Share

part 3

Author: Nurhidayah
last update Last Updated: 2024-05-06 23:24:15

Liana dan Rio sudah bersiap-siap untuk mengunjungi sahabat lama mereka. Selain berkunjung karena memang mereka sudah lama sekali tidak bertemu, mereka juga sekaligus ingin menyampaikan kabar bahagia ini. Undangan pernikahan yang memang ingin mereka berikan secara langsung.

"Kamu sudah menghubungi Bara lagi?" Tanya Rio pada Liana. Karena sekarang mereka sudah bersiap-siap akan berangkat datang mereka sudah berada di dalam mobil.

"Sudah... Aku sudah menghubungi dia lagi dan dia sudah menunggu kita. Katanya dia sedikit lagi sibuk di cafe sejak tadi tapi dia dengan senang hati menunggu kedatangan kita katanya dia juga ada yang ingin dikatakan. Entahlah, Dia juga bilang ingin mengatakan hal yang penting sama kita."

"Oh ya? Pas banget dong ya berarti. Kita mau menyampaikan kabar bahagia sama dia dan dia juga ternyata ingin untuk menemui kita. Siapa tahu ternyata dia juga membawa kabar bahagia."

"Aamiin. Semoga memang benar dia akan membawa kabar bahagia juga untuk diberitahu kepada kita. Karena kalau diingat-ingat sebenarnya kita sudah lama juga nggak ketemu sama dia sejak lulus kuliah kan Kita pisah. Dan juga nggak banyak ada kabar tentang dia gimana dia ada di mana dan perkembangan-perkembangan dia seperti apa. Padahal sejak dulu kan dia dekat banget sama kita termasuk teman dekat kan?"

"Iya. Nanti deh kita banyak ngobrol sama dia. Kita kan juga banyak punya waktu luang. Apalagi perjalanan ke sana juga ya lumayan lah menghabiskan waktu beberapa jam. Jadi kan nggak mungkin kalau misalnya kita ke sana cuman bentar paling nggak kita ya beberapa jam sambil istirahat sambil ngobrol sama dia sebelum kita kembali pulang lagi. Jadi kita puas-puasin ngobrol sama dia tukar informasi dan tanya-tanya aktifitasnya gimana sekarang lagi ngapain aja."

Liana ikut mengganggu. Karena sesungguhnya dia juga agak tidak terlalu menyukai perjalanan jauh. Hanya saja, demi teman lamanya ini dia rela untuk pergi sedikit lebih jauh daripada biasanya. Dia juga sempat berpikir bahwa mungkin sesuatu hal yang jarang ini akan menjadi sesuatu hal yang sering dia lakukan nanti bersama Rio. Karena dia kenal betul bagaimana karakter Rio apapun yang Rio suka dan bagaimana kebiasaan-kebiasaan mereka yang memang beberapa hal bertolak belakang.

Namun meskipun ada beberapa hal yang bertolak belakang bukan berarti mereka tidak bisa bersatu. Karena beberapa hal itu memang dilakukan untuk mereka lebih dekat lagi dan beberapa hal itu bukan sesuatu hal yang negatif. Liana benar-benar memantapkan hatinya untuk terus bersama dengan Rio. Dia selalu berdoa agar hubungan mereka selalu menjadi hubungan yang diberkahi Allah dan hubungan mereka selalu langgeng dan dijauhkan dari segala masalah.

Sebab apapun yang terjadi, Liana yakin dengan apa yang dia pilih saat ini. Karena bagaimanapun juga, sebelum dia menjatuhkan semua pilihan ini dia sudah benar-benar yakin bahwa pilihannya tidak salah.

"Kamu mikirin apa sih sekarang?" Tanya Rio melihat Liana yang tiba-tiba diam. Sekarang mereka sudah dalam perjalanan menuju cafe Bara yang terletak agak di posisi puncak. Oleh sebab itu mereka mempersiapkan beberapa hal untuk semuanya.

