Share

Lima

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2025-04-22 15:51:11

Pov Rina

Pagi ini pagi pagi sekali Mas Rama sudah berangkat kerja. Meski ada sedikit rasa heran di hati, tumben tumbennya dia berangkat cepat pagi ini, tapi aku malas untuk bertanya. Rasanya aku tak ingin lagi berhubungan dengannya dan tak peduli lagi dia mau apa.

Tapi mungkin karena tak ada sarapan pagi yang biasa aku sediakan di meja makan seperti biasanya karena uangku sudah dia ambil semua, maka laki-laki itu berangkat kerja pagi pagi sekali, mungkin mau cari sarapan dulu sebelum berangkat ke kantor.

Tak ingin lama lama memikirkan laki laki z4lim itu, usai Mas Rama pergi dengan menggunakan motornya, aku pun menutup pintu rumah dengan rapat.

Pagi ini aku juga ingin cari sarapan yang enak. Sudah lama tak makan di luar karena uang belanja pas pasan, kali ini aku ingin memuaskan selera. Kasihan Aldi, dari tadi malam tak makan. Pasti sudah lapar sekali. Terbukti badannya begitu lemah saat aku gendong.

Ya, kalau tak ada aral melintang, tak lama lagi aku akan mendapatkan gaji pertama sebagai seorang konten kreator F* Pro. Jadi sekarang aku bisa happy happy dulu sejenak dengan uang yang aku pinjam dari Nina. Buat apa juga aku masak kalau yang makan laki laki z4lim seperti Mas Aldi. Tak ada gunanya, karena jika dia tahu aku masih bisa masak padahal uangku sudah habis dia ambil semua, itu justru akan membuat laki laki itu semakin sewenang wenang dan merajalela memperlakukan aku.

Aku menggendong Aldi dan mencari warung sarapan pagi yang rasanya enak meski harganya lebih mahal, sebab aku takut sial datang, sedang enak enak sarapan pagi, tiba tiba ibu mertua dan adik-adik iparku yang juga hobi sarapan pagi di luar tiba tiba datang dan tahu kalau aku punya uang untuk sarapan di luar.

Bisa gawat dan uangku diambil paksa jika ketahuan. Karena itu aku pun gegas menuju warung Bu Aminah, yang terkenal enak masakannya tapi harganya sedikit lebih mahal ketimbang di warung Mbak Yuni karena takut ketahuan.

"Bu Aminah lontong dua ya, Bu. Satu pedas, satu nggak pedas, buat Aldi. Jangan lupa pake telor ya, Bu," ucapku saat sampai di warung Bu Aminah yang seperti biasanya relatif lebih sepi dari pada warung milik Mbak Yuni. Tapi mungkin karena warung Mbak Yuni lebih murah harganya, walaupun tempatnya cenderung kotor dan kurang rapi, maka warung itu pun jadi primadona warga sini.

"Iya Mbak Rina, silahkan duduk. Sebentar ya saya buatkan dulu," jawab Bu Aminah sembari tersenyum sumringah.

Karena warungnya lebih sepi dari warung yang lain, maka pesananku pun cepat datang. Dua mangkok lontong sayur yang satu pedas, untukku dan satu lagi tidak pedas untuk Aldi.

Aku pun cepat cepat makan karena jujur takut juga hal yang tak aku duga duga terjadi. Ya, takut ketahuan mertua makan di luar.

Sebelum makan aku menyuapi Aldi lebih dulu supaya bocah itu kenyang dan tak rewel lagi, barulah setelah itu aku makan dengan tenang.

Selesai makan, aku pun gegas meninggalkan warung Bu Aminah, rencana hendak ke minimarket depan gang untuk membeli beberapa makanan kemasan untuk Aldi sebagai persediaan kalau anakku lapar, akan tetapi langkahku terhenti tiba-tiba saat tak sengaja melihat penampakan Mas Rama yang sedang duduk santai di depan warung Mbak Yuni dengan ditemani wanita itu sedang bergurau dan bercengkrama dengan akrabnya.

Tampak Mbak Yuni tertawa tawa lebar. Begitu pun Mas Rama yang juga tertawa gembira, seolah olah sedang membicarakan sesuatu hal yang sangat lucu. Tak peduli warung ramai, dua manusia itu terlihat bercengkrama dengan akrabnya.

