Share

Bab 7. Malam Pertama

last update Last Updated: 2025-02-13 16:25:41

Keesokannya, Melody berdiri di depan cermin besar, mengenakan kebaya putih pengantin yang indah. Namun, gaun itu terasa seperti beban berat di tubuhnya. Riasan wajahnya sempurna, tapi air matanya hampir tak terbendung. Ia menatap dirinya sendiri dengan perasaan kosong.

"Ibu, kamu cantik sekali!" ujar Alea, dengan mata berbinar. "Ibu terlihat seperti pengantin. Ibu mau menikah, ya?" tanya Alea dengan rasa ingin tahu.

Alea mengerutkan keningnya, masih tidak mengerti sepenuhnya. "Tapi ayah bagaimana? Kenapa Ibu harus menikah dengan Tuan Arjuna? Bukankah aku sudah punya ayah?" tanya Alea dengan suara kecil.

Melody menunduk, berusaha menahan tangis yang semakin sulit ia bendung. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menemukan kata-kata yang tepat, meskipun hatinya terasa begitu rapuh.

"Iya, Nak," jawab Melody pelan, mencoba menyembunyikan perasaan sesaknya. "Ini adalah bagian dari pekerjaan, jadi Ibu harus menikah dengan Tuan Arjuna."

Pintu kamar terbuka dengan suara pelan. Sasha, melangkah masuk dengan wajah yang angkuh dan penuh dengan ketegasan. Dia menatap Melody dengan tatapan tajam yang penuh peringatan.

"Jangan pernah berharap dia akan mencintaimu, atau memperlakukanmu seperti layaknya seorang istri," ujar Sasha.

Kata-kata itu begitu tajam dan menusuk hati Melody. Sasha mendekat, matanya penuh dengan sindiran dan kebencian yang sulit disembunyikan.

"Arjuna hanya melihatmu sebagai alat untuk mendapatkan keturunan. Setelah itu, kamu akan menjadi seperti barang yang tak lagi berguna baginya," tambah Sasha dengan senyum sinis."

Melody merasa sangat terintimidasi, padahal kenyataannya sudah begitu jelas bahwa akar dari semua permasalahan ini adalah keputusan Sasha yang keras kepala dan tak mau menerima kenyataan untuk hamil.

"Nona, Tuan Arjuna sudah menantimu," ujar pelayan di rumah Arjuna.

Lantas, Melody pun melangkah menuju ruang akad yang telah dipersiapkan dengan begitu matang, setiap detilnya terlihat sempurna, seakan menyambut momen penting yang tak terhindarkan.

Di antara suara saksi yang menggema, Melody merasakan dadanya sesak. Pernikahan ini bukan pilihan, melainkan kontrak hidup yang mengikatnya pada dunia yang tak ia inginkan.

Saat kata-kata ijab kabul itu akhirnya terlontar dari mulut Arjuna, semuanya terasa berjalan begitu cepat. Ia mendengar suara yang bergetar namun tegas, mengikatnya pada sebuah takdir yang tak dapat ia hindari.

Suara itu menggaung di telinganya, membuat hatinya kosong. Di sekelilingnya, orang-orang tersenyum tanpa tahu luka di balik senyumannya. Melody merasa seperti patung, hanya menuruti takdir yang diputuskan untuknya.

Ketegangan di dadanya tak kunjung reda, kata-kata itu semakin menjeratnya. Air mata hampir jatuh, namun ia tahu ini keputusan yang harus dijalani. Di hadapan Arjuna, ia bukan lagi dipilih karena cinta, tapi kebutuhan. Kehilangan kebebasan untuk memilih terasa lebih berat dari apapun.

**

Malam itu, Melody terisak, duduk di tepi ranjang, meratapi nasibnya yang seakan tak memiliki jalan keluar, seolah kebebasannya telah direnggut. Air matanya mengalir tanpa henti, memendam segala rasa sakit yang sulit diungkapkan.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka, dan Arjuna muncul dengan tatapan tajam yang penuh makna. Ia menatap Melody yang mengenakan gaun tidur merah berbahan satin.

