Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO / Bab 6. Talak yang Mengoyak Hati

Share

Bab 6. Talak yang Mengoyak Hati

last update Last Updated: 2025-02-13 16:14:50

"Siapkan semua dokumenmu, besok kita menikah.”

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di telinga Melody. Kini, ia sedang terjebak dalam masalah besar yang semakin rumit. Dalam kegelisahannya, Melody terus memandang putrinya, Alea, yang sudah tertidur pulas, seolah mencari ketenangan dari sosok yang tak menyadari kekalutannya.

"Kenapa ini bisa terjadi?" ujar Melody, suaranya hampir tak terdengar, penuh dengan kebingungan.

"Seandainya aku bisa memilih, aku pasti tidak ingin ini semua terjadi," bisiknya pada diri sendiri.

Melody mengusap lembut kening Alea. Dengan suara pelan, ia membangunkan putrinya, "Sayang, bangun nak."

Tubuh mungil Alea menggeliat, diiringi dengan kelopak matanya yang perlahan terbuka.

"Ada apa, Bu? Alea masih ngantuk nih," kata Alea, suaranya serak dan matanya setengah terpejam saat mengusap wajahnya.

Melody menjawab dengan tegas, "Kita pulang malam ini juga, Nak."

Alea terkejut, hampir tidak percaya, "Pulang? Benarkah?" tanyanya, ekspresinya berubah menjadi penuh harap, matanya berbinar.

"Iya, ayo kita siap-siap sekarang," ajak Melody, lalu meraih tasnya.

Lantas, Melody dan Alea pun sudah siap untuk segera meninggalkan istana megah itu. Keputusan Melody sudah bulat, dan ia tak lagi ragu. Dengan tegas, Melody menolak permintaan yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu. Bagi Melody, pernikahan adalah suatu hal yang suci, bukan untuk dipermainkan atau dipermudah.

Langkah kaki Melody terdengar pelan, ia berusaha mengendap-ngendap saat melintasi ruang tamu. Tangan Melody berhasil menggenggam handle pintu, namun beberapa detik kemudian, lampu yang semula redup tiba-tiba menyala dengan terang benderang.

"Mau kemana kalian?"

Suara Arjuna yang tiba-tiba terdengar berhasil membuat Melody terkejut. Tubuhnya langsung gemetar, dan perlahan ia membalikkan tubuhnya, mencoba mengendalikan ketegangan yang tiba-tiba muncul. Dengan hati-hati, ia menoleh, dan kini ia bisa melihat dengan jelas sosok Arjuna yang sedang berdiri sambil menuruni anak tangga, pandangannya yang tajam mengarah padanya.

"Ka...kami mau pulang," ujar Melody ragu, dengan nada bicara yang terbata-bata.

Arjuna menatap mereka dengan sorot mata tajam, lalu berkata, "Memang siapa yang menyuruh kalian pulang?"

Melody membisikkan sesuatu di telinga Alea, memberitahunya dengan lembut bahwa Alea harus kembali ke kamar. Setelah Alea pergi menjauh, Melody menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. Dengan hati yang berdebar, ia mencoba memberanikan diri untuk membuka suara dan berbicara.

"Maaf, Tuan," suara Melody bergetar, "Saya tidak bisa mengikuti perintah Tuan dan Nyonya. Saya tidak bisa menikah dengan Tuan. Ini terlalu berat untuk saya."

Arjuna menatapnya dengan tajam, suaranya tegas dan dingin. "Kalau ingin pergi dari sini, kembalikan dulu uangku."

Bagaikan disambar petir di siang bolong, mengembalikan uang sebanyak itu? Bagaimana mungkin? Padahal, uang itu sekarang ada di tangan Suripto, dan Melody sendiri sama sekali tidak menerima uang tersebut.

Apa yang harus Melody jelaskan? Apakah Melody harus mengatakan yang sejujurnya bahwa dirinya telah dijual oleh suaminya sendiri demi menutupi sebuah hutang?

"Ma... maaf, Tuan, tapi uang satu milyar itu ada di tangan Suripto. Sepeser pun saya tidak memakai uang itu," ujar Melody dengan suara gemetar, berusaha membela diri.

