"Tapi, Mama sama sekali tidak mengangkat panggilan telepon dariku, aku jadi khawatir sekali." kataku."Apa Mamamu sudah mengangkat telepon darimu, Dira?" tanya Mama menatap nanar ke arahku.Aku menggelengkan kepala pelan, "Nomer telepon Mama sama sekali tidak aktip," sahutku berterus terang."Lantas bagaimana cucu Mama? Kami sangat khawatir takut terjadi sesuatu!" mantan Mama mertua terlihat sangat risau."Iya Ma! Dira akan terus mencoba telepon orang tua Dira, Mama dan Papa tenang ya!" aku langsung menelepon kenomer ponsel Papa tapi nihil. Nomer ponsel Papa juga sama sekali tidak aktip.Aku sudah sangat bingung dengan hilangnya Mama dan Papa. Apa mungkin Mama dan Papa sudah pulang duluan yah? tapi kenapa Mama dan Papa malah meninggalkanku di rumah sakit."Bagaimana kalau kita tanya sama suster yang berjaga, m
Sesaat aku sedang menyusui bayiku, tiba-tiba terdengar bunyi telepon. Aku segera merogoh ponsel yang berada di dalam saku celana.Entah siapa yang menelepon mengganggu saja.Dan ternyata yang menelepon adalah Mas Pratama."Hallo Mas?" ucapku setelah panggilan telepon tersambung."Hallo Dira, apa kamu sudah pulang ke rumah?" tanya Mas Tama dari seberang telepon."Alhamdulillah sudah, Mas!" jawabku singkat."Alhamdulillah kalau begitu, apa Mas boleh ke rumahmu, Mas kebetulan bawa hadiah untuk bayimu? sekalian ingin melihat si kembar," tanya Mas Tama.Aku bergeming sejenak."Eum, boleh, Mas. ke rumah saja," sahutku membolehkan."Ya sudah sekarang mas ke sana, ya!" ucap Mas Tama dan sambungan telepon pun berakhir.
Bismilahi Rahmanii Rahimm.. Aku menutup mata dan aku lekas bicara"Aku bersedia, Ma. Aku mau, mudah-mudahan saja Mas Tama tidak seperti mantan suami, Dira," ucapku dengan penuh keyakinan"Alhamdulillah kalau begitu, Mama sangat senang mendengarnya," sahut Mama menimpali lalu tersenyum, "Mama percaya, Tama tidak akan seperti mantan suamimu," ucap Mama yakinSedetik kemudian, terdengar suara piring jatuh. Aku dan Mama terkejut mendengar suara dari arah belakang kami.Ternyata yang menjatuhkan itu, Mas Tama. Aku terkejut melihat dia yang sudah berada di belakang kami sambil menggendong bayi Rasya.Mas Tama langsung menghampiriku dan Mama, Mas Tama menatapku lekat-lekat ada raut kebahagian yang terpancar di wajahnya."Apa betul yang di ucapkan kamu, Dira?" tanyanya menatap mataku."Dar
PoV MAMA HESTI🍁Flash Back 🍁Hari sudah semakin senja, aku dan suamiku duduk di kursi depan rumah menikmati hari udara segar di sore hari, sembari meminum teh manis bersama suami tercinta.Aku dan suami menikmati sejuknya udara di sore hari ini dengan bersantai, Aku sangat senang sekali bisa terus bersama dengan suamiku----Mas Akmal. Ia begitu sangat mencintaiku. Padahal usia pernikahan sudah memasuki usia 29 tahun tapi kami saling menyayangi.Kami tinggal berdua di rumah ini tanpa adanya seorang anak atau cucu yang menghiasi rumah ini dengan keramainnya, aku hanya memiliki seorang satu putra ia bernama Faisal, lelaki yang sudah syah menjadi suami dari Dira Anggraeni.Sebentar lagi aku akan mempunyai cucu dari Faisal sebab sekarang Dira tengah hamil usia kandungan 6 bulan, tidak sabar rasanya ingin segera menimang cucu, begitu juga deng