Melody merasa semakin tegang. Ia masih merasa bahwa ini semua salah.

“Aku akan mandi dulu,” kata Arjuna setelah terdiam beberapa saat.

“Baik, Tuan,” jawab Melody dengan perasaan sedikit lega.

Meskipun Melody masih akan menghadapi ketegangan lain setelah Arjuna selesai mandi, tetapi setidaknya untuk saat ini ia bisa menenangkan dirinya sejenak.

Selama ini, hidupnya memang telah dibuat karena perilaku Suripto yang suka berjudi dan mabuk-mabukan. Namun, jika harus berakhir seperti ini, menjadi istri kedua, sejujurnya Melody juga tidak ingin melakukannya. Jika bisa memilih, lebih baik Melody hidup sendiri dan bekerja serabutan untuk menghidupi Alea.

Namun, semua sudah terlanjur. Melody juga tidak akan bisa mengembalikan uang itu kepada Arjuna. Jadi, ia hanya perlu menyelesaikan ini semua dan pergi dengan tenang setelah tujuan Arjuna mendapatkan anak telah berhasil.

Tak lama, Arjuna keluar dari kamar mandi. Uap air hangat menyelimuti pintu kamar mandi yang baru saja terbuka, membuat Arjuna tenggelam di dalamnya. Begitu uap itu menghilang, tubuh Arjuna yang hanya terlilit handuk di pinggangnya langsung muncul di pandangan Melody.

Dada bidang, garis perut yang sangat tegas, lengan berotot, serta rambut yang masih basah, membuat wajah Melody memanas seketika.

Meskipun usianya telah menginjak 30 tahun, Arjuna benar-benar tampak sangat menawan dengan tubuh atletis itu.

“Ma–maaf, Tuan,” kata Melody, lalu buru-buru memalingkan wajahnya begitu menyadari tatapan Arjuna yang tajam ke arahnya.

Arjuna melangkah mendekati Melody. “Kamu tahu ini sudah jadi tugasmu, kan?”

Melody hanya mengangguk pelan.

Kemudian, Arjuna langsung merebahkan Melody di atas ranjang. Ia menunduk, mulai menciumi leher Melody yang penuh dengan bau mawar sebab sebelumnya ia telah dipersiapkan untuk mandi dengan sabun berbahan mawar.

Cumbuan Arjuna semakin dalam, membuat napas Melody tertahan. Tangan Melody mencengkram ujung sprei dengan erat, detak jantungnya berpacu dengan begitu cepat. Ia menggigit bibirnya, memejamkan matanya, sama sekali tidak berani melihat Arjuna.

Melody benar-benar pasrah, tidak ingin menggagalkan hal ini agar semua urusannya cepat selesai.

Namun, tiba-tiba Arjuna bangkit dan menjauh dari Melody.

“Aku tidak bisa melakukannya,” kata Arjuna lirih. Ia berdiri dan menatap Melody yang perlahan membuka matanya.

Melody merasa seperti dihantam batu besar. Apa maksudnya?

“Tu–Tuan, kenapa?” tanya Melody dengan ragu.

Arjuna menggelengkan kepalanya pelan.

Apa mungkin Arjuna memikirkan istrinya? Pikiran Melody jatuh pada bagaimana Arjuna yang tampak begitu mencintai istrinya.

Namun, jika ini semua tidak dilakukan, maka urusannya dengan keluarga ini tidak akan cepat selesai dan ia tidak akan bisa meninggalkan rumah ini dengan cepat.

Belum sempat Melody bersuara lagi, Arjuna telah meraih gaun mandi dan mengenakannya, siap untuk pergi meninggalkan kamar mereka.

“Tuan, Tuan Arjuna, jangan pergi! Kita harus melakukannya!” Melody bangkit dan berusaha mencegah Arjuna pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 102. Sandiwara Apalagi?