"Itu bukan urusanku," jawab Arjuna dingin, sambil menatapnya tanpa belas kasihan.

Arjuna berbalik dan pergi, meninggalkan Melody yang masih berdiri kaku, terperangkap dalam kebingungannya yang semakin dalam.

Melody terdiam, menahan tangis yang semakin sulit ia bendung. Namun, akhirnya air mata itu pun jatuh juga, mengalir tak terkendali. Dengan langkah gontai yang penuh beban, Melody perlahan kembali ke kamarnya. Hidupnya kini terasa seperti seorang tawanan, yang hanya bisa mengharapkan kebebasan jika ada uang sebagai jaminannya.

Begitu memasuki kamar, Melody berusaha keras menyembunyikan raut kesedihannya di depan putrinya. Ia mengatur nafas dan berusaha tersenyum meski hatinya terasa hancur. Dengan hati yang berat, Melody duduk di samping Alea, berusaha tampil seolah semuanya baik-baik saja, meski di dalam dirinya, segala beban dan keputusasaan semakin membebani.

"Ibu, katanya kita mau pulang, kenapa kita kembali lagi ke kamar?" tanya Alea dengan suara penuh tanya.

"Iya, Nak, malam ini kita nggak jadi pulang," jawab Melody sambil memaksakan senyum yang terasa begitu berat di bibirnya.

"Padahal Alea ingin sekali pulang, Bu. Di sini Alea bosan," rengek Alea dengan suara kecil, penuh harapan.

Melody menatap putrinya dengan hati yang tersayat. "Sabar ya, Nak. Ibu akan berusaha agar kita bisa pulang secepatnya. Sekarang, tidurlah lagi, ya?" Melody berkata seraya dengan lembut menyelimuti tubuh kecil Alea.

Setelah memastikan bahwa putri kecilnya tertidur dengan lelap, Melody perlahan menjauh dari tempat tidur dan dengan hati-hati mengambil ponselnya. Dengan harapan, ia mencoba menghubungi Suripto.

Beberapa detik berlalu, namun tidak ada tanda-tanda respons dari Suripto. Meski demikian, Melody tidak lantas menyerah. Dengan tekad yang kuat, ia mencoba menghubungi kembali Suripto, berharap kali ini ada jawaban.

"Halo... ada apa kamu menelepon? Kamu pasti kangen tidur bersamaku, ya?"

Suara yang terdengar serak dan seperti seseorang yang sedang mabuk berat membuat Melody menghela napas panjang. Dengan penuh kesabaran, ia berusaha menenangkan diri dan berbicara dengan tegas.

"Kembalikan uang satu milyar itu! Aku tidak bisa lagi berada di tempat ini!" ujar Melody dengan suara bergetar, mencoba menahan emosinya.

"Apa? Kamu menyuruhku kembalikan uang itu? Uang satu milyar itu sudah habis, tak tersisa sedikit pun," jawab Suripto dengan nada enteng, seolah tak ada yang serius.

Melody terkejut dan tak percaya, "Habis? Satu milyar itu bukan jumlah yang sedikit, bagaimana bisa habis dalam sekejap? Kalau seperti ini, bagaimana aku dan Alea bisa pulang?" tanyanya, suaranya bergetar penuh kebingungan dan kesal.

"Untuk apa kamu merengek minta pulang? Hidupmu sudah enak di sana," sahut Suripto dengan nada dingin, tanpa sedikit pun rasa empati.

"Aku tidak bisa lagi menuruti keinginan mereka! Aku dipaksa untuk menikah dengan Tuan Arjuna!" teriak Melody, suaranya mulai meninggi, menunjukkan betapa dalamnya rasa frustasi dan ketakutannya.

"Kalau begitu menikahlah dengan dia! Lagi pula, kamu sudah aku ceraikan!" jawab Suripto tanpa belas kasihan, suaranya keras dan penuh ketidakpedulian.

Melody terdiam sejenak, tercengang oleh kata-kata yang baru saja terlontar dari mulut suaminya. Tanpa sadar, ponselnya terjatuh dari tangannya, jatuh ke lantai dengan suara pelan. Tak percaya, ia memandang layar ponsel yang masih menyala, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar—sebuah talak yang mengoyak hatinya.