POV MAMA HESTI 2Aku terduduk lemas, entah apa yang akan terjadi! Apa mungkin anakku bisa berjalan normal kembali? Aku sangat khawatir, takut anakku tidak bisa berjalan.Tiba-tiba, seseorang yang aku tunggu akhirnya datang? ia adalah suamiku--- Mas Akmal."Ada apa, Ma?" tanya Mas Akmal.Aku menatap sendu wajah suamiku, aku hanya menitikan air mata."Faisal barusan tersadar dan ia memberontak tidak menerima kenyataan kalau sekarang sudah lumpuh. Mama sangat kesihan melihat anak kita, Pah" ucapku memeluk erat tubuh Mas Akmal sambil berdurai air mata."Yang sabar, Mah! mudah-mudahan Faisal bisa menerima dengan ikhlas, Mama yang tenang Insya Allah ada keajaiban untuk Faisal bisa berjalan kembali," Jawab Mas Akmal, suamiku terus menenangkanku."Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak
POV MAMA HESTI 3Ternyata yang menelepon adalah perawat dari rumah sakit, aku lantas mengangkatnya langsung. Sebab aku takut terjadi sesuatu dengan putraku."Hallo, ada apa?" tanyaku dengan perasaan tidak karuan"Hallo, Bu! pasien kembali mengamuk dan berniat ingin pergi dan pasien menyebut nama Ibu terus, Ibu cepat kesini!" sahut perawat dari seberang telepon.Tak berapa lama, aku langsung mematikan sambungan telepon ini."Pah, bagaimana ini! barusan perawat yang menangani Faisal bilang, kalau Faisal sudah siuman dan malah mengamuk kembali ingin pergi," sahutku dengan sangat cemas."Ya sudah, sekarang kita pergi saja dan kita kembali ke rumah sakit. Papa juga tidak mau terjadi sesuatu sama Faisal," sahut Mas Akmal, bayi yang di gendongnya pun langsung di serahkan kepada Rida.
POV ROSA...BRAKK!!Aku sangat kesal sekali, tak henti-henti nya tagihan datang menghampiri, aku sama sekali tidak kuat untuk membayar semua hutang ini.Semua barang aku jatuhkan dengan kedua tanganku, semuanya ambruk ke lantai, aku duduk tergeletak di sudut ruangan sambil memegangi ke dua kepalaku yang teramat pusing, aku seperti kesetanan.Tiba-tiba ..."Rosa. Kamu kenapa seperti ini, terus ini kenapa kamar bisa berantakan sekali?" ujar Mas Faisal datang melihat kekacauan ini, Ia menatapku dengan mata yang melotot."Aku setres, Mas. tagihanku membengkak, aku tidak bisa membayarnya," ucapku frustasi sambil mencakar rambut."Memangnya tagihannya berapa?" tanyanya penasaran, Aku lekas mengambil struk hutang kepadanya, Mas Faisal segera
Awas jangan terlalu tegang bacanya!!!...POV ROSA 2Yoga lekas memegang pergelangan tanganku dan bergegas pergi dari caffe ini.."Kita mau pergi ke mana?" tanyaku menghentikan langkah dan ia segera menoleh ke arahku."Kita akan pergi ke hotel," sahutnya tersenyum miring. Aku kaget mendengar ucapannya."Kok ke hotel sih, aku tidak mau. Ah!""Sudahlah ... Tidak usah munafik!! Aku lihat, kamu bukan wanita baik-baik. Sekarang kamu temani aku, ya! tidak akan lama kok," Lelaki di hadapan aku memegang pergelangan tanganku secara paksa."Aku tidak mau ke hotel," sahutku menolak dengan amarah.Aku kesal mendengar ucapannya akan mengajaku ke hotel, aku sangat tidak sudi kalau tidak di bayar.