Share

Yuna William

Hari-hari berlalu begitu saja. Ray masih belum berminat kembali ke mansion mewahnya. Ia lebih memilih tinggal di hotel dekat kantornya. Ini sudah hari ke sepuluh.

Sementara Ken menjadi semakin bingung dengan keengganan Ray itu. Ia juga heran dengan Kiara yang tidak pernah sekalipun menunjukan batang hitungnya di mansion Ray padahal mereka tinggal di satu atap.

Ken merasa penasaran dengan Kiara. Ia selalu bertanya orang seperti apakah Kiara itu? Kenapa Kiara tidak mau keluar dari kamarnya? Apa Kiara cantik sehingga Ray mengizinkan Kiara memiliki kamar Ray padahal banyak kamar kosong di mansion itu?

Kenapa Kiara A, B, C, atau D? Lalu apakah Ray A, B, C, atau D?

Pertanyaan-pertanyaan penasaran muncul begitu saja di benak Ken.

.

.

.

Kamar Kiara..

“Kamu Kiara, kan? Perkenalkan aku adalah Yuna, adik bungsu dari kak Ken dan kak Ray. Ibuku sudah menceritakan apa yang terjadi antara kau dan kak Ray beberapa hari yang lalu."

"..." Kiara mencolos. Sakit. Ingatan itu menghujam dadanya.

"Maaf, bukannya aku mencoba mengingatkanmu akan kenangan buruk itu, tapi janganlah seperti ini! Kau harus bangkit! Apa kau tidak kasihan dengan tubuhmu karena kau terlalu menyiksa diri?” Kata Yuna yang tidak tahan karena Kiara selalu mengurung diri di kamar.

“…” Kiara hanya memberikan tatapan kosong.

Yuna semakin iba melihatnya.

“Kau kurus sekali. Astaga, kalau begini kau bisa sakit.” Yuna memegang jidat Kiara yang duduk di sampingnya. “Panas sekali. Apa perlu aku ambilkan obat untukmu?”

“Tidak, terima kasih.” Jawab Kiara akhirnya.

Suara Kiara lirih dan indah di telinganya.

“Aaahh, akhirnya aku bisa mendengar suaramu.. Ibu bilang suaramu itu indah, ternyata benar. Kau juga sangat cantik. Pantas saja kak Ray.” Yuna mulai keceplosan. Ia langsung menutup mulutnya. Rupanya ia salah bicara. “Maaf, maaf, maafkan aku Kiara. Maksudku kau itu memang sangat cantik. Pasti banyak laki-laki yang menyukaimu. Hehe..” Yuna merasa kikuk.

“Tidak apa-apa. Jangan terlalu difikirkan...” Kiara menanggapinya ramah.

“Iy..iya.. Hmm, Kiara mulai sekarang kita berteman! Kau usia 20 tahun, kan?” Kiara mengangguk pelan. “Bagus, kita seumuran! Kita bisa menjadi teman akrab! Kiara-chan, senang berkenalan denganmu. Dozoyoroshiku onegaisimasu!” Kata Yuna riang.

-chan?


Kiara menatap Yuna dengan tatapan penuh tanya. “Kamu ngomong apa? Aku tidak mengerti.”

“Hehe, maaf aku hanya masih terbawa budaya Jepang.” Yuna tersenyum lebar.

Entah kenapa, hanya dengan melihat Yuna tersenyum membuat Kiara secara spontan menarik bibirnya untuk ikut tersenyum. Yuna keheranan karena sedari tadi ia merasa sangat tidak mungkin mendapat senyuman dari Kiara. Inikah kekuatan dari senyuman yang tulus?

“Tersenyumlah, Kiara-chan! Saat kau tersenyum kau terlihat lebih cantik!”

Mendengar penuturan Yuna membuat Kiara tersadar jika ia baru saja menunjukan senyuman manisnya yang sudah beberapa hari tidak ia tunjukan. Ia saja sempat befikir jika senyumannya tidak akan pernah bisa ia tunjukkan. Ternyata ia salah. Hatinya masih ingin ia tersenyum.

Kiarapun juga tersadar, nyatanya ia hanyalah manusia biasa yang mampu berduka lalu tersenyum setelahnya.

Yuna semakin bersemangat untuk menghibur sahabat barunya itu, Kiara. “Awas saja jika nanti aku ketemu dia, aku pasti akan memukulnya habis-habisan! Kau mau aku bagaimana? Memukul muka tampannnya itu? Atau menampar keras pipinya untukmu?”

Kiara kembali tersenyum mendengar Yuna yang menggebu-gebu akan membalas perlakuan Ray terhadapnya.

“Jangan! Tidak usah, Yuna-chan!” Kiara bahkan sudah ketularan cara Yuna memanggilnya.

Kiara menambahkan sufik –chan di belakang nama Yuna yang artinya dalam bahasa Jepang yaitu untuk memanggil orang yang sangat dekat dengan dirinya.

