Share

Bab 9 Senyum

Aku meregangkan tubuh yang terasa lelah sekali seusai mengangkat perabot katering ke dalam mobil box. Dan, yang paling aku tunggu adalah upah yang diberikan pada waktu terakhir.

Waktu sudah bergeser cukup larut saat semua pekerjaan selesai. Aku menyempatkan duduk di kursi taman untuk istirahat sejenak. Mengganti sepatu kebesaran dengan sandal jepit.

"Kenapa kamu masih di sini? Tuh, yang lain sudah pada pulang."

Aku menoleh. "Eh, Nyonya lagi ... ini juga mau pulang," sahutku seraya memasukkan sepatu ke kantong plastik.

"Aku akan memberikan uang, tetapi jangan muncul dihadapanku," pinta Ibu dengan arogan.

"Uang?" Aku beranjak dari duduk, berdiri berhadapan dengan Ibu. "Saya nggak butuh uang dari Anda, Nyonya. Terima kasih banyak. Satu lagi, jangan mengatur saya."

"Dengan uang kita bisa mendapatkan apa pun, Sinar."

"Dan, uang juga bisa membuat nurani seorang Ibu terbakar. Menyisakan ketamakan."

"Keras kepala." Geram Ibu. "Aku bisa mencukupi kehidupan kalian, Sinar. Kamu nggak usa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status