Share

Bab 22 Putri Mahkota

Kakek Atma sudah siuman, menurut dokter keluarga yang memeriksa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena mengkhawatirkan Kakek, aku sampai tidak sadar bahwa Ibu sudah pergi dari rumah.

"Pergi kalian ...." usir Kakek Atma. "Aku tidak ingin melihat kalian berdua."

Pak Bagas bersimpuh di sisi tempat tidur, memegang kaki Kakek Atma. "Yang dikatakan Yuni tidak benar, Pa. Aku bahkan tidak tahu tentang Sinar," ucap Bagas membela diri.

"Yuni tidak punya bukti, Pa." Bu Wina ikut bicara. "Aku yakin, Yuni disuruh Hendi menuduh suamiku. Papa harus bersikap objektif."

"Pergilah, aku tidak ingin diganggu." Kakek Atma memalingkan wajahnya.

"Aku menyayangimu, Pa. Papa yang membesarkanku dengan penuh kasih." Pak Bagas mencium punggung tangan Kakek Atma.

"Sinar, kalau ada apa-apa hubungi kami, ya," pinta Bu Wina.

"Iya." Aku menganggukkan kepala pelan.

Aku kemudian duduk di kursi, dekat dengan tempat tidur.

"Sinar, aku ingin bertemu dengan Randu. Aku takut waktuku tidak lama lagi," ucap Kakek Atma.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status