Saat Rio sedikit tidak fokus dengan jalanan Karena dia mengambil ponselnya yang terjatuh tepat di dekat kakinya, tiba-tiba ada mobil dari pertigaan sebelah kiri menghantamnya dengan keras sehingga mobilnya oleng. Rio tidak mampu mengendalikan mobilnya lagi sampai menabrak trotoar samping dan berhenti di tepi jurang yang sangat curam.
Mobil itu berada di tengah-tengah karena bagian depan mobil berada di ambang jatuh ke jurang sana sedangkan bagian belakang mobil masih menempel di aspal itu. Jika kurang seimbang sedikit saja maka mereka akan langsung terperosok ke bawah sana. Liana masih banyak istighfar sejak mobil itu dihantam sejak kelajuan mobil tiba-tiba berubah dan... Sejak banyak hal yang terjadi itu. Begitu juga dengan Rio yang dalam keadaan seperti ini tentu saja tidak bisa berpikir dengan jernih dan tidak bisa berpikir dengan cepat. "Rio, aku takutttt." Ucap Liana dengan suara bergetar. Tentu saja seperti itu karena suasana saat ini sangat menegangkan. Tidak ada yang benar-benar bisa berpikir jernih antara mereka berdua. "Kamu yang sabar ya, jangan banyak bergerak. Kita harus mengatur keseimbangan agar kita berdua tidak terperosok ke jurang yang dalam ini. Liana semakin tegang. "kita harus gimana sekarang? Aku takut Rio." Liana semakin tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Dia sudah menangis karena benar-benar takut dengan keadaan ini. "Ok. Sekarang kamu tenang. Kamu harus tenang dan pelan-pelan buka seatbeld yang kamu pakai. Setelah itu pelan-pelan kamu keluar melalui pintu belakang." "Tapi kamu bagaimana? Kita harus selamat bersama kita harus keluar dari mobil ini sama-sama Rio. Aku nggak mungkin ninggalin kamu sendirian di sini." Rio memegang tangan Liana yang gemetar. "Kamu percaya sama aku kan? Aku sayang sama kamu. Aku adalah orang paling beruntung karena bisa memiliki kamu sebagai calon pendamping hidup aku. Aku pasti akan memastikan kalau kamu selamat. Karena aku janji akan melindungi kamu semampu yang aku bisa." Sejujurnya Rio juga dalam keadaan yang takut sekarang. Namun tentu saja dia tidak bisa menampakan itu di depan Liana. Dia tidak bisa membuat Liana semakin takut. Dia tidak bisa membuat semuanya semakin rumit. Walaupun tidak bisa keduanya, Rio akan memastikan setidaknya Liana selamat. Sebagai bukti cinta dan perjuangan terakhirnya. "Aku juga sayang sama kamu. Jadi bisa kan kita keluar sama-sama?" Liana juga ikut menggenggam tangan Rio dengan erat. Hanya bertahan beberapa waktu sebelum beliau melepaskan genggaman tangan itu. "Ayo, kamu keluar sekarang dari pintu belakang pelan-pelan. Kamu dulu yang harus selamat. Kamu harus percaya sama aku." "Tapi kamu gimana?" "Cepat Lia, sudah tidak ada waktu lagi sekarang." Karena mobil semakin tidak terkondisikan. Keadaan akan semakin sulit kalau mereka tetap bertahan berdua di dalam mobil itu. Mereka harus memanfaatkan waktu sesingkat-singkatnya untuk menyelamatkan diri. Dengan tangis dan dengan rasa takut, Diana mulai bergerak sedikit demi sedikit untuk menuju ke kursi belakang dan keluar melalui pintu belakang. Karena jika membuka pintu tepat di sampingnya kondisinya sudah ke jurang. Saat sudah duduk di kursi belakang Liana menatap Rio lagi. Rasa tidak ingin meninggalkan Rio sendiri di dalam mobil ini. Rio menatapnya dan mengangguk. Seolah mengatakan bahwa Liana harus tenang menghadapi semua itu. "Setelah kamu buka pintu Kamu harus langsung loncat sejauh mungkin dari mobil. Ingat! Kamu harus selamat. Dan kamu juga harus percaya sama aku." Tidak ada lagi hal lain yang bisa kalian lakukan selain daripada harus mengikuti apa yang Rio katakan. Dia hanya ingin mempercayai Rio dan tidak ingin memperburuk keadaan. Semoga apa yang dia pilih benar-benar bisa menyelamatkan dirinya dan juga Rio. Semoga apa yang dia pilih bukanlah sebuah pilihan yang salah. Tanpa kata-kata lagi, Liana sudah langsung membuka pintu dan loncat sejauh mungkin yang dia bisa dari mobil itu. Sampai dia terguling dan tentu saja tangannya yang menjadi korban dan lecet. Namun bersamaan dengan dia yang meninggalkan mobil itu mobil langsung meluncur bebas ke bawah ke arah jurang yang paling dalam. Diana hanya bisa menangis dengan keras menyaksikan mobil beserta Rio yang ada di dalamnya jatuh ke jurang yang dalam