    Dok, kaki saya terkilir,” ujar Melody sambil menahan nyeri.Dokter kandungan mengangguk dan segera menyarankan agar Melody diperiksa oleh dokter saraf tulang. Kebetulan, dokter spesialis itu sedang berada di rumah sakit untuk menangani pasien patah tulang.Melody pun langsung dibawa ke ruang perawatan ortopedi. Setelah diperiksa, dokter menyimpulkan bahwa cedera di kaki Melody tidak serius. Hanya terkilir ringan dan akan pulih dalam beberapa hari dengan istirahat dan kompres rutin.“Lain kali, hati-hati ya. Tapi... kenapa kamu bisa jatuh? Nggak ada yang jaga kamu?” tanya Arjuna, nada suaranya mulai berubah. Tatapannya langsung mengarah tajam ke Ibunda Sasha, penuh kecurigaan.“Aku jatuh sewaktu ambil stok gula di rak lemari,” ujar Melody pelan, suaranya nyaris tak terdengar.Arjuna mengernyit. “Siapa yang nyuruh kamu, sayang? Kan kamu harusnya istirahat.”Melody menoleh perlahan ke arah Ibunda Sasha. Mulutnya nyaris terbuka, ingin jujur, ingin mengatakan bahwa wanita itu yang memintan

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 101. Ada yang Kesal

    Melody semakin merasakan sakit yang menusuk, sementara harapannya akan kedatangan ibunda Sasha untuk menolongnya terus memudar. Sudah lebih dari dua puluh menit, namun sosok yang ditunggu tak juga muncul."Bu... kok lama sekali? Perutku sakit... tolong..." rintih Melody sambil mencoba bertahan dari rasa nyeri yang kian menjadi.Tak ada jawaban. Sunyi. Hanya deru napasnya sendiri yang terdengar di antara rasa sakit dan kecemasan. Ia tak bisa lagi menggantungkan harapannya pada ibunda Sasha. Dengan sisa tenaga, Melody berusaha meraih kaki kursi terdekat untuk menopang tubuhnya, namun sia-sia, perutnya yang terasa nyeri ditambah kakinya yang terkilir membuat semua usaha terasa mustahil.Dengan tangan gemetar, ia merogoh saku daster. Untungnya ponsel masih terselip di sana. Tanpa pikir panjang, ia menekan nama Arjuna.Cepat pulang, aku jatuh terpeleset... rumah mendadak sepi,” ujar Melody lirih saat sambungan telepon akhirnya tersambung.“Ha? Kemana Sasha sama ibunya? Aku akan pulang seka

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 100. Jatuh

    "Kok Ibu nampar aku?"Sasha memegangi pipinya yang masih terasa panas karena tamparan keras sang ibunda. Matanya membulat, tak percaya ibunya bisa setega itu. Hatinya tercekat, tak menyangka ada kemarahan sedalam itu dari wanita yang melahirkannya.Di hadapannya, sang ibu berdiri dengan wajah yang diliputi kekecewaan mendalam. Tatapan matanya tajam, menyala oleh amarah yang ditahan."Bisa-bisanya kamu tidur dengan pria lain," ucap sang ibu, suaranya bergetar karena emosi."Aku bisa jelaskan, Bu. Semua aku lakukan demi merebut kembali Arjuna dari tangan Melody," jawab Sasha. Suaranya pelan namun tegas, wajahnya menyiratkan dendam yang mengendap lama.Sasha berdiri. Ia membalikkan badan, membelakangi ibunya. Bahunya tegang, matanya menatap lurus ke depan, dipenuhi kebencian yang membara."Aku tidur dengan mantan suami Melody, karena cuma dia yang bisa membantuku. Dan sekarang, aku berhasil berada di rumah ini... semua berkat bantuannya," katanya sembari menatap ke luar jendela. Nada sua

