereka tidak tau masalah apa yang terjadi antara Soni dan ibunya. Mereka hanya diam, tidak ada satupun yang berani menyahut. "Ngapain kalian mengangkat barang-barang anakku? Emangnya siapa yang menyuruh kalian?" hardik Bu Arni berang. Bu Arni benar-benar terkejut ketika di luar tadi ia melihat truk yang terparkir di depan rumahnya. Truk tersebut sudah hampir penuh dan tinggal barang yang besar saja lagi. Soni yang mendengar teriakan Maminya langsung turun dari lantai dua dan menemui Maminya. "Soni akan pindah dari rumah ini, Mi. Soni pengen hidup mandiri bersama istri dan anak-anak," jawab Soni dengan tegas. Bu Arni terkejut namun kemudian ia menatap sinis putranya. Wanita paruh baya itu yakin kalau sang menantu lah yang membujuk putranya untuk pindah dari rumahnya. Padahal ia berharap Soni bisa berpisah dari Keyla. Menurutnya sifat Keyla tidak seperti yang ia harapkan. Rencananya ia akan menjodohkan Soni dengan anak temannya. "Kan ruma

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Pindah rumah

    PoV AuthorSoni meminta Keyla untuk tinggal sementara di rumah Ibunya dulu sebelum ia menemukan rumah kontrakan untuk mereka berempat. Soni juga membicarakan hal ini kepada Ibu mertuanya. Bu Mona menyambut haru niat baik menantunya itu. "Alhamdulillah, kalau begitu. Ibu senang sekali mendengarnya, Son. Ibu akan dukung niat baik kamu," kata Bu Mona dengan mata berkaca-kaca. Keyla terharu mendengarkan ucapan Ibunya. Begitu juga dengan Soni. Pria itu meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kedua wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya itu. "Iya, Bu. Makasih banyak atas dukungannya. Soni meminta maaf kepada Keyla dan Ibu atas kesalahan Soni yang tidak tegas selama ini," jawab Soni dengan penuh penyesalan. "Iya, Nak. Kami sudah memaafkanmu. Yang penting jangan pernah diulangi lagi kesalahanmu. Ingat, sekarang kamu hidup dengan istri dan anak-anakmu. Bukan berarti Ibu menyuruh kamu melupakan kedua orangtuamu. Tetaplah berbuat baik kepada mereka, tetapi prioritaskan anak dan istri ka

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Menjemput Keyla 2

    PoV Soni Beberapa menit kami terdiam. Memang aku tau Bu Mona sulit menjawab pertanyaan dariku. Aku mengerti bukan berarti beliau menghalangiku bertemu dengan putri dan cucu-cucunya. Memang masalah yang kualami ini cukup pelik. Sehingga Bu Mona pun perlu waktu untuk berpikir. "Sebenarnya bukan ranah Ibu ikut campur dengan urusan kalian. Kalian sudah dewasa, sudah berumah tangga, dan mempunyai dua anak yang lucu. Ibu hanya ingin yang terbaik bagi putri tunggal Ibu dan cucu-cucu Ibu. Kamu tau? Sampai saat ini pun, Ibu enggak ada menanyakan soal masalah yang kalian hadapi kepada Keyla. Ibu tak mau pikiran Keyla terbebani karena pertanyaan dari Ibu," jawab Bu Mona yang sepertinya sudah berpikir dan mengatur kata-kata yang keluar dari mulutnya. Wanita paruh baya itu bukanlah tipe yang suka menyalahkan orang lain. Makanya beliau berkata juga tidak akan menyakiti perasaan orang lain apalagi perasaanku. Tidak seperti Mamiku yang asal nyablak saja. Tidak peduli bagaimana perasaan orang lain

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Menjemput Keyla

    PoV Soni "Mami jahat! Kenapa Mami menahan Soni untuk mengejar kepergian Keyla? Keyla itu istri Soni, Mi. Apalagi Soni juga sudah punya anak. Nanti dikira Ibunya Keyla, Soni lelaki yang enggak bertanggung jawab," kataku melampiaskan kekesalanku pada Mami. Sedari awal memang Mami tidak terlalu suka dengan Keyla. Malah belakangan ini terungkap kalau Mami dulu terpaksa menyetujui pernikahanku dengan Keyla karena aku sudah terlanjur cinta dengan wanita yang telah memberiku anak kembar itu. "Kamu itu gimana, Soni? Lagipula yang dikatakan adikmu itu benar! Dia telah melihat Keyla berselingkuh dengan mantan suaminya. Mau jadi apa keluarga kita kalau ada perempuan yang selingkuh? Keyla itu sama saja dengan menaruh kotoran di wajah Mami. Mau kamu pertahankan perempuan seperti dia? Padahal sudah Mami bilang jangan pernah menikah dengan janda. Tapi waktu itu kamu kekeuh ingin menikah dengannya karena kamu juga waktu itu sedang di mabuk cinta," sahut Mami yang marah. Ya Allah, kenapa jadi kaca

  • ISTRI YANG BERJUANG SENDIRI   Rujuk

    PoV ArdanAku begitu iba melihat wanita yang membawa seorang anak balita itu sedang mengamen. Siang hari cuacanya panas begini. Penampilannya begitu memprihatinkan. Bajunya sudah kubas, kumal, dan kotor. Kulit mereka juga gosong karena terbakar matahari, rambut mereka yang asalnya hitam kini memerah, dan tubuh mereka terlihat kurus. Ya Allah, malang nian nasib mereka. Kemudian kedua ibu dan anak itu menepi ke pinggir jalan dan kemudian mereka duduk bersandar di sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Wanita itu kemudian menyeka keringatnya yang menetes membasahi keningnya dengan kain gendongan anaknya. Sementara itu anaknya ia turunkan dari gendongan dan meminta botol dot yang berisi susu. Anak perempuan itu pun melahap susu di botol dot dengan lahap. Sepertinya ia sangat lapar dan haus. Maklum cuaca hari ini begitu panas dan terik dari biasanya. Aku pun menghampiri mereka. Aku kasihan sekali. Aku menyesal dulu karena mengusir wanita itu. Ya, wanita yang dulu pernah menemani hidupk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status