Share

Ibu Mertuaku Yang Kejam
Ibu Mertuaku Yang Kejam
Author: LibraRahutia

Bab 1. Pergi meninggalkan rumah

"Dasar anak durhaka, bisa-bisanya kamu melawan papa hanya karena laki-laki kere ini," ucap seorang lelaki paruh baya, sambil menunjuk ke arah putrinya, yang saat ini sedang berdiri di depannya, bersama seorang lelaki yang dicintainya.

"Pah, aku dan Mas Miko saling mencintai, tolong restui kami, Pah." ucap gadis itu mohon, dengan netra yang terlihat sudah berkaca-kaca.

"Iya Om, saya mohon ijinkan kami untuk menikah, saya sangat mencintai Ratih, Om, saya janji akan membuat putri Om bahagia," ucap lelaki itu, mencoba meyakinkan ayah dari wanita yang dicintainya.

"Apa tadi kau bilang? Membahagiakan putri saya? Apa saya tidak salah mendengar? Bahkan kau sendiri saja belum bekerja, bagai mana caramu untuk membahagiakan anak saya? Jangankan membahagiakan nya, mungkin memberi makan saja belum sanggup kamu," ucap remeh lelaki paruh baya tersebut, dengan amarah yang mulai memuncak.

"Tapi orang tua saya punya usaha Om, dan saya yang akan meneruskan usaha tersebut, saya yakin, putri Om tidak akan kesulitan hidup dengan saya," ucap lelaki itu, yang masih berusaha meyakinkan ayah dari kekasihnya.

"Sampai kapanpun, saya tidak akan sudi, punya menantu sepertimu, sekarang lebih baik kau tinggalkan rumah saya! Dan jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi, di depan saya," ucap lelaki paruh baya tersebut yang ternyata bernama Pak Restu Prakoso.

"Tapi Om, saya --," belum sempat lelaki muda itu menyelesaikan kalimatnya, Pak Restu lebih dulu memotong kalimatnya.

"Pak Wardi, ke sini sebentar!" teriak Pak Restu saat memanggil satpam rumahnya yang berjaga di depan rumahnya.

Tidak lama terlihat satpam tersebut lari dengan tergopoh-gopoh datang kehadapan mereka.

"Iya Tuan, ada apa?" tanya satpam tersebut.

"Sekarang kau usir laki-laki ini, keluar dari rumah saya, karena saya tidak ingin melihatnya ada di sini," ucap Pak Restu memerintah.

"Baik Tuan," jawab satpam tersebut patuh.

Saat satpam yang bernama Wardi itu hendak menarik dengan paksa tubuh kekasihnya, dengan cepat, Ratih langsung menghalanginya.

"Jangan Pak Wardi, saya mohon, lepaskan Mas Miko," ucap Ratih memelas, membuat satpam tersebut tentunya tidak tega melihat anak majikannya tersebut.

"Jangan dengarkan Ratih! Kamu seret saja lelaki tidak berguna itu dari rumah saya!" Pak Restu mengacungkan telunjuknya ke arah pintu.

"Lepaskan saya!" Kekasih Ratih yang ternyata bernama Miko itu, memberontak saat Pak Wardi, satpam yang bekerja di rumah tersebut hendak menariknya keluar dari rumah.

"Pah, tolong lepaskan Mas Miko, jangan pisahkan kami Pa, Ratih mohon." ucap gadis itu, yang kini sudah bersimpuh dihadapan ayahnya.

"Ratih cepat bangun! Kenapa kamu begitu membela lelaki miskin ini, sampai kamu melakukan hal serendah ini, asal kamu tahu, jika kamu memilih untuk hidup bersama dengannya, maka papa tidak akan mengakui kamu lagi sebagai putri papa, jadi sebaiknya lupakan laki-laki miskin ini," ucap Pak Restu, dengan nada serius.

"Itu tidak mungkin Pah, lagi pula Ratih sangat mencintainya, jadi Ratih mohon restui kami," ucap gadis itu, yang masih bersimpuh di kaki sang ayah.

"Mau kamu sampai menangis darah sekalipun, papa tidak akan sudi memberikan restu untuk kalian," ucap Pak Restu.

"Wardi, cepat kau seret laki-laki itu dari sini, dan jangan sampai saya melihat nya kembali di rumah ini," sentak Pak Restu.

"Baik Tuan," ucap satpam tersebut, yang langsung membawa Miko keluar dari rumah mewah Pak Restu.