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 99. Menolak Tes DNA

    "Kamu meragukan calon bayi itu bukan anakmu?"Tatapan tajam ibunda Sasha menghujam langsung ke arah Arjuna. Wajahnya memerah, bukan karena marah biasa, tapi karena merasa terhina. Ucapan Arjuna soal tes DNA, seakan meragukan kehormatan putrinya. Ucapan itu telah menusuk harga dirinya.Di sisi lain, Melody terlihat gelisah. Meski dalam hati ia menyetujui langkah Arjuna, bibirnya tetap terkunci. Ia memilih diam, menahan kata-kata yang menggantung di tenggorokan."Bagaimana, Dok? Apa bisa?" tanya Arjuna, mengabaikan perasaan ibunda Sasha.Dokter menghentikan gerakan alat USG. Ia menarik napas berat, matanya menatap layar, namun pikirannya jelas tengah bergulat."Bisa saja, tapi..." suaranya menggantung, ragu."Tapi apa, Dok?" tanya Arjuna, nadanya tak sabar.Dokter menoleh. Kali ini, wajahnya benar-benar serius."Ada risiko yang harus ditanggung. Melakukan tes DNA pada janin dalam kandungan bisa mengakibatkan keguguran. Meskipun risikonya kecil, hanya sepuluh persen, itu tetap risiko keh

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 98. Cek Kehamilan Sasha

    "Kamu tidak bisa berbuat seenaknya pada putriku, apalagi dia sedang mengandung benihmu."Ucapan ibunda Sasha tak menggoyahkan hati Arjuna sedikit pun. Wajahnya tetap dingin, matanya tajam. Sementara itu, Melody terdiam. Ia bingung harus bersikap seperti apa. Dalam hatinya berkecamuk, apakah kehadirannya justru menjadi kesalahan besar? Apakah dirinya penyebab perceraian Arjuna dan Sasha?"Kalau begitu kita ke rumah sakit. Kita cek, apakah Sasha benar-benar hamil," ujar Arjuna, tegas dan mantap.Sasha tersentak. Tapi ekspresinya tenang, tanpa keraguan sedikit pun di wajahnya."Baiklah, jika itu maumu. Tapi kalau terbukti aku hamil, kamu harus izinkan aku dan Ibu tinggal di rumah ini," balas Sasha.Melody spontan menggenggam lengan Arjuna lebih erat. Entah mengapa, rasa cemas menyergapnya. Ia takut. Ia khawatir. Kehadiran ibu Sasha di rumah itu hanya akan membawa masalah. Tatapan perempuan itu jelas menunjukkan kebencian yang dalam.Arjuna mengusap punggung Melody perlahan. Ia tahu. Ia b

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 97, Kedatangan Mantan Ibu Mertua

    "Sasha, kenapa semalam kamu tidur di kamar Alea?"Pertanyaan itu membuat Sasha sedikit tersentak. Tatapannya langsung mengarah pada Alea dan Melody. Alea, yang ketakutan, segera menyembunyikan diri dalam pelukan Melody, enggan menatap mata tajam penuh kebencian itu."Rupanya anak kecil itu mengadu?" ucap Sasha sambil terus mengunyah makanannya dengan santai, seolah tak terjadi apa-apa."Kalau kamu banyak tingkah di rumah ini, lebih baik kamu angkat kaki lagi," ancam Arjuna dingin.Sasha berdiri, ekspresinya naik satu tingkat menjadi marah."Kamu nggak bisa perlakukan aku kaya gitu! Aku juga sedang mengandung anakmu! Kamar tamu itu pengap, sempit—nggak layak!" protesnya lantang."Kamu pasti masih hafal di mana letak pintu keluar rumah ini," balas Arjuna ketus, tajam, tak menunjukkan sedikit pun rasa iba.Sasha menghentakkan kakinya, lalu menjatuhkan diri kembali ke kursi dengan wajah cemberut."Baiklah! Aku nggak akan tidur di kamar Alea lagi. Puas?!" katanya sambil melontarkan tatapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status