Yuna mengambil bantal yang ada di ranjang. Ia meletakannya di atas pahanya untuk bersandar kedua tangannya.

“Jangan? Kau punya hak melakukannya, Kiara-chan! Kak Ray pantas mendapatkannya! Kak Ray sudah memperlakukanmu tidak baik…”

“Tuan Ray memperlakukanku dengan sangat baik. Dia menampungku di mansion ini. Dia memberiku makanan yang enak. Dia juga memberikanku kamar yang nyaman. Jadi wajar saja jika dia melakukan itu padaku. Aku tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikannya.”

Kiara mencoba berpikir 'realistis' agar mentalnya kuat menerima keadaanya yang sekarang.

Dengan pemikiran seperti itu? Entahlah.

“Haah, aku sudah bisa menebak kau akan berbicara seperti itu. Tapi tetap saja itu salah. Dia tidak bisa seenaknya saja memperlakukanmu seperti itu. Itu keterlaluan!"

"Memang, sangat. Tapi, aku tak memiliki apa-apa untuk membalas budi padanya." Kiara tertunduk. Inikah artinya ia sudah menjual dirinya?

Yuna memahaminya. Tak mudah bagi Kiara.

"Aku ingin sekali meremas-remas muka kak Ray itu! Menyebalkan! Ini, rasakan! Arrghh.” Yuna meremas-remas dan memukul-mukul bantal yang ia pegang.

“Sudah, hentikan! Lagian, tidak ada gunanya lagi walaupun aku marah, kecewa, bahkan sampai memukulnya. Semua sudah terjadi dan tidak akan bisa dikembalikan seperti semula.” Kiara tersenyum miris.

“Aku bisa merasakan sakitnya. Hanya dengan melihatmu seperti ini, aku bisa merasakan kepedihanmu. Kalau kau mau, aku bisa menjadi wadah untuk menampung semua masalahmu.”

“Terima kasih, Yuna-chan.”

“Tapi, apa kau berminat melaporkan kak Ray ke polisi? Hhhm, aku tahu kak Ray itu jahat padamu. Namun sebenarnya dia banyak memiliki sisi baiknya juga.”

“Jangan khawatir, aku tidak akan melakukannya! Lagi pula aku tidak mau lebih banyak lagi orang yang mengetahui keadaanku.”

Kiara jujur apa adanya. Ia akan menanggung takdirnya sendiri. Ia akan menghadapi Ray, bagaimanapun ia hutang banyak pada Ray. Tubuhnya tak sepadan dengan pemberian Ray padanya.

Menjijikkan memang. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari menjual diri.

Miris.

“Benar juga, tapi kau perlu bangkit dari keterpurukanmu. Kiara-chan, ganbatte ne!”

.

.

.

YUNA'S POV

Aku Yuna William, adik kandung dari Ken William. Umur 20 tahun. Kuliah di Keio Jepang. B aja.

Aku rasa tidak ada yang istimewa dalam hidupku. Semua wajar dan berjalan dengan baik.

Tidak ada yang menarik dalam hidupku. Biasa saja.

Aku tidak bisa menulis kisahku sendiri, aku butuh orang lain untuk mengisinya. Saat ini, aku menemukan orang lain itu, Kiara, si cantik yang menyedihkan. Maaf, bukannya aku menghina, tapi sungguh, aku hanya bersimpati padanya.

Kakak angkatku, Ray melecehkannya! Aku menjadi tertarik untuk menulis kisah baru dalam hidupku mengenai dirinya meski aku tak akan menjadi heroine dalam kisah ini.

Tapi aku tak bisa melihat mata indahnya bersedih, aku tidak tega, aku, aku ingin menyelamatkannya dengan caraku, meski aku tak tahu harus bagaimana dan dengan cara apa.

Namun, aku ingin mempercayai jika di masa depan, Kiara bisa bahagia!

Kenapa aku bisa seperti ini? Bukannya harusnya aku berjuang untuk masa depanku sendiri?

Entahlah, akupun tak mengerti, aku hanya ingin menolongnya. Ia sangat rapuh, seperti istana pasir yang mudah tersapu ombak pantai.

Semenyedihkan itu memang. Sebagai adik 'pelaku' aku akan berusaha memperbaiki kelakuan kakakku dan sedikit membantunya untuk bertanggung jawab. Aku merasa bersalah karena ulah kakakku. Ditambah, ternyata ayah yang menawari Kiara untuk tinggal bersama. Rasa bersalahkupun semakin besar.

Andai saja ayah tidak membawanya, mungkin Kiara tidak akan mengalami mimpi buruk seperti ini.

Ah, aku terlalu pusing memikirkannya!

Aku hanya akan memulainya dengan berkenalan dulu dengannya.

Gila, Kiara cantik banget. Apa dia seorang peri?

END OF YUNA'S POV

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ZiChimi
pemainnya banyak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status