Share

bab 4

Author: Nurhidayah
last update Last Updated: 2024-05-16 00:09:38

Setelah menyiapkan minuman untuk dua tamunya ini, Bara lantas duduk berseberangan dengan mereka.

"Jadi... Kenapa kalian bisa datang bersama? Aku pikir cuman Lia aja yang datang. Kalian janjian ya datang kesini? Ada apa? Apa yang mau kalian ceritakan? Ada cerita apa sih?"

Seolah kalut dengan semua ini. Barangkali terasa seperti tidak bisa berpikir dengan jernih. Karena apapun yang ada di pikirannya sekarang, semoga bukan sesuatu yang memang membuatnya tidak nyaman.

"Satu-satu dong Bara ngomongnya. Nanti kita ceritakan pelan-pelan. Banyak banget gini pertanyaannya."

"Yaudah, ceritain. Apaan jadinya?"

Rio dan Liana saling pandang sambil tersenyum. Membuat Bara menatap mereka juga dengan bingung. Tidak lama setelah itu, Rio mengeluarkan sebuah undangan tepat di hadapan Bara.

"Kami akan menikah. Kami harap, kamu bisa hadir dan jadi groomsmen ya nanti, kamu kan teman dekat kita berdua semasa kuliah dulu." Ucap Rio dengan senyuman. Sejak tadi, dia memang tak henti-hentinya untuk tersenyum.

Bara mengambil undangan tersebut. Tanpa membukanya, dia sudah bisa melihat dari luar saja sudah tertera nama Rio dan Liana di situ. Tidak ada senyuman lagi. Bara hanya menarik bibirnya sedikit dengan cukup terpaksa. "Ini bercanda kan? Mana mungkin kalian menikah. Kalian dari dulu kan tidak pernah dekat."

"Serius lah, mana mungkin bercanda."

"Enggak, tapi kenapa bisa? Dulu kan malah aku yang lebih dekat dengan Liana, lalu sekarang kenapa kalian yang malah menikah?"

"Memangnya kenapa? Kan tidak ada yang tau masa depan. Kenyataannya, sekarang kami yang akan menikah."

Bara memandang Liana untuk mendapatkan kepastian yang lebih akurat lagi.

"Betul Bara. Kami akan segera menikah. Mohon doanya, semoga semuanya berjalan dengan lancar."

Bagai ada belati yang menghantamnya dengan keras. Rasanya begitu sakit mendengar hal itu. Padahal, dia bersemangat ingin bertemu Liana juga karena dia berniat untuk mengungkapkan perasaannya. Namun, justru dia yang dibuat terkejut disini. Ketika Liana tidak datang sendiri, namun dengan calon suaminya yang adalah temannya juga.

Tidak ada yang lebih sakit daripada orang yang kita sayang datang membawa undangan pernikahannya dengan orang lain.

"Waw, ini sebuah kejutan dan aku benar-benar terkejut." Ucap Bara seolah sambil tertawa. Padahal dia sadar betul, bagaimana keadaan hatinya sekarang.

Bukan ini yang dia harapkan dalam pertemuan ini. Dia ingin mengungkapkan perasaannya dengan Liana, bukan dia yang justru dibuat terkejut sampai tak bisa berkata-kata.

Bahkan ahli ekspresi pun pasti bisa menilai bagaimana ekspresinya sekarang, bahwa apa yang dia tunjukkan itu adalah sebuah kebohongan. Senyum yang jika saja ada rasanya, senyum itu pasti rasanya kecut.

Rio tampak sangat bahagia saat menceritakan ini semua. Karena dia amat sangat yakin dengan pilihannya sekarang. Bahkan dia selalu menatap kagum pada Liana. Seorang wanita yang benar-benar bisa menjadi istri yang baik baginya.

"Congrats Bro, semoga semuanya lancar." Ucap Bara tercekat pada kata-kata di akhir kalimatnya

Dia sepertinya tidak akan membiarkan begitu saja semua ini berjalan dengan lancar. Dia tidak bisa ikhlas begitu saja dengan semua ini. Karena dia ingin menikahi Liana, bukan melihat Liana menikah dengan orang lain.