Setelah percakapan itu, Melody merasa seperti terperangkap dalam sebuah labirin tanpa jalan keluar. Setiap langkah terasa semakin berat.

Melody masuk ke ruang kerja Arjuna, suasana dingin dan tegang menyelimuti ruangan. Arjuna duduk di meja kerjanya, matanya tajam menatap layar. Melody menghampiri meja Arjuna, menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

"Tu...tuan, saya bersedia untuk menikah," ucap Melody dengan suara yang sedikit bergetar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 102. Sandiwara Apalagi?

    Dok, kaki saya terkilir,” ujar Melody sambil menahan nyeri.Dokter kandungan mengangguk dan segera menyarankan agar Melody diperiksa oleh dokter saraf tulang. Kebetulan, dokter spesialis itu sedang berada di rumah sakit untuk menangani pasien patah tulang.Melody pun langsung dibawa ke ruang perawatan ortopedi. Setelah diperiksa, dokter menyimpulkan bahwa cedera di kaki Melody tidak serius. Hanya terkilir ringan dan akan pulih dalam beberapa hari dengan istirahat dan kompres rutin.“Lain kali, hati-hati ya. Tapi... kenapa kamu bisa jatuh? Nggak ada yang jaga kamu?” tanya Arjuna, nada suaranya mulai berubah. Tatapannya langsung mengarah tajam ke Ibunda Sasha, penuh kecurigaan.“Aku jatuh sewaktu ambil stok gula di rak lemari,” ujar Melody pelan, suaranya nyaris tak terdengar.Arjuna mengernyit. “Siapa yang nyuruh kamu, sayang? Kan kamu harusnya istirahat.”Melody menoleh perlahan ke arah Ibunda Sasha. Mulutnya nyaris terbuka, ingin jujur, ingin mengatakan bahwa wanita itu yang memintan

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 101. Ada yang Kesal

    Melody semakin merasakan sakit yang menusuk, sementara harapannya akan kedatangan ibunda Sasha untuk menolongnya terus memudar. Sudah lebih dari dua puluh menit, namun sosok yang ditunggu tak juga muncul."Bu... kok lama sekali? Perutku sakit... tolong..." rintih Melody sambil mencoba bertahan dari rasa nyeri yang kian menjadi.Tak ada jawaban. Sunyi. Hanya deru napasnya sendiri yang terdengar di antara rasa sakit dan kecemasan. Ia tak bisa lagi menggantungkan harapannya pada ibunda Sasha. Dengan sisa tenaga, Melody berusaha meraih kaki kursi terdekat untuk menopang tubuhnya, namun sia-sia, perutnya yang terasa nyeri ditambah kakinya yang terkilir membuat semua usaha terasa mustahil.Dengan tangan gemetar, ia merogoh saku daster. Untungnya ponsel masih terselip di sana. Tanpa pikir panjang, ia menekan nama Arjuna.Cepat pulang, aku jatuh terpeleset... rumah mendadak sepi,” ujar Melody lirih saat sambungan telepon akhirnya tersambung.“Ha? Kemana Sasha sama ibunya? Aku akan pulang seka

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 100. Jatuh

    "Kok Ibu nampar aku?"Sasha memegangi pipinya yang masih terasa panas karena tamparan keras sang ibunda. Matanya membulat, tak percaya ibunya bisa setega itu. Hatinya tercekat, tak menyangka ada kemarahan sedalam itu dari wanita yang melahirkannya.Di hadapannya, sang ibu berdiri dengan wajah yang diliputi kekecewaan mendalam. Tatapan matanya tajam, menyala oleh amarah yang ditahan."Bisa-bisanya kamu tidur dengan pria lain," ucap sang ibu, suaranya bergetar karena emosi."Aku bisa jelaskan, Bu. Semua aku lakukan demi merebut kembali Arjuna dari tangan Melody," jawab Sasha. Suaranya pelan namun tegas, wajahnya menyiratkan dendam yang mengendap lama.Sasha berdiri. Ia membalikkan badan, membelakangi ibunya. Bahunya tegang, matanya menatap lurus ke depan, dipenuhi kebencian yang membara."Aku tidur dengan mantan suami Melody, karena cuma dia yang bisa membantuku. Dan sekarang, aku berhasil berada di rumah ini... semua berkat bantuannya," katanya sembari menatap ke luar jendela. Nada sua

