Sepulang dari belanja, Dewi justru merasa tidak enak badan. Rasanya sangat mual-mual sampai dia harus bolak-balik kamar mandi.
"Kenapa sih, gak biasanya aku kayak gini. Dari kemarin juga rasanya gak enak badan banget." Dewi merutuki dirinya sendiri. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Karena yang dia tau, dia bukan tipikal orang yang mudah sakit. Apalagi jika hanya karena hal-hal sepele saja seperti ini.Keadaan malam itu sangat kacau. Mereka berdua tiba-tiba ada di satu kamar yang sama dan melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan."Arkhhh..." Desah perempuan itu sambil meremas rambut laki-laki yang kini ada di atasnya. Dengan posisi menindihnya. "Lakukanlah lebih cepat." Ucap perempuan itu tidak sabar dengan gerakan yang lambat itu.Laki-laki itu semakin mempercepat permainannya hingga mereka mencapai puncak bersama. Bodohnya, Mereka tidak sadar jika malah mengeluarkan itu di dalam.Dewi tersadar dari lamunannya. Karena dia tiba-tiba terpikir dengan sesuatu hal yang terjadi padanya beberapa waktu lalu. Dia curiga jika memang ada sesuatu yang terjadi padanya dan ada hubungannya dengan hal itu."Apa karena hal itu ya? Tapi rasanya tidak mungkin jika seperti itu. Kita baru melakukannya sekali. Jadi bagaimana mungkin bisa seperti ini?" Dewi sudah mulai kalut. Dia tidak ingin jika apa yang ada di pikirannya ini benar-benar terjadi. Karena apapun itu, semuanya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Dia memiliki rencana yang lain dan hal ini sangat jauh berbeda dengan apa yang dia rencanakan. Bahkan hal ini bisa saja mengganggu semua yang sudah dia rencanakan selama ini.Sedangkan Rei hanya bisa merebahkan dirinya di kamar. Hari ini cukup melelahkan baginya. Banyak sekali hal yang harus dia pikirkan. Padahal yang akan menikah adalah abangnya, tapi rasanya seperti dia yang akan menikah. Dia justru tampak lebih sibuk dari abangnya sendiri.Rei kalut tidak tau harus bagaimana. Dia tidak tau kenapa dirinya sampai seperti ini. Bagai ada sesuatu yang mengusiknya, namun dia sendiri juga tidak tau hal apa itu. Hanya merasa tidak tenang ingin melakukan apapun sekarang.Mendengar suara berisik-berisik di luar, Rei yang sedang tidak tenang itupun terusik. Ingin tau juga apa yang sedang ribut di luar sana."Nah, ini nih anaknya. Papa kira kamu belum pulang tadi. Darimana aja seharian ini? Di kantor gak ada. Menemani Rio juga tidak. Kemana kamu sebenernya? Papa Jan sudah bilang, kalo kamu jangan terlalu apatis seperti ini. Kamu harus lebih perduli lagi dengan kantor. Terutama kamu harus lebih perduli lagi dengan Abang kamu ini. Sebentar lagi dia akan menikah. Kalian tidak akan bisa lagi menghabiskan waktu seperti sebelumnya. Semuanya akan ada batasnya.""Cuman menikah kan? Bukan pergi selama-lamanya. Udah kau pa, jangan lebay gitu. Jangan terlalu repot juga. Aku gak di kantor bukan berarti aku apatis. Aku juga punya urusan lain yang harus aku urus.""Jangan macam-macam ya Rey di kantor papa. Jangan bertindak seenaknya. Kamu harus ada batasan di situ bagaimana untuk bersikap. Papa juga mau mengingatkan, kalau kamu mau mencari istri, carilah yang seperti Liana. Contoh abangmu ini yang pandai mencari istri. Jangan cari yang aneh-aneh apalagi yang hanya memanfaatkan