Share

Bab 2

Author: Siti_Rohmah21
last update Huling Na-update: 2021-09-19 23:17:44

ISTRIKU SERING MENANGIS

Bab 2

"Mayang sering menangis? Mbok tahu kenapa nggak?" tanyaku penasaran. Namun, Mbok menggelengkan kepalanya. Entahlah, dia tak mau bicara atau memang tidak mengetahui apa-apa.

"Kalau di rumah ada yang aneh lagi nggak dengan Bu Mayang selain nyusuin Arya sambil nangis dan keluar dari rumah pagi sampai siang?" tanyaku lagi. 

"Nggak sih, Pak. Ibu nggak pernah berlaku aneh-aneh," sahutnya membuatku mengernyitkan dahi. Lalu kenapa Mayang pergi ngojek? Uang yang kuberikan untuknya kan memang khusus menuhin kebutuhan pribadinya. Apa kurang cukup uang 1,5 juta untuknya? Itu tidak perlu beli sayuran dan lainnya.

"Mbok, apa Bu Mayang punya utang?" tanyaku menyecarnya. Sepertinya Mbok Ani tahu sesuatu, tapi ia rahasiakan di hadapanku.

"Pak, Mbok bener-bener nggak tahu apa-apa, coba tanyakan langsung pada Bu Mayang," suruh Mbok Ani. Namun, aku ragu menanyakan apa pun pada Mayang, karena ia sensitif sekali. Aku tanya baik-baik pun pasti ia tersinggung.

"Bingung saya, Mbok. Kenapa ya dengan Mayang? Kenapa juga ia terlihat biasa saja ketika di hadapan saya?" sambungku sambil memegang kening yang banyak pertanyaan ini.

Tiba-tiba Arya menangis, sepertinya ia haus. Kalau tiap pagi sampai siang Mayang pergi, lalu Arya diberi susu apa? Bukankah ia full ASI?

"Mbok, Arya nangis, mungkin haus," ucapku memancing apa yang akan dilakukan oleh Mbok Ani.

"Iya, Pak. Saya ambilkan stok ASI di kulkas dulu," sahutnya. Arya tidak minum susu formula juga, jadi untuk apa istriku sampai jadi tukang ojek gitu? 

Pertanyaan yang muncul di kepala semakin banyak saja, ingin rasanya kutanyakan langsung pada Mayang. Namun, aku masih saja meragukan ini. Khawatir jadi pertengkaran antara kami berdua. Untuk saat ini yang paling muncul di benakku adalah istriku punya utang, tapi utang apa? Untuk apa pula ia berhutang?

Aku coba buka sosial media milik Mayang, kubuka satu persatu messenger, tapi tidak ada satu pun chat yang berisikan tentang ia pinjam uang.

Aku letakkan kembali ponselku setelah keluar dari akun Mayang. Kemudian, aku masuk ke dalam kamar dan mencari tahu tentang masalah ini. Siapa tahu ia curahkan di buku diary.

Aku buka pintu kamar, lalu duduk di atas kasur yang sudah rapi. Kemudian mencari tahu tentang apa saja yang ia tulis di buku miliknya.

Kubuka perlembar buku tersebut, tapi tidak ada tulisan apa pun. Namun, ketika kubuka lembaran tengah, ada catatan tiap bulan. 

September 2019      Rp. 1.500.000;

Oktober       2019     Rp. 1.500.000;

Sampai tiba di bulan ini bulan Agustus 2021. Catatan itu sama dengan angka rupiah yang sama. Kedua alisku menyatu, mencoba cerna catatan yang istriku buat.

Kuperhatikan kembali bulan pertama kali ia menulis angka itu. Bulan September 2019, bukankah itu bulan kelahiran Arya? Lalu apa yang ia lakukan dengan uang itu? Astaga, kepalaku makin sakit memecahkan teka-teki ini.

Matahari mulai berada di atas kepala, aku coba hubungi Mayang agar ia cepat pulang, karena matahari sudah sangat menyengat sekali. Tidak baik jika ia masih berada di luar panas-panasan.

Kuraih ponsel yang kuletakkan di atas meja ruang tamu tadi. Kemudian mencari kontak istriku. Ada perasaan cemas di dada ini.

Nada panggilan sudah berulangkali, tapi ia tak juga mengangkat teleponnya. Ternyata suara deru motor yang Mayang gunakan sudah terdengar. Aku pun bergegas membuka pintu, dan menyambutnya dengan tenang dan senyuman.

Buru-buru aku copot jaket kulit yang ia kenakan. Ia pun menatapku tanpa kedip.

"Sayang, kamu dari mana? Ngambek padaku sampai pakai jaket ojek online ini? Maafkan aku," pelukku dengan erat. Aku tahu apa yang harus kulakukan padanya. Pasti ada yang ia rahasiakan, hingga harus menjadi tukang ojek online.