"Enggak. Aku cuman kepikiran tentang Kita. Semoga segala urusan kita dan semua jalannya dipermudah oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Tiba-tiba aku merasa gelisah. Sejak tadi malam hatiku rasanya nggak tenang. Apa... Ini karena aku gugup aja ya? Sebenarnya aku lagi bingung kayak ada sesuatu yang aku pikirin tapi aku juga nggak tahu sesuatu apa itu."

"Iya... Itu pasti karena kamu lagi nggak tenang pikiran kamu lagi kacau dan kamu lagi mikirin ke mana-mana. Sebenarnya hal itu karena kamu gugup aja. Kamu tau gak? Gimana caranya aku untuk menghilangkan semua kegugupan yang aku rasakan selama ini?"

"Gimana Emangnya?"

Rio menjawab sambil tersenyum. "aku selalu ngebayangin gimana waktu-waktu bahagia kita nanti. Gimana saat kita udah bersama saat bangun tidur aku bisa melihat wajah cantik kamu saat sebelum tidur aku bisa melihat wajah kamu dan disaat apapun itu aku bisa selalu bersama kamu. Aku tidak sabar untuk melalui semua hal itu. Kamu tau? Katanya aku sangat bahagia sekarang padahal aku belum mencapai posisi itu. Aku nggak tahu kalau sudah benar-benar ada di titik itu nanti bagaimana. Aku pasti jauh lebih bahagia daripada sekarang. Aku... Aku ingin berterima kasih sama kamu yang sudah menerima aku apa adanya. Terimakasih, untuk percaya sama aku."

Mata Liana sampai berkaca-kaca mendengar hal itu.

"Iih... Kok kamu jadi ngomong hal kayak gitu sih Aku kan jadi sedih." Ucap Liana sambil mengusap air mata yang jatuh di pipinya. "Aku kan juga merasa beruntung karena aku bisa sama kamu karena kamu mau nerima aku dan... Kita hadapi dan jalani semua ini sama-sama. Aku udah janji sama diri aku sendiri untuk akan ngelewatin ini barang-barang sama kamu karena ini adalah pilihanku."

Mereka berdua terus bercerita dalam perjalanan saling bersukaria dan melempar canda tawar satu sama lain. Mereka benar-benar dalam kondisi yang bahagia saat ini. Karena sebentar lagi akan menikah dan mereka akan hidup bersama.

Sementara Bara yang menunggu kedatangan Liana sedang mempersiapkan dirinya dengan baik dan sedang mempersiapkan apa yang ingin dia bicarakan pada Liana.

Sejujurnya barat tidak tahu jika kalian akan datang bersama Rio. Entah ini disengaja atau tidak Liana memang mengatakan jika dia ingin datang mengunjungi Bara karena ada sesuatu hal yang ingin dikatakan. Namun dia tidak ada menceritakan jika dia datang bersama Rio dan apa tujuan mereka saat ini sehingga bara masih tidak mengerti sama sekali. Bahkan tujuannya sekarang adalah tujuan yang mungkin saja bertolak belakang dengan tujuan Rio dan Diana datang menemuinya.

"Gue harus siap-siap sebelum Liana datang. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya. Setelah sekian lama gue menyimpan ini semuanya sendiri maka sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk mengungkapkan semuanya."

Berat tersenyum. Beras sudah membayangkan bagaimana dia bertemu Liana dan mengatakan apa yang sebenarnya ingin dia katakan. Sesuatu hal yang sudah lama dia pendam selama ini namun belum sempat terucap karena ada beberapa hal yang mungkin masih ia jaga dan ada beberapa hal berbeda yang mungkin masih dia pertimbangkan untuk mengatakan itu semua.

Setelah melampaui perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya Liana dan Rio sampai juga ke cafe Bara.

"Akhirnya kita sampai juga ya. Nggak kerasa perjalanan tadi ternyata cukup jauh."