Namun dia tidak bisa bertindak sekarang. Dia tidak boleh menampakkan ekspresinya yang tidak mengenakkan itu. Karena dia percaya sesuatu yang nyata, bahwa apa yang akan dia dapatkan, tergantung dengan apa yang ia perjuangkan. Oleh sebab itu, dia ingin memperjuangkan cintanya dengan cara apapun.

Setelah semua itu, obrolan berlangsung dalam waktu yang lumayan lama. Sampai akhirnya ada sesuatu mendadak yang mengharuskan mereka pulang saat itu juga. Padahal mereka sudah berniat ingin menginap disitu. Karena sangat melelahkan jika langsung pulang. Namun sepertinya mereka tidak bisa melakukan itu karena hal mendesak ini tadi bisa ditunda sampai besok.

"Makasih ya Bara udah traktir kita semua ini. Cafe kamu rame banget. Semoga sukses ya, lancar urusan bisnisnya ini." Liana berkata dengan cukup tulus. Dia tidak ada memikirkan hal yang lain. Dia hanya mengira bahwa semua itu bisa berjalan dengan semestinya. Bisa berjalan dengan baik dan oleh sebab itu dia selalu bersikap baik dengan orang-orang tanpa memikirkan banyak hal yang lain pula.

Bara tersenyum. Dia membalas dengan senyuman yang tak kalah tulus. Namun jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia tetap menginginkan senyuman itu dengan arti yang berbeda. Dia ingin bahwa Liana pemandangannya sebagai laki-laki yang dia puja. Entah kenapa akhirnya bisa sampai seperti ini. Entah kenapa Liana justru menikah dengan orang yang bahkan dulu tidak pernah meliriknya sama sekali.

Padahal dia berharap Liana sadar, siapa orang yang selama ini selalu ada untuknya. Selalu ada di sampingnya dan tidak meninggalkannya dalam keadaan apapun.

"Jangan lupa datang ya. Kamu harus menyaksikan acara spesial kami ini." Ucap Rio sambil menepuk pundak Bara. Meskipun dulu tidak terlalu dekat, dia hanya ingin menjalin hubungan yang lebih baik.

Saat mereka mulai beranjak untuk meninggalkan tempat itu, Bara mulai mengintai mereka dari kejauhan. Senyumnya berubah menjadi senyum yang sulit di artikan. Saat mobil mereka sudah meninggal pekarangan cafe, Bara pun ikut mengemudikan mobilnya menuju jalan yang berbeda.

"Kalo Liana gak bisa aku miliki, maka gak boleh ada seorang pun yang boleh memiliki dia. Karena Liana hanya untuk aku." Ucapnya pada diri sendiri.

Bara hanya langsung berbuat nekad seperti itu. Padahal banyak sekali yang bisa dia lakukan atau jika dia hanya bisa menerima semua dengan lapang dada karena percaya jika mereka memang belum jodoh dan tidak ditakdirkan untuk bersama. Hanya saja, Bara memilih jalan lain untuk menyelesaikan semua ini. Sayangnya, hal yang dia pikirkan adalah hal yang salah. Merugikan orang lain dan yang pasti merugikan dirinya sendiri di kemudian hari. Karena bagaimanapun, apapun yang dia lakukan sekarang akan berimbas pada dirinya sendiri di kemudian hari.

Mobil melaju dengan santai. Rio dan Liana hanya pulang dengan kecepatan yang santai sambil mengobrol.

"Bara tadi keliatan kaget banget ya. Kayak surprise gitu dengar berita kita. Kejutan kita benar-benar udah berhasil sekarang buat dia."

"Iya, kagetnya natural banget. Sampe kayak gak percaya gitu loh."

"Jadi ngebayangin gimana reaksi teman-teman yang lain waktu dapat undangan dari kita. Apa reaksi mereka sama kagetnya kayak Bara tadi ya? Karena memang zaman kuliah kita gak terlalu Deket kayak sekarang ini."