itu. "Rioooo!!!" Teriaknya dengan sangat keras. Harusnya mungkin dia tidak keluar dari mobil itu. Harusnya mungkin dia tetap menemani Rio agar semuanya tetap seimbang dan mereka bisa memikirkan cara lain untuk sama-sama selamat. Dengan keadaan jurang yang segelam itu, Liana tidak tahu bagaimana keadaan Rio dibawa sana. Apakah Rio baik-baik saja atau justru sebaliknya. Liana mendadak juga tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Karena menurutnya, posisi Rio sekarang berada jauh sekali di dasar jurang sana. Bahkan jika dia teriak walaupun sekeras apapun, sepertinya memang Rio tidak mungkin akan mendengar di dasar jurang sana. "Aku harus mencari cara lain." Batin Liana. Dia bangkit dengan susah payah, karena tentu saja badannya sekarang terasa sangat nyeri. Karena dia lompat dari mobil dan dengan posisi yang jauh seperti ini. Jadi, badannya pasti sakit semua apalagi memang dia ada memar di beberapa bagian tubuhnya karena efek lompatnya tadi. Ingin menelfon keluarga pun Liana tidak memiliki ponsel itu. Semuanya berada di mobil. Hanya dirinya saja yang bisa keluar dari mobil itu setelah pertimbangan besar yang sebelumnya dilakukan. "Hamba harus gimana sekarang ya Allah? Semuanya begitu tiba-tiba. Apakah ini teguran darimu ya Allah? Jika seperti itu, hanya minta maaf ya Allah. Semoga di bawa sama Rio masih selamat. Tolong kabulkan doa hamba ya Allah. Dengan sudah payah Liana berdiri. Dia tidak bisa melakukan banyak hal selain hanya menyetop orang yang lewat untuk membantunya. Setidaknya, untuk menelfon keluarga dan nomor darurat agar segera datang pertolongan padanya. Jujur saja saat ini Liana dalam keadaan yang bingung. Pikirannya tidak bisa bekerja dengan benar. Semuanya sungguh sangat abu-abu sekarang. Disisi lain dirinya sendiri pun sekarang sudah sangat melemah. Benturan keras ditambah lagi syok akan kejadian ini. Semuanya menimpa-nya secara bersamaan. "Rio, kamu bertahan ya disana. Aku pasti akan segera mencari pertolongan buat Kamu. Aku mohon kamu harus bertahan. Karena kamu janji akan terus menjaga aku dalam kondisi apapun. Itu artinya kamu harus selalu ada di samping aku. Aku gak terima penolakan dalam cara apapun. Temui aku dan bicara lagi setelah nanti semuanya baik-baik saja." Liana menangis semakin tak bisa ditahan lagi. Sejak tadi, belum ada satupun mobil yang lewat. Jangankan mobil, bahkan motor pun tidak ada lewat di depan. Sampai tiba-tiba ada mobil yang berhenti saat dia mulai putus asa. "Liana?""apa yang sedang kamu pikirkan?" Rey menghampiri Liana yang sedang duduk di tepi kolam. Sambil melihat ikan-ikan berenang di sana. Melihat ada umpan ikan di sampingnya, Rey tebak Liana pasti baru saja memberi makan ikan-ikan itu. Liana memang perempuan yang sedikit unik. Dia banyak sekali berinteraksi dengan hewan ketika dia sedang ada masalah. Minta dengan kucing yang dia temui entah dengan semut yang tiba-tiba mengganggu masakannya dan saat ini dia sedang mengadu dengan ikan-ikan di kolam. Dia seperti tidak memiliki seorang teman untuk berbagi kisah pilunya. Namun... Setidaknya itu adalah sebuah keberuntungan bagi Rey. Karena kehidupannya tidak menjadi konsumsi publik. Liana cenderung tidak membagikan kisah hidupnya yang pilu ini kepada orang-orang. Sehingga, apapun yang dia rasakan hanya dia sendiri yang bisa merasakannya. "Aku hanya duduk santai sambil memberi makan ikan menikmati waktu sore yang begitu menyejukkan. Daripada harus memikirkan hal-hal yang membuat kepalaku pusing
Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang cukup nyaman. Terutama setelah pembahasan tentang mamanya yang telah tiada, Rey tiba-tiba menjadi sosok yang lebih kalem. Menjadi sosok yang seperti ingat akan dosa dan pahala. Jika dipikir-pikir, rasanya memang hal itu sangat membekas pastinya dalam dirinya. Namun, mungkin ada sesuatu hal yang belum bisa dia terima sampai saat ini. Rey sepertinya memang bukan tipe orang yang bisa membicarakan apapun yang dia rasakan. Dia tidak seperti almarhum Rio. Sejauh dia mengenal Rio, laki-laki itu orangnya jauh lebih terbuka daripada Rey. Walaupun pada kenyataannya mereka adalah saudara kandung, namun ternyata tetap saja ada sesuatu hal yang pasti akan mengganjal. Tetap saja ada sesuatu hal yang mengganggu dalam diri mereka. Sudah lama rasanya tidak membalas Rio lagi. Mungkin dia juga sudah tenang di sana. Berkali-kali Liana juga selalu mendoakannya setiap salat. Berharap Rio tidak ikut memikirkan apa yang terjadi saat ini. Meskipun agak rumit dan mun