"Nggak jauh, hanya kamu yang memang jarang melakukan perjalanan jauh seperti ini. Nanti aku pasti akan sering-sering aja kamu buat jalan-jalan. Kita akan selalu menghabiskan waktu bersama untuk liburan dan bersenang-senang."

Makan saling bercanda saling mengobrol bahkan saat mereka sudah datang ingin menuju ke arah cafe pun mereka masih sambil mengobrol. Sampai tidak sadar jika mereka sudah dapat sampai di depan pintu dan sudah ada barang yang menyambut mereka di sana.

"Loh, kok kalian berdua bisa datang bareng gini? Rio? Kok nggak bilang mau datang ke sini juga. Kalian berdua janjian ya? Ini apa sih? Kok jadi bingung gini."

Rio dan Liana saling pandang dan tertawa.

"Minimal persilahkan kita duduk dulu nanti baru kita ceritakan semuanya."

"Iya ya udah sini-sini duduk dulu." Ucap Bara masih dengan kebingungannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 20

    "apa yang sedang kamu pikirkan?" Rey menghampiri Liana yang sedang duduk di tepi kolam. Sambil melihat ikan-ikan berenang di sana. Melihat ada umpan ikan di sampingnya, Rey tebak Liana pasti baru saja memberi makan ikan-ikan itu. Liana memang perempuan yang sedikit unik. Dia banyak sekali berinteraksi dengan hewan ketika dia sedang ada masalah. Minta dengan kucing yang dia temui entah dengan semut yang tiba-tiba mengganggu masakannya dan saat ini dia sedang mengadu dengan ikan-ikan di kolam. Dia seperti tidak memiliki seorang teman untuk berbagi kisah pilunya. Namun... Setidaknya itu adalah sebuah keberuntungan bagi Rey. Karena kehidupannya tidak menjadi konsumsi publik. Liana cenderung tidak membagikan kisah hidupnya yang pilu ini kepada orang-orang. Sehingga, apapun yang dia rasakan hanya dia sendiri yang bisa merasakannya. "Aku hanya duduk santai sambil memberi makan ikan menikmati waktu sore yang begitu menyejukkan. Daripada harus memikirkan hal-hal yang membuat kepalaku pusing

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 19

    Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang cukup nyaman. Terutama setelah pembahasan tentang mamanya yang telah tiada, Rey tiba-tiba menjadi sosok yang lebih kalem. Menjadi sosok yang seperti ingat akan dosa dan pahala. Jika dipikir-pikir, rasanya memang hal itu sangat membekas pastinya dalam dirinya. Namun, mungkin ada sesuatu hal yang belum bisa dia terima sampai saat ini. Rey sepertinya memang bukan tipe orang yang bisa membicarakan apapun yang dia rasakan. Dia tidak seperti almarhum Rio. Sejauh dia mengenal Rio, laki-laki itu orangnya jauh lebih terbuka daripada Rey. Walaupun pada kenyataannya mereka adalah saudara kandung, namun ternyata tetap saja ada sesuatu hal yang pasti akan mengganjal. Tetap saja ada sesuatu hal yang mengganggu dalam diri mereka. Sudah lama rasanya tidak membalas Rio lagi. Mungkin dia juga sudah tenang di sana. Berkali-kali Liana juga selalu mendoakannya setiap salat. Berharap Rio tidak ikut memikirkan apa yang terjadi saat ini. Meskipun agak rumit dan mun

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 18

    Tama senang melihat anak dan menantunya akur seperti ini. Tadi saat dia sengaja datang awal ke rumah ini dia melihat mereka sedang masak bersama. Dia merasa bahwa apa yang dia takutkan selama ini tidak terbukti kebenarannya. Bahwa mungkin anak dan menantunya ini sebenarnya memang benar-benar baik-baik saja. Hanya dia yang terlalu khawatir memikirkan itu semua. Hanya dia yang terlalu takut bahwa pernikahan tiba-tiba ini membuat rumah tangga mereka tidak baik-baik saja. Karena memang banyak sekali hal yang dipikirkan dan banyak sekali hal yang ditakutkan. Tentang sesuatu hal yang akan terjadi jika mereka memang tetap dalam kondisi yang tidak saling suka. Karena bagaimanapun sebelum pernikahan ini terjadi putranya sama sekali tidak menyukai Liana. Saat Liana dulu akan menikah dengan abangnya saja Dia sangat tidak setuju. Apalagi ketika tiba-tiba harus menikah dengan dirinya dan background masalah-masalah yang pasti dia percaya bahwa semua ini disebabkan oleh Liana. "Papa senang meliha

