Share

IYM 6

Bersama para pekerja dan tim, saat ini Abe sedang memantau lokasi pendirian hotel. Sejak siang hari, Abe sudah berada di sana bersama Ayman. Namun, karena ada sedikit urusan mendesak, Ayman terpaksa undur diri dan meninggalkan Abe yang berencana akan menginap di bangunan hotel yang sudah jadi, dan memang sengaja dibuat untuk peristirahatan Abe jika berkunjung ke sana.

Sejauh ini, pembangunan hotel tidak memiliki kendala yang berat dan berjalan sesuai rencana. Kalaupun ada, hal itu masih bisa diatasi dengan baik. Selain itu, bangunan hotel yang sudah rampung sekitar 50% dan benar-benar sudah terlihat indah di bagian belakangnya, di mana sebuah taman luas sudah ditumbuhi pepohonan dan bunga serta terasa sejuk nan memanjakan mata.

Waktu sudah menunjukan jam 11 malam. Abe terlihat baru selesai berendam air hangat dan berganti pakaian untuk bersiap tidur. Sambil menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil, Abe meraih handphone yang dia letakkan di atas nakas untuk membaca beberapa memo yang dia buat demi keperluan pekerjaan.  Berdecak pelan, Abe terlihat kesal karena melupakan sesuatu di rumah. Menimbang sebentar, akhirnya Abe langsung menyambar kunci mobil dan bergegas menuju garasi. Malam ini juga, Abe harus mengambil berkas yang tertinggal di rumah peristirahatan dan jaraknya sekitar 30 menit dari lokasi hotel. Menembus gelapnya malam, Abe mengendarai mobil sedikit berhati-hati, terlebih karena melewati jalan yang lumayan curam.

Sebuah mobil jeep baru saja memasuki pekarangan rumah besar yang tampak sepi. Seorang pria gagah keluar dari dalam mobil dan disambut oleh seorang pria tampan serta tengil yang tak lain adalah Ayman. Keduanya berjabat tangan dan berpelukan ala pria-pria cool jaman sekarang.

“Lama banget sih baru datang! Macam siput bawa mobil saja!” oceh Ayman yang sudah 3 jam menunggu kedatangan dua sahabat baiknya.

Sorry, tadi si Kiki mencret-mencret, jadi rehat terus setiap ada pom bensin!” sahut Adit menjelaskan akan keterlambatannya yang sudah tengah malam.

“Terus mana si Kiki? Suruh turun buru, di luar dingin!” ucap Ayman dengan mata menatap mobil yang terparkir dengan tenang.

Adit tergesa mendekati kembali mobil jeep dengan lampu yang masih menyala. Membuka pintu penumpang, akhirnya Kiki keluar. Dengan cepat Kiki membopong sesosok tubuh wanita yang dibawa layaknya karung beras menuju Ayman yang kini diam terpaku.

“Eh, Curut! Itu anak siapa yang lo bawa, huh?” tanya Ayman yang berdiri menghadang Kiki  seolah tak keberatan membawa tubuh yang memang terlihat kecil.

“Makanan kita! Sudah cepat tunjuk di mana kamarnya, bagong!” sewot Kiki tak sabaran. Tak mendapat jawaban, Kiki yang diikuti Adit langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan Ayman yang masih bingung dan garuk-garuk kepala kebingungan.

“Isshh, si kamvret emang! Bawa cewek gak bilang-bilang!” gerutu Ayman terlihat kesal.

Melihat sekeliling untuk memastikan jika tak ada orang yang melihat, Ayman bergegas menutup pintu dan masuk untuk menyusul kedua temannya yang telah lebih dulu masuk. Ayman melihat kedua temannya muncul dari kamar atas dan dengan cepat menuruni anak tangga.

“Siapa dia?” tanya Ayman setibanya Kiki di hadapannya.

“Makanan kita malam ini. Kita gak sengaja nemuin dia jalan sendirian tengah malam. Ya sudah, gue ajak daripada kedinginan. Kasihan!” sahut Kiki asal yang diangguki Adit.

