Share

IYM 5

Author: Pupe Maelani
last update Last Updated: 2021-06-08 10:30:23

“Hai, cewek cantik!”

Sebuah suara bariton terdengar dari sebuah mobil dengan jendela kacanya dibuka. Ayumi yang melihatnya hanya diam tanpa mau perduli dan tetap mendorong sepedanya. Namun, pnaggilan genit dari pengendara di mobil tersebut bukannya berhenti malah semakin gencar menggodanya. Mendapati perlakuan demikian, tiba-tiba rasa cemas menggelayut di hati Ayumi, terlebih jalan yang dilalui kini telah sepi, dan di depannya jalan yang terlihat gelap tanpa penerangan, kecuali karena cahaya bulan yang kebetulan purnama. Dengan berat hati, Ayumi menghentikan langkahnya yang mulai gemetar.

“Kalian siapa?” suara Ayumi berusaha tetap tenang dan tak kasar membalas sapaan genit pria tak dikenalnya.

“Kami kumpulan cowok ganteng, manis. Sini masuk, kita siap anterin ke mana pun kamu pergi, bahkan ke surga sekali pun,” sahut pria yang ada tepat di sebelah Ayumi berdiri.

“Surga dunia maksudnya, hahaha ...,” sambung pria yang memegang kemudi.

Mendengar jawaban aneh dari keduanya, tak dapat Ayumi pungkiri lagi jika saat ini dia sedang berhadapan dengan para pria jahat. Mendadak lutut Ayumi semakin bergetar dan lemas serta matanya melirik ke kiri dan ke kanan. Namun, tak ada tanda-tanda warga yang lewat, sedangkan keadaan sekitar tak ada rumah warga sekitar. Tanpa aba-aba, Ayumi langsung melepas sepeda tua miliknya dan lari secepat mungkin ke arah berlawanan dari rumahnya kembali ke arah pabrik tempatnya bekerja untuk mendekati rumah warga.

Tanpa menoleh, Ayumi terus berlari dengan air mata yang terasa mulai menetes di pipi karena ketakutan kian menyelimuti dirinya, hingga tak jauh dari pandangannya, terlihat rumah warga, dan beberapa orang masih duduk berbincang di depan warung klontong yang masih buka. Senyum lega terukir jelas di wajah Ayumi yang pias karena kelelahan. Namun, ketika beberapa meter tubuhnya mencapai warung tersebut dan ingin berteriak, tiba-tiba tubuh Ayumi didekap seseorang dari belakang, lalu menempelkan sebuah sapu tangan berwarna putih ke hidungnya. Dalam hitungan detik, tubuh Ayumi lemas, pandangan matanya perlahan kabur, dan tak sadarkan diri.

Warga yang asik berbincang sambil memutar radio, tak melihat tubuh Ayumi diseret masuk ke mobil. Bahkan, tidak mendengar suara kisruh yang ditimbulkan oleh penculik, hingga mobil itu berlalu meninggalkan area tersebut menembus gelapnya malam yang kian larut dan dingin.

Di rumah, Yuliawati, sang ibunda Ayumi menunggu dengan cemas anak gadisnya yang tak kunjung pulang, sedangkan waktu sudah menunjukkan jam 11 malam. Padahal jam lembur pabrik berakhir jam 9 dan seharusnya Ayumi sudah tiba di rumah sekitar jam 10 paling lambat. Mondar mandir karena cemas, akhirnya Yulia memutuskan untuk ke rumah Tiwi guna menanyakan tentang Ayumi, dan berharap jika ternyata Ayumi ada di sana untuk mampir sebentar. 10 menit berjalan kaki, akhirnya Yulia tida di rumah Tiwi yang nampak sepi. Dengan berat hati, Yulia melangkahkan kakinya dan mengetuk pintu kayu yang kondisinya jauh lebih kekar dari pintu di rumahnya.

‘Tok tok tok’

Suara pintu terdengar diketuk beberapa kali oleh Yulia, hingga tak berapa lama terdengar suara seseorang dari dalam yang kian mendekat, dan pintu terbuka. Ternyata Dewi, ibu dari Tiwi yang membuka pintu dengan mata terlihat masih terjaga.

“Assalamualaikum, Bu.”

“Walaikum Salam. Bu Yulia, ada apa? Ayo silahkan masuk!” sahut Bu Dewi selaku ibunda Tiwi menyambut ramah.