kamu.""Liana terus Liana terus. Apa sih hebatnya dia? Jangan sampai nyesel nanti kalo udah tau siapa dia sebenernya. Dia itu cuman orang yang mau manfaatin kekayaan keluarga kita aja. Jadi tolong percaya sama Rey.""Cukup Rey! Gue ngerti Lo mungkin gak suka sama dia. Tapi tolong jangan jelek-jelekin dia kayak gitu. Lo harus belajar ngerti dan coba untuk kenal Liana sebagai calon kakak ipar lo. Nanti Lo akan ngerti betapa baiknya dia dan kenapa gue pilih dia. Justru harusnya lo yang hati-hati. Ingat Rey, orang yang paling kita percaya dan yakin gak akan melakukan apa-apa juga gak membuktikan kalo misalnya dia biasa aja. Lo harus buka mata. Jangan sampai Lo yang terjebak sama omongan lo sendiri.""Sudah-sudah jangan di ributkan lagi. Lebih baik kalian istirahat sekarang. Jangan pergi kemana-mana. Karena malam ini kita akan ada makan malam bersama dengan keluarga Liana. Bagaimana pun, sebentar lagi kita akan menjadi keluarga. Jadi tidak ada salahnya untuk mulai saling mengakrabkan diri dari sekarang."Rey langsung pergi begitu saja. Tidak menjawab apapun dari apa yang papanya bicarakan. Ditambah lagi ya sangat kesal dengan apa yang Rio ucapkan padanya.Bugh... Suara Rey meninju kasur berkali-kali. Dia sangat kesal dengan situasi ini sekarang. Situasi menyebalkan yang tidak menguntungkan sama sekali. Saat dia ingin menelfon Dewi, tiba-tiba pacarannya ini tidak bisa dihubungi. Entah pergi kemana pacarnya itu. Padahal baru saja berbelanja sebanyak itu bagai merampok semua uangnya. Dewi terkadang memang tidak pengertian dengan bagaimana kondisinya, tapi Rey begitu mencintai Dewi. Karena Dewi adalah perempuan yang cantik dan seksi. Semua orang memujanya dan mengatakan bahwa dia beruntung memiliki pacar seperti Dewi. Jadi mana mungkin dia melepaskan Dewi begitu saja.Dewi sudah tidak di rumahnya lagi sekarang. Dia sudah berada di bar, tempat dimana dia selalu menghabiskan waktu ketika pikirannya yang kacau. Namun, sepertinya pikirannya selalu kacau. Karena dia sering sekali datang ke tempat ini. Dia juga selalu bertemu dengan orang yang sama."Kenapa ada di sini? Bukankah sebentar lagi kamu akan menikah?" Tanya Dewi sensi.Hubungan ini sangat rumit. Tapi dia tau betul bagaimana dekatnya mereka berdua. Bagaimana mereka yang selalu menghabiskan malam bersama akhir-akhir ini. Dengan kesadaran penuh, mereka menghabiskan malam-malam panas itu."Lupakan apapun yang sudah terjadi di antara kita. Jangan pernah ingat apalagi mengungkit semua hal itu."Dewi tidak menjawab. Namun dia melangkahkan kakinya menjauh dari situ. Masuk ke dalam private room. Langkahnya gontai masih dengan segelas anggur merah ditangannya.Entah kenapa, laki-laki yang bersamanya ini justru mengikutinya dari belakang. Sampai masuk ke private room itu. Melihat Dewi sudah duduk di salah satu sofa dengan diam. Benar-benar hanya diam membuat laki-laki itu sedikit bingung."Apa yang kamu pikirkan?"Dewi langsung berdiri dan mencium bibir laki-laki itu tanda aba-aba. Membuat laki-laki itu sedikit kaget. Namun sepersekian detik, dia langsung membalas ciuman itu. Hingga menjadi malam yang cukup panas.Tangan Dewi mulai merambah untuk membuka kancing baju pria itu. Begitu juga dengan pria itu yang dengan mudah membuka dress yang Dewi kenakan. Karena