"Iya, mereka mungkin juga pasti kaget dan reaksinya kayak Bara tadi. Gak apa lah, kita bikin kejutan untuk mereka semua. Lagian juga, ini kan kabar bahagia yang semua orang emang harus merasakan dan ikut mendoakan apa yang kita segerakan juga."

"Aamiin 🤲" Jawab Liana.

"Lia, aku sayang banget sama kamu. Aku bersyukur udah bisa mendapatkan kamu disela pasti banyak orang lain yang suka juga sama kamu. Tapi akhir aku berhasil mendapatkan kamu itu rasanya sangat bahagia. Bahkan kalaupun aku harus mati sekarang, kayaknya aku bisa mati dengan bahagia."

"Ih, kenapa ngomongnya gitu. Ngomong tu yang baik-baik aja lah."

"Iya, kita..."

Tiba-tiba ponsel Rio bergetar dan ternyata Rey(adiknya) yang menelepon. Namun, saat dia ingin mengangkat telepon itu, ponselnya malah jatuh membuatnya agak sedikit kalang kabut. Liana ingin mengambilkan namun Roy melarang. Dia hanya ingin mengambil nya sendiri karena posisi ponsel itu ada di bawah kakinya.

Namun karena itulah petaka terjadi...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 20

    "apa yang sedang kamu pikirkan?" Rey menghampiri Liana yang sedang duduk di tepi kolam. Sambil melihat ikan-ikan berenang di sana. Melihat ada umpan ikan di sampingnya, Rey tebak Liana pasti baru saja memberi makan ikan-ikan itu. Liana memang perempuan yang sedikit unik. Dia banyak sekali berinteraksi dengan hewan ketika dia sedang ada masalah. Minta dengan kucing yang dia temui entah dengan semut yang tiba-tiba mengganggu masakannya dan saat ini dia sedang mengadu dengan ikan-ikan di kolam. Dia seperti tidak memiliki seorang teman untuk berbagi kisah pilunya. Namun... Setidaknya itu adalah sebuah keberuntungan bagi Rey. Karena kehidupannya tidak menjadi konsumsi publik. Liana cenderung tidak membagikan kisah hidupnya yang pilu ini kepada orang-orang. Sehingga, apapun yang dia rasakan hanya dia sendiri yang bisa merasakannya. "Aku hanya duduk santai sambil memberi makan ikan menikmati waktu sore yang begitu menyejukkan. Daripada harus memikirkan hal-hal yang membuat kepalaku pusing

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 19

    Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang cukup nyaman. Terutama setelah pembahasan tentang mamanya yang telah tiada, Rey tiba-tiba menjadi sosok yang lebih kalem. Menjadi sosok yang seperti ingat akan dosa dan pahala. Jika dipikir-pikir, rasanya memang hal itu sangat membekas pastinya dalam dirinya. Namun, mungkin ada sesuatu hal yang belum bisa dia terima sampai saat ini. Rey sepertinya memang bukan tipe orang yang bisa membicarakan apapun yang dia rasakan. Dia tidak seperti almarhum Rio. Sejauh dia mengenal Rio, laki-laki itu orangnya jauh lebih terbuka daripada Rey. Walaupun pada kenyataannya mereka adalah saudara kandung, namun ternyata tetap saja ada sesuatu hal yang pasti akan mengganjal. Tetap saja ada sesuatu hal yang mengganggu dalam diri mereka. Sudah lama rasanya tidak membalas Rio lagi. Mungkin dia juga sudah tenang di sana. Berkali-kali Liana juga selalu mendoakannya setiap salat. Berharap Rio tidak ikut memikirkan apa yang terjadi saat ini. Meskipun agak rumit dan mun