“Eh kamvret! Ini bukan rumah gue, tapi rumah Abe. Kalau dia tahu, bisa mati kita semua!” omel Ayman tak suka dengan tindakan arogan sahabatnya yang tak tahu diri.

“Gue minta kalian ke sini bukan buat senang-senang, tapi anterin berkas yang gue minta. Sekarang mana berkasnya?” tanya Ayman berapi-api.

“Ada di mobil noh! Elah, Man, gitu doang marah-marah!” Adit menginterupsi dengan wajahnya yang menyebalkan.

Ayman memijat pelipisnya yang mendadak pusing menghadapi kedua orang stress dari kota yang dia undang. Tak berapa lama, Kiki datang membawa berkas di tangan kirinya serta kantung plastik berisi minuman yang tak lain adalah beer, dan langsung dia letakkan di atas meja.

“Nih!” ucap Adit menyerahkan map pada Ayman yang memutar bola matanya malas.

“Enak banget nih rumah, sepi. Keenakan sambil teriak-teriak amanlah ya, tak ada yang dengar!” ucap Adit dengan mulut frontalnya.

“Gak ada pembantu, Man?” tanya Kiki kali ini.

“Ada, cuma lagi pulang ke rumahnya untuk malam ini karena ada acara keluarga,” jawab Ayman yang tengah memeriksa lembaran map di tangannya.

“Ya sudah hayo, kita sikat tuh cewek. Mau siapa yang duluan? Mumpung belum sadar!” ucap Kiki tanpa mau basa-basi.

Ayman menutup map yang sedang dia baca dan meletakkannya ke meja. Wajah Ayman seolah menimbang atas tawaran keji kedua temannya. Dengan kedua mata yang melihat jelas, Ayman tahu jika Adit sedang memasukkan sesuatu ke dalam sebuah gelas yang beberapa saat lalu diambilnya dari dapur. Obat perangsang. Dengan yakin, Adit menyerahkan gelas itu kepadanya.

“Habisin! Biar lo makin hot gasak tuh cewek. Gue serahin lo jadi yang pertama. Iyakan, Ki?” kata Adit pasti yang langsung diangguki oleh Kiki dengan seringaian mesum.

Ayman menerima ragu gelas berisi minuman yang telah dicampur obat perangsang oleh Adit. Menatapnya sambil menggoyangkan beberapa kali seolah mempertimbangkan tawaran kedua temannya. Bergumam pelan, Ayman yang sudah seminggu tidak menyentuh wanita, tentu sangat merindukan kegiatan rutinnya tersebut. Tak dia pungkiri, jika tiba-tiba daerah pribdinya terasa berdenyut meminta diberi jatah segera.

“Ah, kamvret kalian! Tombak gue ngajakin senam tengah malam!” beo Ayman yang tak tahan dengan godaan setan di hati dan hadapannya.

Perlahan tangan kanannya bergerak mendekati mulut yang siap menikmati minuman mujarab tersebut, hingga akhirnya terhenti ketika terdengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah. Mendengar suara mobil yang kian mendekat, Ayman sontak berdiri dan menghampiri jendela untuk melihat siapa yang datang.

“Mampus gue! Abe pulang. Mati gue kalau dia tahu kalian datang!” ucap Ayman kalang kabut melihat mobil Abe yang baru saja terparkir di sebelah mobil jeep milik Adit.

“Setan! Bagaimana ini, Man?” seru Kiki yang kini ikut mengintip di balik jendela bersama Adit.

“Gimana-gimana gigi lo gondrong! Elo pada yang bikin runyam, kambing!” ucap Ayman mulai sewot dan hilang kendali.

Ketiganya terlihat mondar-mandir tak jelas, berpikir apa yang harus dikatakan kepada Abe dan tak diduga ternyata malah kembali ke rumah ini. Padahal seharusnya dia menginap di hotel bersama tim yang lain. Di luar rumah, Abe menatap bingung sebuah mobil yang terparkir dan tak dikenalnya. Menelisik sesaat, Abe memandang arah rumah karena lampunya masih menyala, pertanda jika di dalam masih ada yang belum tidur.

“Mobil siapa ini? Apa iya Mama datang?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status