Dewi hanya menggunakan dress merah dengan satu tali. Benar-benar memudahkan semulanya.Pikiran Dewi kacau sekarang. Rey pacarannya sendiri saja tidak bisa memuaskannya seperti ini. Padahal mereka bersama sudah cukup lama. Entah apa yang dipikirkan Rey sampai tidak pernah mau melakukan dengannya. Sehingga dia melampiaskan semuanya seperti ini.Pria itu mulai dengan meremas payudara Dewi membuat Dewi mengerang keenakan."Arkhh..." Ucapnya samar. Mereka masih terus berciuman sambil pindah posisi di atas sofa. Kini pria itu mengambil posisi di atas Dewi. Dia memandang Dewi lama sebelum memulai aksinya yang lebih jauh."Ini yang terakhir kalinya." Ucap pria itu dan memulai malam panas itu. Keduanya sama-sama menikmati hal itu.Dewi yang melakukannya karena kesal dengan Rey. Begitu juga dengan pria itu yang tidak bisa menahan hasratnya lagi.Hari masih gelap, laki-laki itu sudah bangun dari tidurnya. Aktifitas mereka semalam itu sangat-sangat menguras energinya. Kini sekarang mereka sudah terbangun dengan keadaan tidak berbusana. Bahkan dalam keadaan saling tindih di sofa yang tidak terlalu besar itu membuat kondisi badan tidak enak."Ini terakhir." Tegas laki-laki itu lagi. Setelah ini aku akan menikah dan memulai hidup yang baru. Jangan coba-coba hubungi dan pancing aku lagi."Kenapa kamu menyalahkan aku? Bukankah kamu sendiri yang datang ke sini? Kenapa kamu ada di sini kalau memang kamu sedang menjaga diri karena ingin menikah dan semua niatmu itu? Aku heran kenapa kamu akan menikahi gadis cupu itu. Bagaimana kalau misalnya dia tidak bisa memuaskan dirimu sepertiku?" Ucap Dewi sambil memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai."Cukup. Jangan masuk campur urusan pribadiku. Urusi saja urusanmu sendiri. Bagaimana dengan Rey? Kamu tidak bisa menggodanya bukan? Kamu yakin kalian baik-baik saja? Kalo yakin selama ini dia sungguh-sungguh dengan ini semua. Bahkan keluarga kami tidak pernah ada yang menyukai perempuan sepertimu."Dewi mengepalkan tangannya. "Jangan pancing kesabaranku. Aku bisa melakukan hal yang lebih kejam daripada apa yang kamu lakukan. Ingat! Bahkan aku memegang semua rahasiamu."Di tempat yang berbeda, Liana baru saja memecahkan gelas yang di pegangnya. Tiba-tiba hatinya tidak tenang. Tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Hatinya gelisah entah memikirkan apa."Ya Allah, kenapa ya? Tiba-tiba gelisah begini."Liana memang biasa bangun di tengah malam untuk melaksanakan sholat malam. Sebelum itu, dia tadi mengambil air untuk minum karena merasa kering di tenggorokannya. Namun ia justru malah menjatuhkan gelas itu sampai basah semua di lantai dan pecahan kaca berceceran dimana-mana."Astaghfirullah, kenapa Lia? Ini kenapa bisa sampai seperti ini?""Gak tau Bu. Tiba-tiba gelisah gini ya. Lia juga gak sengaja menjatuhkan gelas itu tadi. Lia minta maaf Bu.""Saat liat hendak mengambil pecahan kaca gelas itu, pergerakannya langsung di hentikan oleh ibunya."Eh usaha-usaha biar ibu aja. Kamu Jangan pegang ini bahaya, tangan kamu bisa luka.""Tapi Bu...""Udah, nurut aja sama ibu. Kamu sebentar lagi mau menikah Lia, jadi jangan sampai terjadi apa-apa sama kamu. Banyak-banyak berdoa dan banyak istighfar. Ujian menjelang pernikahan memang selalu ada saja seperti ini."Lia