Share

Bab 22. Tatapan Tajam Menghujam

"Kurasa aku bicara sangat jelas. Sepuluh menit lagi meeting akan dimulai. Cepat sana, siapkan yang kamu perlukan." Angga mengayunkan tangan, menyuruh Adisti segera bersiap.

"Pak, ini beneran, Pak? Bukan nanti siang?" Adisti masih tidak yakin dengan yang Angga katakan.

"Rapat dimajukan. Kalau ga percaya, ini, bicara langsung dengan Pak Vernon. Aku ga mau dianggap mengada-ada. Urusan kerjaan ini bukan main-main, Adisti." Angga mengacungkan telepon yang ada du depannya ke arah Adisti.

"Maaf, Pak, saya kaget. Jantung saya ...."

Angga tersenyum lebar memandang pada wanita muda yang tampak memerah dan gugup itu. Dia paham Adisti merasa diatrik masuk gua singa rasanya.

"Dis, yang di ruangan itu semua sama, suka makan ayam goreng dan minum es, kayak kamu. Ga usah grogi. Aku bantu kalau kamu perlu. Pak Vernon ingin kamu yang langsung menjelaskannya, sebab kamu yang paling paham detil dari design yang ada. Ngerti?" Angga bicara dengan lebih tenang, berharap ketegangan Adisti mereda.

"Siap,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status