Share

Menanti dalam Doa

Aku terus berjaga menunggu Zainab. Meskipun kantuk sudah menguasai, aku tetap tidak bisa memejamkan mata. Namun, aku tidak bisa melakukan salat malam jika belum tidur. Aku pun berusaha untuk tidur di kursi samping ranjang Zainab sambil menggenggam tangannya. Menyetel alarm sekitar pukul dua dini hari.

Hanya dengan bermunajat, hati ini bisa lebih tenang. Menyerahkan semua penjagaan dan keselamatan Zainab serta calon anak kami hanya pada Allah. Karena sesungguhnya, aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari alpa.

Alhamdulilah, aku mampu tertidur sejenak saat sadar alarm ponsel berdering cukup keras. Perlahan mengangkat kepala yang bersandar pada bibir kasur dengan posisi tangan bertaut dengan tangan Zainab. Mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan kesadaran.

"Mas Idan kenapa di sini?"

Aku terkesiap. Mata jelita istri kecilku sudah terbuka.

"Kamu sudah sadar, Za!" ucapku antusias.

Kuciumi punggung tangan kanannya, lalu berpindah ke wajahnya. Kurasakan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status