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 18

    Tama senang melihat anak dan menantunya akur seperti ini. Tadi saat dia sengaja datang awal ke rumah ini dia melihat mereka sedang masak bersama. Dia merasa bahwa apa yang dia takutkan selama ini tidak terbukti kebenarannya. Bahwa mungkin anak dan menantunya ini sebenarnya memang benar-benar baik-baik saja. Hanya dia yang terlalu khawatir memikirkan itu semua. Hanya dia yang terlalu takut bahwa pernikahan tiba-tiba ini membuat rumah tangga mereka tidak baik-baik saja. Karena memang banyak sekali hal yang dipikirkan dan banyak sekali hal yang ditakutkan. Tentang sesuatu hal yang akan terjadi jika mereka memang tetap dalam kondisi yang tidak saling suka. Karena bagaimanapun sebelum pernikahan ini terjadi putranya sama sekali tidak menyukai Liana. Saat Liana dulu akan menikah dengan abangnya saja Dia sangat tidak setuju. Apalagi ketika tiba-tiba harus menikah dengan dirinya dan background masalah-masalah yang pasti dia percaya bahwa semua ini disebabkan oleh Liana. "Papa senang meliha

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 17

    Mulai sekarang Liana selalu mencari cara yang terbaik untuk membuat semuanya lebih baik lagi. Dia tidak ingin langsung menggunakan cara-cara yang kasar atau langsung menggunakan cara-cara yang mungkin tidak bisa dan semakin mengeraskan hati suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk mempelajari karakter suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk akhirnya dia bisa mengerti apa yang harus dia perbuat dengan semua hal yang terjadi ini. Hidupnya pasti akan jauh lebih mudah dan akan jauh lebih mudah lagi dengan semua ini. Dia tidak boleh terlalu mengambil pusing dengan semua hal. Dia tidak boleh terlalu mengambil perasaan atas segala hal yang dilakukan segala sikap buruknya dan segala kelakuan-kelakuan dia dan bahkan terang-terangan di depan matanya dia bermassaraan dengan perempuan lain. Tentu jika dipikirkan istri mana yang tidak marah dan istri mana yang tidak cemburu melihat semua kelakuan itu. Namun tidak ada yang bisa membuatnya lebih baik tidak ada yang bisa membua

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 16

    Putri selalu menjadi orang yang tidak pernah puas dan selalu ingin menjadi orang yang terlihat Hedon dan kaya. Dia selalu melakukan apapun agar orang-orang melihatnya seperti orang yang berada seperti anak orang kaya dan agar orang-orang segan kepadanya. Terutama teman-temannya di kampus yang harus melihat iri padanya. Padahal kenyataannya ibunya hanyalah seorang tukang laundry yang harus menerima laundry yang setiap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya hidup dan untuk menghidupi anak-anaknya. Sebagai seorang ibu tunggal dan merawat dua orang putri ibunya tentu merasa susah untuk memenuhi segala gaya hidup anaknya terutama Putri yang seperti ini. Namun Putri selalu punya seribu satu cara agar bagaimana bisa untuk membuat dirinya sendiri tampil dengan mewah dan elegan. Agar mendapat pujian dan agar mendapat rasa kagum oleh semua orang. Dia hanya ingin sama seperti teman-teman yang bisa hidup mewah dan membeli apapun yang mereka inginkan. Sedangkan ketika dia mengi

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 15

    Rey terenyuh ketika tengah malam dia mendengar suara orang mengaji dengan suara yang sangat merdu. Sejauh ini tidak ada yang pernah mengaji di rumah ini maka sudah bisa dipastikan jika tiba-tiba dia mendengar suara mengaji itu pasti orang yang baru tinggal di sini. Rey tidak terganggu dengan suara itu, dia hanya merasa jika suara itu membuatnya merasa nyaman. Dia hanya merasa jika suara itu membuatnya jauh lebih tenang. Karena biasanya dia melakukan sesuatu dengan nyaman itu hanya ketika dia bisa menyelesaikan semua masalah-masalah. Dengan segala ambisi yang ada dalam dirinya. Namun sekarang hanya dengan mendengar suara itu saja dia sudah bisa merasa tenang. Lama dia termenu hanya untuk mendengarkan suara itu. Lama dia temanmu hanya untuk mendengarkan suara yang terdengar merdu itu. Di rumah itu memang hanya tinggal mereka berdua. Itulah sebabnya Rey bisa bersikap sesukanya tanpa harus takut pada orang lain yang akan melapor pada papanya atau orang lain yang akan mengusik bagaimana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status