Melihat hal itu aku pun bertanya-tanya sendiri dalam hati, tumben Mas Rama sarapan pagi di warung Mbak Yuni dan ngobrol dengan akrabnya dengan janda itu? Apalagi sore tadi dia juga tumben-tumben nya beli nasi bungkus di sana. Apa jangan-jangan .... ?

Ah, segera aku tepis pikiran buruk yang sesaat tadi melintas. Teringat perkataan ibu mertua yang mengatakan kalau tak lama lagi Mas Rama akan segera menikah lagi. Apa jangan jangan yang dimaksud ibu mertua itu adalah Mbak Yuni?

Wanita itulah yang akan menjadi istri muda suamiku? Kalau iya, apakah Mas Rama tak salah pilih mengingat di kampung ini santer kabar jika almarhum suami Mbak Yuni meninggal dunia karena kecapekan terlalu di forsir tenaganya untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup istrinya? Apa Mas Rama benar-benar sudah siap bekerja lebih keras membanting tulang jika menjadi suami dari janda muda itu?

Ah, tapi masa bodo! Kalau memang begitu, baguslah. Senj4ta makan tuan tak lama lagi akan menimpa hidup suamiku itu.

Aku pun tertawa lebar sendiri dalam hati. Apa jangan jangan Mas Rama punya niat untuk memanfaatkan kekayaan Mbak Yuni dengan menjadikan wanita itu sebagai istri mudanya mengingat Mbak Yuni memang janda kaya sehingga ingin menjadikannya istri kedua ya? Kalau iya, apa Mas Rama tak salah duga?

Mbak Yuni memang punya rumah besar, usaha besar, motor dan mobil mewah serta beberapa aset lain hasil kerja mantan suaminya yang sudah meninggal dunia itu. Tapi apa semua itu lantas akan diberikan pada suamiku jika dia menikahi janda itu? Sungguh mengherankan pemikiran Mas Rama.

Dia ingin hidup enak dengan menikahi Mbak Yuni. Dikira semua wanita bo doh semua. Benar benar tak tahu diri suamiku itu!

Ya, aku rasa Mbak Yuni bukan tipikal perempuan yang manut dan menurut saja pada suami jika diperlakukan dengan tak adil sepertiku. Wanita itu sangat penuntut, tak sama seperti aku.

Dia tak akan mengalah hanya demi menghindari pertengkaran. Jadi jika Mas Rama menjadikannya istri kedua, dia harus bekerja dengan sangat keras untuk bisa menaklukkan wanita itu

Dan tanpa perlu capek capek lagi melakukan pemb4lasan setimpal untuknya dan mertua, Mas Rama dan ibu mertua akan gigit jari sendiri jika nekad menikahkan Mas Rama dengan Mbak Yuni. Aku yakin itu.

"Mbak Rina? Kok bengong? Cari Bapaknya Aldi ya? Itu saya lihat ada di warungnya Mbak Yuni dari tadi. Hmm ... ada apa ya, Mbak, kok tumben tumben Pak Rama nongkrong di warungnya janda muda itu? Nggak pergi pergi lagi! Apa ada urusan bisnis? Atau jangan jangan .. ?"

Sedang aku diam diam mengawasi Mas Rama yang sedang duduk di warung Mbak Yuni dari kejauhan, tiba tiba Bu Ningsih, perempuan yang terkenal tukang gosip di kampung ini tiba tiba muncul di belakangku dan langsung menyampaikan pertanyaan yang membuatku keki. Mau dijawab aku sendiri tak tahu apa jawaban yang tepat. Mau nggak dijawab rasanya kok gimana gitu. Nanti dikira aku galau melihat Mas Rama sepertinya sedang pedekate dengan Mbak Yuni.

Padahal sedikit pun aku tak galau. Aku justru nggak sabar lagi menunggu saatnya Mas Rama benar benar menikah dengan Mbak Yuni. Aku ingin tahu akan seperti apa rumah tangga mereka dan akan seperti apa hidup Mas Rama jika punya istri seperti janda muda itu.

"Nggak tahu, Bu. Ibu tanya aja langsung sama suami saya. Saya mah masa bodo, Bu. Mau nongkrong di warungnya Mbak Yuni, mau nongkrong di warungnya Bu Aminah, semua mah terserah. Asal jangan Mas Rama yang makan, saya yang disuruh bayar!" sahutku asal.

Mendengar jawabanku, Bu Ningsih tampak kesal dan mengerucutkan bibirnya.