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 17

    Mulai sekarang Liana selalu mencari cara yang terbaik untuk membuat semuanya lebih baik lagi. Dia tidak ingin langsung menggunakan cara-cara yang kasar atau langsung menggunakan cara-cara yang mungkin tidak bisa dan semakin mengeraskan hati suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk mempelajari karakter suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk akhirnya dia bisa mengerti apa yang harus dia perbuat dengan semua hal yang terjadi ini. Hidupnya pasti akan jauh lebih mudah dan akan jauh lebih mudah lagi dengan semua ini. Dia tidak boleh terlalu mengambil pusing dengan semua hal. Dia tidak boleh terlalu mengambil perasaan atas segala hal yang dilakukan segala sikap buruknya dan segala kelakuan-kelakuan dia dan bahkan terang-terangan di depan matanya dia bermassaraan dengan perempuan lain. Tentu jika dipikirkan istri mana yang tidak marah dan istri mana yang tidak cemburu melihat semua kelakuan itu. Namun tidak ada yang bisa membuatnya lebih baik tidak ada yang bisa membua

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 16

    Putri selalu menjadi orang yang tidak pernah puas dan selalu ingin menjadi orang yang terlihat Hedon dan kaya. Dia selalu melakukan apapun agar orang-orang melihatnya seperti orang yang berada seperti anak orang kaya dan agar orang-orang segan kepadanya. Terutama teman-temannya di kampus yang harus melihat iri padanya. Padahal kenyataannya ibunya hanyalah seorang tukang laundry yang harus menerima laundry yang setiap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya hidup dan untuk menghidupi anak-anaknya. Sebagai seorang ibu tunggal dan merawat dua orang putri ibunya tentu merasa susah untuk memenuhi segala gaya hidup anaknya terutama Putri yang seperti ini. Namun Putri selalu punya seribu satu cara agar bagaimana bisa untuk membuat dirinya sendiri tampil dengan mewah dan elegan. Agar mendapat pujian dan agar mendapat rasa kagum oleh semua orang. Dia hanya ingin sama seperti teman-teman yang bisa hidup mewah dan membeli apapun yang mereka inginkan. Sedangkan ketika dia mengi

  • ISTRIKU BUKAN PECUNDANG!   part 15

    Rey terenyuh ketika tengah malam dia mendengar suara orang mengaji dengan suara yang sangat merdu. Sejauh ini tidak ada yang pernah mengaji di rumah ini maka sudah bisa dipastikan jika tiba-tiba dia mendengar suara mengaji itu pasti orang yang baru tinggal di sini. Rey tidak terganggu dengan suara itu, dia hanya merasa jika suara itu membuatnya merasa nyaman. Dia hanya merasa jika suara itu membuatnya jauh lebih tenang. Karena biasanya dia melakukan sesuatu dengan nyaman itu hanya ketika dia bisa menyelesaikan semua masalah-masalah. Dengan segala ambisi yang ada dalam dirinya. Namun sekarang hanya dengan mendengar suara itu saja dia sudah bisa merasa tenang. Lama dia termenu hanya untuk mendengarkan suara itu. Lama dia temanmu hanya untuk mendengarkan suara yang terdengar merdu itu. Di rumah itu memang hanya tinggal mereka berdua. Itulah sebabnya Rey bisa bersikap sesukanya tanpa harus takut pada orang lain yang akan melapor pada papanya atau orang lain yang akan mengusik bagaimana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status