Tama senang melihat anak dan menantunya akur seperti ini. Tadi saat dia sengaja datang awal ke rumah ini dia melihat mereka sedang masak bersama. Dia merasa bahwa apa yang dia takutkan selama ini tidak terbukti kebenarannya. Bahwa mungkin anak dan menantunya ini sebenarnya memang benar-benar baik-baik saja. Hanya dia yang terlalu khawatir memikirkan itu semua. Hanya dia yang terlalu takut bahwa pernikahan tiba-tiba ini membuat rumah tangga mereka tidak baik-baik saja. Karena memang banyak sekali hal yang dipikirkan dan banyak sekali hal yang ditakutkan. Tentang sesuatu hal yang akan terjadi jika mereka memang tetap dalam kondisi yang tidak saling suka. Karena bagaimanapun sebelum pernikahan ini terjadi putranya sama sekali tidak menyukai Liana. Saat Liana dulu akan menikah dengan abangnya saja Dia sangat tidak setuju. Apalagi ketika tiba-tiba harus menikah dengan dirinya dan background masalah-masalah yang pasti dia percaya bahwa semua ini disebabkan oleh Liana. "Papa senang meliha
Mulai sekarang Liana selalu mencari cara yang terbaik untuk membuat semuanya lebih baik lagi. Dia tidak ingin langsung menggunakan cara-cara yang kasar atau langsung menggunakan cara-cara yang mungkin tidak bisa dan semakin mengeraskan hati suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk mempelajari karakter suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk akhirnya dia bisa mengerti apa yang harus dia perbuat dengan semua hal yang terjadi ini. Hidupnya pasti akan jauh lebih mudah dan akan jauh lebih mudah lagi dengan semua ini. Dia tidak boleh terlalu mengambil pusing dengan semua hal. Dia tidak boleh terlalu mengambil perasaan atas segala hal yang dilakukan segala sikap buruknya dan segala kelakuan-kelakuan dia dan bahkan terang-terangan di depan matanya dia bermassaraan dengan perempuan lain. Tentu jika dipikirkan istri mana yang tidak marah dan istri mana yang tidak cemburu melihat semua kelakuan itu. Namun tidak ada yang bisa membuatnya lebih baik tidak ada yang bisa membua
Putri selalu menjadi orang yang tidak pernah puas dan selalu ingin menjadi orang yang terlihat Hedon dan kaya. Dia selalu melakukan apapun agar orang-orang melihatnya seperti orang yang berada seperti anak orang kaya dan agar orang-orang segan kepadanya. Terutama teman-temannya di kampus yang harus melihat iri padanya. Padahal kenyataannya ibunya hanyalah seorang tukang laundry yang harus menerima laundry yang setiap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya hidup dan untuk menghidupi anak-anaknya. Sebagai seorang ibu tunggal dan merawat dua orang putri ibunya tentu merasa susah untuk memenuhi segala gaya hidup anaknya terutama Putri yang seperti ini. Namun Putri selalu punya seribu satu cara agar bagaimana bisa untuk membuat dirinya sendiri tampil dengan mewah dan elegan. Agar mendapat pujian dan agar mendapat rasa kagum oleh semua orang. Dia hanya ingin sama seperti teman-teman yang bisa hidup mewah dan membeli apapun yang mereka inginkan. Sedangkan ketika dia mengi
Rey terenyuh ketika tengah malam dia mendengar suara orang mengaji dengan suara yang sangat merdu. Sejauh ini tidak ada yang pernah mengaji di rumah ini maka sudah bisa dipastikan jika tiba-tiba dia mendengar suara mengaji itu pasti orang yang baru tinggal di sini. Rey tidak terganggu dengan suara itu, dia hanya merasa jika suara itu membuatnya merasa nyaman. Dia hanya merasa jika suara itu membuatnya jauh lebih tenang. Karena biasanya dia melakukan sesuatu dengan nyaman itu hanya ketika dia bisa menyelesaikan semua masalah-masalah. Dengan segala ambisi yang ada dalam dirinya. Namun sekarang hanya dengan mendengar suara itu saja dia sudah bisa merasa tenang. Lama dia termenu hanya untuk mendengarkan suara itu. Lama dia temanmu hanya untuk mendengarkan suara yang terdengar merdu itu. Di rumah itu memang hanya tinggal mereka berdua. Itulah sebabnya Rey bisa bersikap sesukanya tanpa harus takut pada orang lain yang akan melapor pada papanya atau orang lain yang akan mengusik bagaimana