“Tidak, Bu Dewi, terima kasih. Maaf, saya sudah mengganggu malam-malam begini,” ujar Yulia tak enak hati menganggu jam istirahat malam.

“Tidak apa-apa, Bu. Kebetulan saya belum tidur, masih nonton tv. Ada apa ya?” timpal Dewi lembut.

“Apa Tiwi sudah pulang, Bu? Saya ingin menanyakan tentang Ayumi. Dia belum juga pulang sampai saat ini. Saya khawatir, Bu!” papar Yulia dengan wajah yang terlihat sekali cemasnya.

“Tiwi sudah pulang sejak maghrib, Bu. Dia tak ambil lembur karena ikut saya melihat bibinya yang lahiran,” jawab Dewi sesuai kenyataan yang ada.

Yulia hanya mengangguk pelan mendengar ucapan Dewi jika Tiwi tak lembur, lalu bagaiman dengan Ayumi. Terlihat wajah Yulia yang semakin gusar dengan kedua tangan yang saling bertautan, hingga sosok Tiwi tiba-tiba muncul dari dalam.

“Bu Yulia? Ada apa, Bu?” tanya Tiwi langsung ketika melihat siapa yang berdiri di ambang pintu.

“Saya sedang cari Ayumi, Wi. Sudah jam segini dia belum pulang, ibu khawatir terjadi apa-apa dengannya. Ayumi tidak biasanya seperti ini,” tutur Yulia yang mulai terdengar sedih dan putus asa.

“Belum pulang?” bingung Tiwi dengan mulut menganga.

Sekelebat perasaan tak enak kembali menyapa hatinya yang sebenarnya sejak pagi dia rasakan. Benar, Tiwi sudah merasakan cemas terhadap Ayumi sejak tadi pagi ketika menanyakan masalah lembur. Namun, Tiwi mencoba menepis segala rasa cemasnya dan berharap tidak terjadi hal-hal yang tak diharapkan.

“Iya, Ayumi belum pulang. Ibu khawatir jika terjadi sesuatu dengannya, hiks ..., ” terdengar tangisan yang sudah meluncur dari bibir Yulia. Menaik nafas dalam, Tiwi melangkah mengelus pundak Yulia guna menenangkan, walaupun tak berpengaruh apa-apa bagi Yulia.

“Ya sudah, mending sekarang kita susul saja Ayumi ke pabrik. Bagaimana, Bu?” ucap Tiwi menawarkan solusi paling memungkinkan saat ini.

Dengan cepat, Yulia membalas Tiwi dengan anggukkan yakin. Tak menungu lama, mereka bergegas menuju pabrik, dan ayah Tiwi yang ikut serta karena dibangunkan oleh Dewi. Mereka akhirnya menuju pabrik dengan berjalan kaki membelah jalan yang sudah sepi dan gelap. Sedangkan Ita akhirnya ikut bergabung karena kebetulan yang rumahnya searah dengan jalan menuju pabrik itu.

Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya Yulia berdoa hal yang baik untuk Ayumi, berharap agar tak terjadi sesuatu padanya. Cukup lama mereka berjalan, hingga akhirnya berhenti di jalan di mana sepeda milik Ayumi tergeletak mengenaskan. Pak Iwan selaku ayah dari Tiwi langsung memeriksa sepeda yang dikenali sebagai milik Ayumi dan ternyata ban bagian belakangnya mengalami kempes. Bu Yulia yang berdiri tak jauh dari sepeda kempes tersebut semakin menangis dan perasaan cemasnya kian menjadi. Tiwi dan Ita mengelus lembut pundak Yulia yang terisak memikirkan nasib Ayumi kini.

“Ya Allah, Ayumi, di mana kamu, Nak? Hiks ... hiks ...,” tangis Yulia akhirnya pecah membuat semuanya menarik nafas dalam.

Tak dipungkiri, jika hati Tiwi dan Ita mulai dirundung rasa cemas dan tak enak. Firasat Tiwi semakin tak karuan melihat apa yang terjadi kini. Semua terasa nyata. Pak Iwan mendorong perlahan sepeda tua itu dan bersama mereka tetap melanjutkan pencarian Ayumi ke pabrik, hingga sampai di warung klontong yang masih buka dan suara radio sebagai penghibur. Melihat kedatangan mereka, pemilik klontong dan dua orang warga yang asik berbincang segera mematikan radio. Wajah mereka seolah sudah mewakili pertanyaan yang ada di kepala mereka.