Ia tampak mengeluarkan butiran air mata, kemudian aku seka air matanya yang tumpah mengenai pipinya yang kini berubah jadi sawo matang akibat terbakarnya terik matahari setiap harinya.

"Kita duduk, ya Sayang, kamu haus? Aku suruh Mbok ambil minum ya," tuturku. Ia tak bicara satu katapun, hanya tangisan yang kudengar dan lihat dari wajahnya.

Kemudian, tanpa disuruh olehku, Mbok Ani mengambil segelas air putih dingin untuk Mayang. Ia begitu haus hingga satu gelas habis diteguknya.

"Maafkan aku, jika ucapan tadi menyinggung perasaanmu, Mayang," ucapku sambil menatap wajah sendunya. Isak tangis masih terdengar lekat di telinga ini.

"Aku nggak ngambek, Mas," sahutnya membuatku lega. Ya Tuhan, akhirnya kudengar suara merdu istriku kembali. Kemudian kuraih tangan Mayang dan menggenggamnya.

"Kalau nggak ngambek, untuk apa tadi ke luar, maaf tadi aku mengikutimu."

"Kamu tahu aku ngojek, Mas?" 

"Jelas tahu, yang aku tidak tahu itu untuk apa kamu ngojek setiap hari?" tanyaku penasaran. Kemudian mata Mayang menyorot ke arah Mbok Ani.

"Bukan saya, Bu, yang memberi tahu, Bapak tahu sendiri." Mbok Ani tampak ketakutan saat mata Mayang menyorot ke arahnya yang sedang menggendong Arya di sudut ruangan. Rupanya Mbok Ani tahu sesuatu, makanya ia ikut mendengarkan pembicaraan kami.

"Mbok, saya minta Mbok masuk ke kamar dulu, ya!" suruhku sopan.

Kemudian aku kembali ke pokok pembicaraan, menggenggam tangan Mayang agar ia mau bicara jujur padaku.

"Sayang, aku mau tahu alasanmu melakukan ini. Apa kamu punya utang? Jawab yang jujur, aku takkan marah, justru ini kewajiban untuk seorang suami membayarnya jika itu memang benar." Aku coba bicara dengan lembut padanya, agar ia tak merasa berat untuk jujur padaku.

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Pengen w cekek nh lakinya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Ekstra Part

    Pov MayangSemua yang terjadi atas izin pemilik Sang Alam, jalan yang dipilih pasti yang terbaik untuk manusia.Proses melahirkan tidaklah ada yang beda, semua ada rasa sakit, maka dari itulah Allah menyebutkan bahwa ibu yang meninggal ketika melahirkan termasuk mati syahid.Keramaian ketika menyambut kedatanganku membuat kami semua berpencar."Mbak, kamu lihat Sita, nggak?" tanya Rayyan menyorot sudut netraku."Nggak, memang nggak bareng kamu?" tanyaku balik."Nggak, Mbak. Aku cari Sita dulu, ya!" Rayyan berlalu pergi dengan melangkah setengah berlari.Rumah ini lumayan besar, jadi kalau terjadi sesuatu, pastinya takkan terjangkau dengan mata. Kecuali, ada yang melihatnya."Aku mau bantu cari Sita dulu, ya!" ucapku pada Rindu, adik kembaranku."Aku ikut, Mbak," sahutnya merangkulku.Kemudian, kami mencari Sita ke sudut taman, tapi tak ketemui juga bobot tubuhn

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 60

    Pov SitaAku tak menyangka semua sudah berakhir. Ibu mertuaku telah mengakui kesalahannya. Sekarang, semua akan baik pada Mbak Mayang. Beruntung sekali wanita itu, ia anak orang kaya dan ternyata Mas Ardan juga orang kaya raya. Tidak seperti aku yang harus menerima kenyataan memiliki suami yang kere.Aku sedang hamil anaknya, dengan usia yang rentan keguguran. Lebih baik memang aku tak usah melahirkan lagi anak dari Mas Rayyan. Percuma, hidupku akan susah terus menerus, karena didampingi oleh laki-laki kere dan mertua yang tidak mampu.Mumpung berada di rumah sakit, lebih baik aku melakukan aborsi saja di sini. Dari pada harus menanggung benih dari laki-laki yang tidak memiliki harta yang melimpah.Percuma rasanya menghasut Bu Diah bertahun-tahun jika akhirnya ia tersadar. Namun, ada sebagian harta Bu Diah yang sudah kuamankan di kampung. Ya, sebagian uang yang disuruh deposit oleh Bu Diah. Kini sudah kubelikan rumah da