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 99. Menolak Tes DNA

    "Kamu meragukan calon bayi itu bukan anakmu?"Tatapan tajam ibunda Sasha menghujam langsung ke arah Arjuna. Wajahnya memerah, bukan karena marah biasa, tapi karena merasa terhina. Ucapan Arjuna soal tes DNA, seakan meragukan kehormatan putrinya. Ucapan itu telah menusuk harga dirinya.Di sisi lain, Melody terlihat gelisah. Meski dalam hati ia menyetujui langkah Arjuna, bibirnya tetap terkunci. Ia memilih diam, menahan kata-kata yang menggantung di tenggorokan."Bagaimana, Dok? Apa bisa?" tanya Arjuna, mengabaikan perasaan ibunda Sasha.Dokter menghentikan gerakan alat USG. Ia menarik napas berat, matanya menatap layar, namun pikirannya jelas tengah bergulat."Bisa saja, tapi..." suaranya menggantung, ragu."Tapi apa, Dok?" tanya Arjuna, nadanya tak sabar.Dokter menoleh. Kali ini, wajahnya benar-benar serius."Ada risiko yang harus ditanggung. Melakukan tes DNA pada janin dalam kandungan bisa mengakibatkan keguguran. Meskipun risikonya kecil, hanya sepuluh persen, itu tetap risiko keh

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 98. Cek Kehamilan Sasha

    "Kamu tidak bisa berbuat seenaknya pada putriku, apalagi dia sedang mengandung benihmu."Ucapan ibunda Sasha tak menggoyahkan hati Arjuna sedikit pun. Wajahnya tetap dingin, matanya tajam. Sementara itu, Melody terdiam. Ia bingung harus bersikap seperti apa. Dalam hatinya berkecamuk, apakah kehadirannya justru menjadi kesalahan besar? Apakah dirinya penyebab perceraian Arjuna dan Sasha?"Kalau begitu kita ke rumah sakit. Kita cek, apakah Sasha benar-benar hamil," ujar Arjuna, tegas dan mantap.Sasha tersentak. Tapi ekspresinya tenang, tanpa keraguan sedikit pun di wajahnya."Baiklah, jika itu maumu. Tapi kalau terbukti aku hamil, kamu harus izinkan aku dan Ibu tinggal di rumah ini," balas Sasha.Melody spontan menggenggam lengan Arjuna lebih erat. Entah mengapa, rasa cemas menyergapnya. Ia takut. Ia khawatir. Kehadiran ibu Sasha di rumah itu hanya akan membawa masalah. Tatapan perempuan itu jelas menunjukkan kebencian yang dalam.Arjuna mengusap punggung Melody perlahan. Ia tahu. Ia b

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 97, Kedatangan Mantan Ibu Mertua

    "Sasha, kenapa semalam kamu tidur di kamar Alea?"Pertanyaan itu membuat Sasha sedikit tersentak. Tatapannya langsung mengarah pada Alea dan Melody. Alea, yang ketakutan, segera menyembunyikan diri dalam pelukan Melody, enggan menatap mata tajam penuh kebencian itu."Rupanya anak kecil itu mengadu?" ucap Sasha sambil terus mengunyah makanannya dengan santai, seolah tak terjadi apa-apa."Kalau kamu banyak tingkah di rumah ini, lebih baik kamu angkat kaki lagi," ancam Arjuna dingin.Sasha berdiri, ekspresinya naik satu tingkat menjadi marah."Kamu nggak bisa perlakukan aku kaya gitu! Aku juga sedang mengandung anakmu! Kamar tamu itu pengap, sempit—nggak layak!" protesnya lantang."Kamu pasti masih hafal di mana letak pintu keluar rumah ini," balas Arjuna ketus, tajam, tak menunjukkan sedikit pun rasa iba.Sasha menghentakkan kakinya, lalu menjatuhkan diri kembali ke kursi dengan wajah cemberut."Baiklah! Aku nggak akan tidur di kamar Alea lagi. Puas?!" katanya sambil melontarkan tatapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status