“Pak Iwan! Mau ke mana larut malam begini masih di luaran?” tanya Asep yang kini berdiri menghampiri mereka.

“Kami sedang mencari neng Ayu, Sep. Dia belum pulang ke rumah sampai saat ini. Bu Yulia sudah kebingungan karena tak biasanya Ayumi seperti ini,” tutur Pak Iwan cukup jelas untuk dipahami.

“Neng Ayu? Tadi mah saya lihat dia jalan sambil dorong sepeda sekitar jam 9 lebih sedikit ke arah pulang. Kok bisa belum sampai?” jelas Asep yang memang melihat Ayumi dari warung.

“Begitulah, Sep. Ini sepedanya saya temukan ada di ujung jalan sana tergeletak begitu saja seperti sengaja ditinggal,” sambung Iwan lagi.

Mata Asep menatap sepeda yang memang dia kenali sebagai milik Ayumi yang tadi didorongnya. Beberapa kali mengerjap, Asep menggaruk kepalanya yang ikut bingung mendengar kenyataan jika Ayumi tak sampai ke rumah, hingga sebuah suara mengalihkan semua yang berada di situ.

“Lihat!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 40

    Tangannya menggenggam erat benda panjang yang masih lembek dengan ujung masih runcing, tapi lembut. Perlahan gerakan pada mulutnya terhenti, bahkan terlepas dari benda bulat nan besar serta keras yang sejak tadi dia emut kasar seperti tuyul kehausan."Pisang?" gumamnya menebak dengan mata mendongak menatap wanita cantik yang ada di bawahnya dengan dress yang sudah berantakan sedang mendesah keenakan."Kenapa berhenti? Sedot lagi!" rengek wanita itu manja dan menggoda. Kiki menggeleng keras dan dengan cepat melepas pisang jadi-jadian yang digenggamnya serta bangkit dari tubuh wanita itu sambil bergidig.'Hueeek hueeek'Kiki mendadak mual terlebih ketika matanya menangkap pisang yang tadi masih sedikit lembek kini sudah mengacung di balik semvak berwarna merah senada dengan dress yang wanita itu kenakan. Kiki bergidig dan tanpa menoleh, tangannya langsung menyentuh handle mobil agar bisa keluar dan jauh-jauh dari dedemit yang menyamar untuk menggodanya."Sialan, gue nyedot nenen siluman

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 39

    Seminggu akhirnya dilewati dan dua jam lalu, Abe serta Ayman sudah terbang ke Kalimantan ikut penerbangan pagi. Saat ini, Ayumi sedang di kamarnya mengambil pakaian kotor untuk segera dicuci oleh Bik Tina. Sesampainya di ruang kotor, tampak dia sudah menggiling pakaian di mesin cuci dan sedang menjemur sebagian yang sudah dicuci."Letakkan saja di situ, Neng!" kata Bik Tina menoleh pada Ayumi yang baru datang.Ayumi hanya tersenyum dan meletakkannya sesuai permintaan. Langkahnya pelan menuju teras di mana Mariana sedang duduk santai membaca koran. Mengulum senyum, Ayumi pun menghampirinya dan duduk berhadapan."Oya, Nak. Abe banyak kasih wejangan tidak saat berangkat tadi?" tanya Mariana penasaran akan otak lemot anaknya."Tidak, Ma. Kak Abe hanya bilang agar Ayu tak keluar rumah sendirian dan menyerahkan kartu ATM tadi," jawab Ayumi apa adanya."Hmm, begitu toh. Kirain tak kasih uang untuk istri yang ditinggalkan. Mau Mama pecat jadi anak kalau dia pelit dengan istri!" ujar Mariana m

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 38

    Menunggu setengah jam, akhirnya Ayumi tiba sambil membawa nampan berisi teh panas. Dengan hati-hati, Ayumi meletakkannya di meja. Sedangkan, Abe terus memandang Ayumi yang tak menatapnya sedikit pun, berbeda dengan Mariana yang sumringah sepanjang hari."Duduk di sini, Nak!" ucap Mariana menepuk kursi di sebelahnya.Ayumi mengulas senyum dan duduk di sebelah Mariana dengan tatapan Abe tak pernah lepas darinya. Setelah duduk, Ayumi membuang pandangannya pada layar tv yang kini sedang menayangkan film asing."Ma, minggu depan Abe akan ke Kalimantan bersama Ayman untuk seminggu. Mama di sini saja bersama Ayumi!" kata Abe membuka pembicaraan dan seketika mata Ayumi beralih pada Abe yang sudah menantinya sejak tadi."Iya dong. Kebetulan Mama sedang tak ada jadwal urus ina inu dan bisa dikerjakan di rumah. Kalau pun ada, bisa Mama kerjakan dari rumah," jawab Mariana santai. Ayumi yang tak paham hanya menyimak. Walaupun Abe sudah urus perusahaan, tapi Mariana masih memantau dan sesekali ikut