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 59

    Pov Bu Anika"Kalau bisa jangan ada pihak kepolisian," sahut Mayang."Itu harus, agar Bu Diah menyesal dan kapok," sambung Aldo."Tapi aku tidak ingin Bu Diah masuk sel," sahut Mayang lagi."Nggak, aku ingin Bu Diah sadar, meskipun kamu sudah disakiti olehnya, tapi berusaha untuk membantunya," usul Aldo."Bagaimana rencananya?" tanyaku."Ini kita butuh bantuan Rayyan, dan temanku yang bertugas di kantor polisi terdekat sini," ungkap Aldo.Kemudian, Aldo meminta ponselku untuk bicara dengan Rayyan."Halo, Rayyan, nanti ketemu di depan rumah sakit, kamu seperti sandiwara kecopetan atau jambret, ya," usul Aldo."Ya, kebetulan saya masih di depan rumah sakit. Saya tahu Ibu dan istri saya telah melakukan hal yang merugikan kalian, makanya saya sebagai anak dan suami, mencoba ingin membuat mereka sadar," ungkap Rayyan."Ya, itu saja dulu, untuk selanjutnya, nanti say

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 58

    Pov Bu Diah"Kalian ini ngomong apa sih? Saya juga sadar kalau sudah tus," sahutku kesal. Wajahku sudah mulai bisa tenang."Kamu kan yang ngerjain keluarga kami? Bu Diah, kamu tak bisa mengelak itu, ngaku saja!" tekan Rindu."Ardan, bantu Ibu yang telah mengasuhmu, bantu Ibu Ardan!" pintaku, tapi ia menepis rengekanku. Tanganku ditepis ketika bergelayut di lengannya."Bu, sudahlah jangan sandiwara, Ibu kan yang meneror keluarga kami?" sentak Ardan. Rupanya mereka mengetahui apa yang kulakukan. Tahu dari mana mereka? Apa jangan-jangan Sita telah mengkhianatiku?Aku menggelengkan kepala, masih mengelak atas apa yang telah kulakukan."Bukan saya," elakku."Ngaku, Bu!" teriak Rindu."Diah, ngaku saja, bukti sudah kami pegang, sebentar lagi, pihak kepolisian akan membawamu ke kantor polisi," ujar Anika membuatku semakin ketakutan. Astaga, mereka benar-benar mengetahui perbuatanku, tapi jika

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 57

    Pov Bu Diah"Sita, Rayyan sudah berangkat?" tanyaku pada Sita, menantu satunya. Kalau Mayang sudah tak anggap aku sebagai mertua, masih ada Sita yang bisa disuruh-suruh."Bu, Ibu udah bisa bicara? Maaf loh, aku pulang ketika Ibu sulit mengontrol mata dan mulut Ibu," ucapnya. Aku sudah melupakan hal itu, karena tahu ia sedang mengandung cucuku."Sudahlah, eh Ibu dapat cek senilai 1 milyar, bisa kamu cairkan," ucapku."1 milyar? Yang bener Bu?" tanya Sita dengan nada terkejut."Iya, kamu nanti ke sini, Ibu kasih kamu 20 juta, tapi harus ikutin apa kata mau Ibu dulu," suruhku. Untukku harus ada timbal balik, kalau aku kasih uang dua puluh juta, maka ia harus mengikuti perintahku lebih dulu."Apa Bu?" tanya Sita."Kamu teror Mayang dan keluarganya, suruh orang aja, pakai cara yang bikin Mayang stress, Ibu nggak rela Mayang sembuh," jelasku."Cara apa ya?" Sita berpikir sejenak.

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 56

    Pov Ardan"Rumah Sakit Mayang Bhakti, mungkinkah ini Bu Diah?" tanyaku heran, tapi dadaku sudah bergemuruh ingin memakinya. Sudah dikasih ati minta jantung. Sudah diberikan kesempatan berkali-kali tapi tidak ada rasa penyesalanya sama sekali."Siapa, Mas? Bu Diah kah maksudnya?" tanya Mayang. Aku menyodorkan ponsel Aldo ke pangkuan Mayang. Rasanya aku sudah malu padanya."Tuh kan, apa kita laporkan ke polisi saja?" tanya Bu Anika."Tidak, Bu. Aku tidak ingin ke jalur hukum, nanti jadi panjang," cegah Mayang. Aku pun tak mampu berkata-kata, hanya kesal dan sesal telah berkali-kali menuruti keinginannya."Mayang, maafkan Bu Diah," ucapku sambil menutup wajah ini dengan kedua tangan. Malu pada Mayang terhadap kelakuan ibu asuhku."Kita kasih peringatan sekali lagi saja, sekalian tanya maksud Bu Diah itu apa?" usul Aldo.Aku yakin, tujuan Bu Diah hanya satu. Mayang stress dan tidak jadi berangkat ke lua

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status