"Dan kamu Ratih, sebaiknya masuk ke kamarmu! Papa tidak ingin mendengarmu kembali menyebut nama lelaki miskin itu," ucap Pak Restu dengan nada dingin dan datar.

"Tapi Pah, Mas Miko bukan lelaki miskin, keluarganya punya usaha," ucap Ratih, yang masih berusaha membujuk ayahnya.

" Papa tidak perduli, dan kamu jangan terus membela pria itu, lagi pula papa sudah mencarikan kamu pasangan yang lebih baik dari lelaki ini. Sebaiknya sekarang kamu masuk ke dalam kamar, dan jangan pernah lagi membahasnya, karena sampai kapanpun papa tigak akan menerimanya sebagai menantu di rumah ini," ucap Pak Restu.

Di kamarnya, Ratih menangis tersedu-sedu, rasanya ia tidak sanggup jika harus berpisah dari lelaki yang dicintainya, namun disisi lain, keinginannya terhalang restu dari sang ayah.

"Maafkan aku Pah, aku tidak bisa menuruti keinginan Papa, aku sangat mencintai Mas Miko, dan aku tidak bisa hidup tanpanya," gumam Ratih.

***

"Bagai mana Mbok, apa Ratih masih belum mau membuka pintu kamarnya?" tanya Pak Restu saat asisten rumah tangganya kembali dengan wajah cemas. Saat ini Pak Restu sedang berada di meja makan untuk sarapan pagi, sejak tadi lelaki paruh baya itu duduk di sana, sambil menunggu pembantunya memanggil putrinya.

"Nona Ratih masih tidak menjawab panggilan saya Tuan," jawab asisten rumah tangga tersebut.

"Tapi ini sudah jam sembilan, tidak mungkin dia masih tidur, apa jangan-jangan dia--," Pak Restu menggantung kalimatnya saat menyadari sesuatu. Tiba-tiba lelaki paruh baya itupun langsung bangkit dari kursinya, dan langsung melangkah menuju anak tangga, di mana kamar putrinya berada. Entah mengapa tiba-tiba hatinya gelisah, pikirannya berkecamuk. Pak Restu takut jika dugaannya ternyata menjadi kenyataan.

"Mbok, tolong ambilkan kunci serap kamar Ratih di laci meja itu," ucap Pak Restu sambil menunjuk ke arah meja yang tidak jauh dari kamar tersebut.

"Baik Tuan,"

Tidak lama asisten rumah tangga tersebut memberikan kunci cadangan kamar milik Ratin. " Ini tuan kuncinya," ucapnya sambil menyerahkan kunci tersebut.

Tanpa menunggu lama, Pak Restu langsung mengambil kunci tersebut, lalu membukanya. Pandangannya menyapu seluruh ruangan kamar yang terlihat sepi, seketika perasaannya gusar, ia takut apa yang ada dipikirannya saat ini menjadi kenyataan.

"Ratih, di mana kamu?" ucap Pak Restu sedikit meninggikan suaranya, apa lagi saat melihat kamar mandi yang terlihat kosong. Tiba-tiba pandangannya beralih pada jendela kamar yang terbuka, membuat Pak Restu seketika mengepalkan tangannya.

"Kurang ajar, sepertinya anak itu sudah membawa putriku kabur, baiklah, jika itu adalah pilihanmu Ratih, papa tidak akan mencarimu, dan setelah ini papa juga tidak akan menganggapmu sebagai putriku lagi.

***

Sedangkan di tempat lain, tepatnya disebuah desa yang berada di pinggiran kota, terlihat seorang gadis sedang duduk di atas sofa, matanya terus memindai setiap sudut ruangan yang ada di depannya. Rumah berlantai satu, namun cukup luas,

"Sayang maaf kalau kamu lama menungguku," ucap seorang pemuda, yang tidak lain adalah kekasih dari wanita tersebut.

"Tidak masalah Mas," ucap gadis itu, yang tidak lain adalah Ratih. Semenjak orang tuanya menolak memberikan restu kepadanya, dan juga kekasihnya, Ratih memutuskan untuk meninggalkan rumah, gadis itu tidak perduli dengan ancaman orang tuanya, baginya harta tidaklah penting dari pada orang yang dicintainya. Dan demi rasa cintanya kepada Miko, Ratih rela meninggalkan orang yang telah membesarkannya.

Saat Ratih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berdehem ke arahnya, membuat Ratih langsung mengalihkan pandangannya ke arah wanita tersebut.

"Oh, tadi kamu wanita yang membuat anak saya tergila-gila?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status