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 37

    Sekitar jam 9 malam, Ayman dan Cindy akhirnya keluar apartemen. Lebih tepatnya apartemen milik Cindy yang ada di kawasan Depok. Cindy adalah dokter kandungan yang bekerja di sebuah rumah sakit dan termasuk dari bagian Bakkas Group alias milik keluarga Abe serta ada Ayman tentunya. Cindy berasal dari keluarga sederhana, di mana orang tuanya adalah seorang PNS dan tinggal di Bandung. Kecerdasan Cindy telah mengantarkan dia hingga pada posisi ini dan terus merangkak naik karena telah memiliki beberapa restoran di beberapa kota yang dipantau oleh orang tuanya kini. Setiap akhir pekan, Cindy kadang pulang ke rumah orang tuanya di Bandung. Bahkan, Ayman sudah beberapa kali datang berkunjung."Cin, kamu yakin mau bawa mobil ke rumah sakit?" tanya Ayman yang berjalan di samping Cindy."Iya. Memang kenapa?" sahut Cindy."Enggak sekalian saja aku yang antar. Kebetulan searah denganku!" lanjut Ayman lagi."Gak usah. Aku bawa mobil saja, kebetulan besok mau langsung pulang ke Bandung." Ayman meno

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 36

    Abe memanggil nama Ayumi dengan lidah teramat keluh. Biasanya dia akan dengan cepat menjawab panggilan Abe, tapi tidak kali ini. Ayumi diam dan tak menoleh. Ayumi justru sibuk meraih handuk kecil di kepala dan menggosoknya pelan. Abe yang merasa diacuhkan tak marah sedikit pun dan hanya menghela nafas berat karena sang istri benar marah kali ini."Ayumi!" panggil Abe lagi. Tanpa menjawab, Ayumi hanya menoleh. Di wajah itu, Abe bisa melihat gurat sedih tercetak akibat ucapannya tadi. Abe mendadak bungkam dan hatinya terasa sesak melihat wajah Ayumi yang menatapnya kosong."Aku ke dapur dulu bantu Bik Tina masak makan malam," ucap Ayumi pelan dan bangkit dari duduknya meninggalkan Abe yang mematung."Apa begini rasanya sakit diabaikan?"****Di sebuah kamar, terdengar desahan yang saling bersahutan. Jam dinding baru saja menunjukkan jam 7 malam, tapi dua anak manusia tanpa ikatan asik mengais lendir haram sudah didapatinya sejak sejam yang lalu."Ah … lebih cepat …," pinta seorang wanit

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 35

    Dengan raut menyesal, Abe memandang kepergian Ayumi yang melewatinya. Ingin sekali Abe meraih tangan Ayumi dan memeluknya erat untuk membisikkan kata maaf di telinganya. Namun, itu hanyalah niat semata karena tak Abe lakukan, dan justru menatap kepergiannya tanpa kata."Aku bodoh!" gerutu Abe menjambak rambutnya yang sudah acak-acakan.Langkahnya sampai pada pintu kamar mandi dan membukanya pelan. Aroma sabun dan shampoo Ayumi menyeruak tajam pada indra penciumannya. Abe menarik nafas panjang dan melepasnya lelah. Perlahan tangan berotot yang tadi sempat menjamah tubuh Ayumi dia pandangi dengan sendu. Telapak tangan itu sudah menyentuh tubuh Ayumi yang sudah halal baginya justru dia hinakan dalam keadaan sadar."Aku bukan suami yang baik!" gumam Abe menatap nanar telapak tangannya yang besar. Abe memejamkan matanya. Masih bisa dia rasakan kulit halus Ayumi yang dia sentuh dan muncul desiran aneh di hatinya serta membuat alat vital di antara kedua pahanya menggeliat. Mata Abe terbuka l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status