menurut. Mundur dan ibunya yang membersihkan bekas pecahan kaca itu."Bu... Kira-kira nanti Rey bakalan bisa suka sama Lia gak ya? Tadi keliatan banget wajahnya kalo dia gak suka sama Lia. Apalagi nanti kalo kita bakal tinggal di satu rumah, kita pasti akan lebih sering ketemu. Lia gak nyaman Bu, walaupun dia cuman adik ipar aja. Tapi kayaknya dia benci banget sama Lia. Kayak ada masalah aja setiap dia ngeliat Lia.""Jangan terlalu dipikirkan seperti itu. Rio pasti sudah selalu membuat kamu lebih tenang kan? Ibu yakin nanti kamu bisa mengatasi itu. Betul kata nak Rio, kalo adiknya itu hanya belum mengenal kamu dengan baik. Karena yang paling penting, hubunganmu dengan Rio baik-baik saja. Orangtuanya juga baik sekali dapat menerima kamu dengan baik. Jadi... Kamu tenang saja. Jangan justru terlalu memusingkan hal itu.""Iya Bu, Rio juga selalu bilang hal seperti itu. Tapi tetap saja, Lia seperti tidak enak kalau Rey masih seperti itu sikapnya. Lia aneh juga, kenapa dia sangat membenci Lia. Padahal kita tidak pernah kenal sana sekali sebelumnya. Tidak ada sesuatu hal yang terjadi juga. Jadi Lia bingung aja, kenapa sampai sebenci itu.""Sudahkah, jangan dibahas lagi. Lebih baik kamu tenangkan hatimu aja sekarang. Kamu mau sholat malam kan tadi? Sholat lah sekarang. Hati-hati lewat sini. Ini biar ibu saja yang bereskan.""Iya Bu, makasih sudah memaklumi Lia. Makasih sudah bantu Lia. Ibu juga harus berhati-hati. Jangan sampai malah tangan ibu yang terluka.""Iya iya. Yasudah, pergilah."Keluarga ini begitu lembut. Begitu berhati-hati dalam menyikapi sesuatu. Mereka hanya tinggal bertiga saja. Liana, adiknya dan juga ibunya. Hidup hanya bertiga membuat mereka saling jaga dan saling perduli satu sama lain. Tidak berjalan sendiri-sendiri, tapi mereka benar-benar memperdulikan satu sama lain. Meskipun Liana dan adiknya memiliki kebiasaan yang jauh berbeda. Tetapi mereka tetap satu didikan yang saling memperdulikan satu sama lain.Tentu berbeda didikan dan berbeda kebiasaan. Karena di jam yang sama, Dewi baru pulang ke rumahnya dengan keadaan mabuk. Dengan keadaan kacau dan penampilan yang sangat tidak rapi. Walaupun orang-orang yang melihatnya tidak tau dia sedang apa atau baru melakukan apa, namun dengan melihat penampilannya yang kacau seperti ini saja orang-orang itu sudah bisa menilai. Dewi pulang darimana, baru melakukan apa saja. Opini-opini seperti itu pasti langsung muncul ketika orang-orang itu melihat penampilan Dewi malam ini."Dewi, darimana kamu jam segini baru pulang?"Yang berbicara itu adalah Siska kakaknya. Mereka memang hanya tinggal berdua saja selain dengan pembantu. Karena kedua orangtuanya terlalu sibuk mengurusi hal lain. Sehingga tidak ada yang memperhatikan bagaimana pergaulan keduanya.Siska sebenarnya tau saja, bagaimana pergaulan Dewi dan bisa menebak apa yang sudah Dewi lakukan apalagi dengan keadaan yang seperti ini. Hanya saja, dia ingin bertanya dan ingin Dewi menjawabnya secara langsung."Gak usah pura-pura bego, Lo pasti tau gue dari mana." Setelah menjawab itu, Dewi langsung pergi ke kamarnya. Selain dirinya yang sudah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, pikirannya juga sudah kacau sekarang. Dia sudah tidak bisa memikirkan apapun lagi. Banyak hal