"Yee, Mbak Rina! Dibilangin kok ngeyel! Nanti suaminya terpikat janda muda baru deh nyesel. Sekarang dikasih tau pura-pura nggak peduli. Nanti ditinggalin baru tau rasa!" sungut Bu Ningsih lagi membuatku makin tak suka.

Tak mau menanggapi ucapan Bu Ningsih, aku pun segera melipir pergi dari tempat itu. Tak ada gunanya melayani tukang gosip itu. Bisa bisa Mas Rama tahu aku sedang mengawasinya saat ini dan GR karena dikira aku takut kehilangan dirinya.

Padahal tidak sama sekali! Ya, aku sama sekali tak takut kehilangan dia karena aku juga tak mau selamnya hidup menderita menjadi istrinya, apalagi jika benar nanti dia nikah lagi. Kalau sekarang aku masih bertahan di sisinya, itu karena aku menunggu waktu yang tepat untuk pergi dari hidup Mas Rama dan meraih bahagiaku sendiri tanpanya. Aku yakin suatu saat aku bisa sukses tanpa Mas Rama, dan itulah pemb4lasan terbaik dariku untuk laki laki toksik itu!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Empat

    Bab 34POV Rina"Jadi Rama mantan suami Dik Rina?" tanya Pak Wahyu dengan tatapan penuh ke arahku saat kami berhasil meninggalkan Mas Rama yang akhirnya tak mampu berbuat apa-apa setelah aku mengancamnya hendak lapor polisi jika dia tetap dengan perbuatannya ingin memaksaku kembali ke rumahnya.Enak sekali laki-laki itu. Setelah luka yang dia torehkan begitu dalam ke sanubariku, dia ingin kembali lagi padaku seperti dulu? Tidak! Aku tak sebodoh itu untuk mengorbankan apa yang telah aku raih saat ini demi laki-laki yang hanya ingin memanfaatkanku saja itu.Aku menganggukkan kepala lalu menunduk."Iya, Pak. Mas Rama adalah mantan suami saya. Hari ini pernikahan kami berakhir dengan keputusan Pengadilan Agama. Jadi saya dan dia udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, Pak.""Oh ya, Pak Wahyu kenal dengan Mas Rama? Mas Rama tadi juga bilang kalau Pak Wahyu sudah memecat dia dari pekerjaan? Apa ... Pak Wahyu adalah mantan atasan Mas Rama saat masih kerja di perusahaan kemarin? Kalau iya, maaf

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Tiga

    Bab 33Pov Rama Aku menoleh dan refleks memberi arahan dan aba-aba agar mobil yang baru saja datang, bisa parkir dengan rapi di lahan yang telah disediakan, saat sebuah mobil SUV yang sepertinya cukup familiar di ingatanku, masuk kawasan mall.Ya, aku cukup familiar dengan jenis mobil tersebut dan juga warna serta nopolnya sebab dulu sering melihatnya parkir di area khusus direksi perusahaan di mana aku pernah bekerja kemarin.Mobil itu tepatnya adalah mobil perusahaan yang biasanya dipakai oleh Pak Wahyu, mantan pimpinan di mana aku kerja kemarin untuk transportasi beliau selama menjalankan tugasnya.Hmm ... untuk apa beliau ke mall ini ya? Belanja? Awas saja, kalau dia sudah masuk mall nanti, aku akan mengempeskan ban mobilnya diam-diam supaya dia panik dan kelimpungan memasang sendiri ban serep sebagai upaya balas dendam karena dia dengan seenaknya telah memecatku dari perusahan kemarin hanya karena aku telat masuk kantor!Ya, aku akan balas dendam supaya dia tahu sakitnya hatiku

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Dua

    Bab 32Pov RinaAku sedang menyuapi Aldi makan siang saat mendengar pintu diketuk pelan dari luar. Gegas kuletakkan piring dan meminta Aldi menghentikan makan sejenak untuk melihat siapa yang datang. Mungkin saja Nina, meski aku tak yakin sebab biasanya sahabatku itu akan mengabari lebih dulu bila ingin mampir atau datang ke rumah. Tapi ini tidak. Nina tak memberi tahu sama sekali sehingga aku tak cukup yakin jika yang datang itu adalah sahabatku tersebut.Benar saja, saat aku membuka pintu, aku menemukan seraut wajah kharismatik dengan tatapan teduh yang sesaat membuat jantungku berdesir. Desir yang membuatku terkadang mengutuk diri karena tak mampu menepis kehadirannya meski aku sadar tidak ada gunanya sama sekali.Aku tak tahu apa-apa soal Pak Wahyu, pun kedatangannya aku tahu hanya karena rasa tangung jawab yang begitu besar pada Aldi meski buah hatiku itu sudah lama sembuh dari sakitnya. Lalu apa yang aku harapkan darinya? Tidak ada. Apalagi statusku juga baru saja bercerai dari