yang ada di pikirannya saat ini."Awas aja kalo sampe bikin masalah ya. Gue gak mau terus-terusan keseret ke dalam masalah yang Lo buat."Walaupun Siska memiliki pergaulan yang hampir sama dengan adiknya itu, tapi dia tau dan bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dia tidak pernah menyebabkan masalah yang besar. Bahkan, dia memang tidak pernah menyebabkan masalah sama sekali. Berbeda dengan Dewi yang setiap waktunya selalu saja ada masalah yang dibuatnya."apa yang sedang kamu pikirkan?" Rey menghampiri Liana yang sedang duduk di tepi kolam. Sambil melihat ikan-ikan berenang di sana. Melihat ada umpan ikan di sampingnya, Rey tebak Liana pasti baru saja memberi makan ikan-ikan itu. Liana memang perempuan yang sedikit unik. Dia banyak sekali berinteraksi dengan hewan ketika dia sedang ada masalah. Minta dengan kucing yang dia temui entah dengan semut yang tiba-tiba mengganggu masakannya dan saat ini dia sedang mengadu dengan ikan-ikan di kolam. Dia seperti tidak memiliki seorang teman untuk berbagi kisah pilunya. Namun... Setidaknya itu adalah sebuah keberuntungan bagi Rey. Karena kehidupannya tidak menjadi konsumsi publik. Liana cenderung tidak membagikan kisah hidupnya yang pilu ini kepada orang-orang. Sehingga, apapun yang dia rasakan hanya dia sendiri yang bisa merasakannya. "Aku hanya duduk santai sambil memberi makan ikan menikmati waktu sore yang begitu menyejukkan. Daripada harus memikirkan hal-hal yang membuat kepalaku pusing
Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang cukup nyaman. Terutama setelah pembahasan tentang mamanya yang telah tiada, Rey tiba-tiba menjadi sosok yang lebih kalem. Menjadi sosok yang seperti ingat akan dosa dan pahala. Jika dipikir-pikir, rasanya memang hal itu sangat membekas pastinya dalam dirinya. Namun, mungkin ada sesuatu hal yang belum bisa dia terima sampai saat ini. Rey sepertinya memang bukan tipe orang yang bisa membicarakan apapun yang dia rasakan. Dia tidak seperti almarhum Rio. Sejauh dia mengenal Rio, laki-laki itu orangnya jauh lebih terbuka daripada Rey. Walaupun pada kenyataannya mereka adalah saudara kandung, namun ternyata tetap saja ada sesuatu hal yang pasti akan mengganjal. Tetap saja ada sesuatu hal yang mengganggu dalam diri mereka. Sudah lama rasanya tidak membalas Rio lagi. Mungkin dia juga sudah tenang di sana. Berkali-kali Liana juga selalu mendoakannya setiap salat. Berharap Rio tidak ikut memikirkan apa yang terjadi saat ini. Meskipun agak rumit dan mun
Tama senang melihat anak dan menantunya akur seperti ini. Tadi saat dia sengaja datang awal ke rumah ini dia melihat mereka sedang masak bersama. Dia merasa bahwa apa yang dia takutkan selama ini tidak terbukti kebenarannya. Bahwa mungkin anak dan menantunya ini sebenarnya memang benar-benar baik-baik saja. Hanya dia yang terlalu khawatir memikirkan itu semua. Hanya dia yang terlalu takut bahwa pernikahan tiba-tiba ini membuat rumah tangga mereka tidak baik-baik saja. Karena memang banyak sekali hal yang dipikirkan dan banyak sekali hal yang ditakutkan. Tentang sesuatu hal yang akan terjadi jika mereka memang tetap dalam kondisi yang tidak saling suka. Karena bagaimanapun sebelum pernikahan ini terjadi putranya sama sekali tidak menyukai Liana. Saat Liana dulu akan menikah dengan abangnya saja Dia sangat tidak setuju. Apalagi ketika tiba-tiba harus menikah dengan dirinya dan background masalah-masalah yang pasti dia percaya bahwa semua ini disebabkan oleh Liana. "Papa senang meliha
Mulai sekarang Liana selalu mencari cara yang terbaik untuk membuat semuanya lebih baik lagi. Dia tidak ingin langsung menggunakan cara-cara yang kasar atau langsung menggunakan cara-cara yang mungkin tidak bisa dan semakin mengeraskan hati suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk mempelajari karakter suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk akhirnya dia bisa mengerti apa yang harus dia perbuat dengan semua hal yang terjadi ini. Hidupnya pasti akan jauh lebih mudah dan akan jauh lebih mudah lagi dengan semua ini. Dia tidak boleh terlalu mengambil pusing dengan semua hal. Dia tidak boleh terlalu mengambil perasaan atas segala hal yang dilakukan segala sikap buruknya dan segala kelakuan-kelakuan dia dan bahkan terang-terangan di depan matanya dia bermassaraan dengan perempuan lain. Tentu jika dipikirkan istri mana yang tidak marah dan istri mana yang tidak cemburu melihat semua kelakuan itu. Namun tidak ada yang bisa membuatnya lebih baik tidak ada yang bisa membua
Putri selalu menjadi orang yang tidak pernah puas dan selalu ingin menjadi orang yang terlihat Hedon dan kaya. Dia selalu melakukan apapun agar orang-orang melihatnya seperti orang yang berada seperti anak orang kaya dan agar orang-orang segan kepadanya. Terutama teman-temannya di kampus yang harus melihat iri padanya. Padahal kenyataannya ibunya hanyalah seorang tukang laundry yang harus menerima laundry yang setiap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya hidup dan untuk menghidupi anak-anaknya. Sebagai seorang ibu tunggal dan merawat dua orang putri ibunya tentu merasa susah untuk memenuhi segala gaya hidup anaknya terutama Putri yang seperti ini. Namun Putri selalu punya seribu satu cara agar bagaimana bisa untuk membuat dirinya sendiri tampil dengan mewah dan elegan. Agar mendapat pujian dan agar mendapat rasa kagum oleh semua orang. Dia hanya ingin sama seperti teman-teman yang bisa hidup mewah dan membeli apapun yang mereka inginkan. Sedangkan ketika dia mengi
Rey terenyuh ketika tengah malam dia mendengar suara orang mengaji dengan suara yang sangat merdu. Sejauh ini tidak ada yang pernah mengaji di rumah ini maka sudah bisa dipastikan jika tiba-tiba dia mendengar suara mengaji itu pasti orang yang baru tinggal di sini. Rey tidak terganggu dengan suara itu, dia hanya merasa jika suara itu membuatnya merasa nyaman. Dia hanya merasa jika suara itu membuatnya jauh lebih tenang. Karena biasanya dia melakukan sesuatu dengan nyaman itu hanya ketika dia bisa menyelesaikan semua masalah-masalah. Dengan segala ambisi yang ada dalam dirinya. Namun sekarang hanya dengan mendengar suara itu saja dia sudah bisa merasa tenang. Lama dia termenu hanya untuk mendengarkan suara itu. Lama dia temanmu hanya untuk mendengarkan suara yang terdengar merdu itu. Di rumah itu memang hanya tinggal mereka berdua. Itulah sebabnya Rey bisa bersikap sesukanya tanpa harus takut pada orang lain yang akan melapor pada papanya atau orang lain yang akan mengusik bagaimana