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh Satu

    Bab 31POV RINAHari ini, aku kembali menuju gedung pengadilan agama yang sama untuk menghadiri sidang ketiga gugatan perceraianku dengan Mas Rama. Hatiku berdebar kencang, berharap hari ini akan menjadi hari terakhir aku menginjakkan kaki di tempat ini. Semoga hari ini putusan cerai itu bisa aku dapatkan juga.Aku menggenggam tangan Nina erat-erat. Seperti dua sidang sebelumnya, sahabatku itu tetap setia menemaniku, menjaga Aldi saat aku harus mengikuti jalannya sidang. Aldi duduk di pangkuannya sambil bermain dengan mainan kecil yang Nina bawa dari rumah.“Tenang aja, Rin. Kalau Rama nggak hadir lagi di sidang hari ini, hakim pasti menjatuhkan putusan cerai. Kamu siap 'kan dengan status baru sebagai single mother nanti?” tanya Nina memberi semangat.Aku menjawab dengan anggukan kepala pasti. “Lebih dari siap, Nin. Semoga hari ini semuanya selesai ya. Doakan aku ya, Nin," ucapku sembari menggenggam tangan Nina.Nina balas menggenggam tanganku lalu kembali memberiku semangat."Pasti.

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Tiga Puluh

    Bab 30POV RAMA "Mas, gimana? Dapat alamat Mbak Rina?" tanya Dewi saat untuk ke sekian kalinya aku pulang ke rumah setelah seharian pergi ke luar dengan tujuan mencari pekerjaan dan mencari keberadaan Rina. Namun, keduanya hasilnya nihil.Alih-alih dapat pekerjaan baru atau pun alamat baru Rina, aku hanya dapat rasa lelah saja. Ini sudah hari ke sepuluh aku mencarinya dan hasilnya nol besar hingga rasa putus asa pun mulai mendera hatiku."Belum, Wi. Mas belum dapat pekerjaan baru atau pun alamat baru Rina. Mas udah keliling, tapi gek ketemu juga. Mas capek, Wi. Nggak tau lagi harus nyari kemana," keluhku sembari menjatuhkan tubuh di kursi dengan perasaan lelah.Dewi mendesah kecewa lalu mengikuti gerakanku duduk di kursi plastik yang ada di sampingku dengan lemah."Terus gimana dong, Mas? Mana duit kita udah nggak ada lagi. Besok pagi mau makan apa coba? Aku juga udah berusaha nyari-nyari alamat Mbak Rina, tapi belum juga dapat. Padahal aku yakin banget dia pasti udah kaya sekarang,

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Dua Puluh Sembilan

    Bab 29POV RamaAku baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah sewaan kami ketika Dewi dan Vita dengan sumringah menghampiriku. Wajah mereka terlihat penuh harap seolah tak sabar lagi menunggu kabar baik yang kubawa."Mas, gimana? Udah dapat kerjaannya?" tanya kedua adikku itu tanpa menunggu aku benar-benar masuk ke dalam rumah dan mengistirahatkan raga yang telah lelah setelah seharian berkeliling mencari pekerjaan baru.Aku menghela napas panjang, sebelum kemudian menjatuhkan tubuh di kursi plastik yang ada di ruang tengah dengan tetes keringat yang masih membanjiri dahi."Belum, Wi, Vit," jawabku lelah."Mas udah keliling ke beberapa perusahaan, tapi rata-rata minta pengalaman lebih atau udah penuh. Tapi Mas akan coba lagi besok," sambungku lagi.Dewi tampak kecewa mendengar penuturanku, begitu juga Vita dan Ibu yang berbaring di atas karpet tipis yang ada di ruangan ini. "Yaa, Mas ... sampai kapan dong kita akan hidup begini terus, Mas? Aku capek Mas, hidup penuh kekurangan. Huh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status