Share

Ibu Sambung Untuk Anak CEO
Ibu Sambung Untuk Anak CEO
Penulis: Reaa Hamida

1. Pertemuan

“Satu, dua, tiga, empat, lima, tuk-tuk.” Renata melirik seorang gadis kecil yang berjalan di sebelahnya dengan cara melangkah satu persatu ke dalam kotak marmer sembari berhitung.

“Enam, tujuh, delapan, tuk-tuk.” Renata tanpa sadar tersenyum saat anak kecil itu kembali berhitung dan berjalan mendahuluinya dengan cara yang masih sama, melangkah dengan hati-hati agar tidak menginjak garis. Dress selutut berwarna merah muda serta jepit rambut berwarna senada yang anak itu kenakan menambah kesan manis.

“Dia terlihat menggemaskan.” Gumam Renata masih memperhatikan gadis kecil yang mulai menjauh dari jangkauannya.

Sudah lebih dari 3 tahun Renata bekerja di perusahaan ini, berawal dari staff biasa hingga berhasil mendapat promosi dan diangkat sebagai kepala devisi personalia karena kinerjanya. Perempuan berusia 25 tahun itu melangkah dengan yakin, sesekali menyapa pekerja lain yang juga mengenalnya.

Selain dikenal mumpuni saat bekerja Renata juga dikenal baik oleh orang disekitarnya. Sayangnya ada banyak sekali yang menunjukkan keirian pada perempuan itu.

Pukul 12 siang adalah waktu untuk beristirahat, begitu pula Renata yang bergegas menuju cafetaria untuk mengisi perut. Perempuan itu memilih meja yang terletak di pojok ruangan, duduk sendirian setelah memesan. Renata sudah terbiasa dengan kesendirian, justru perempuan itu akan lebih nyaman menghabiskan waktu istirahat saat hanya ada dirinya.

Sesaat setelah pesanannya datang Renata beralih dari ponselnya, mulai menikmati sepiring nasi goreng cabai hijau yang dipasangkan dengan segelas es teh manis.

Namun belum lama Renata menikmati makan siangnya seorang gadis kecil yang ia temui di lobby tadi datang mengusiknya, menarik-narik ujung blazer yang ia kenakan dengan senyum polos.

"Tante cantik, aku mau duduk di sini bolehkan?" Tanya gadis kecil itu yang masih memainkan ujung blazer Renata, menatapnya memohon dengan lucu.

"Oh hai, tentu saja, duduklah gadis manis." Gadis kecil itu tersenyum lebar saat Renata menyambutnya baik lalu duduk di sebelah Renata.

"Tante cantik, namaku Naya Narela Narsma." Ucap Naya yang memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangan. Deretan gigi putihnya terlihat sebab tersenyum lebar.

"Nama tante Renata, apa kamu anak pak Naren?" Tanya Renata sedikit terkejut saat Naya menyebutkan marga yang sama dengan Narendra, petinggi di perusahaan tempat ia bekerja.

Renata belum pernah melihat anak CEOnya selama bekerja ini, ia hanya mendengar jika putri Naren adalah gadis yang ceria dan baik hati, wajahnya cantik jelita dengan rambut coklat bergelombang. Sekarang Renata tidak lagi penasaran karena putri Naren yang di elu-elukan sedang duduk di sebelahnya.

"Iya, tapi tolong jangan beri tahu yang lain ya, aku tidak mau menjadi pusat perhatian." Renata terkekeh mendengarnya, ternyata selain ceria dan manis Naya juga narsis.

"Baiklah."

"Naya sudah makan? Mau tante pesankan sesuatu?" Tawar Renata saat melihat Naya menatap piring nasi gorengnya.

Naya mengangguk cepat dengan tatapan berbinar, "Naya mau nasi goreng juga, boleh kan?"

Renata tidak bisa menahan senyumnya saat melihat binar dari bola mata Naya. Perempuan itu mengangguk, lalu beranjak dari duduknya.

"Tentu saja boleh, tunggu sebentar ya."

Tatapan Naya tidak lepas dari langkah Renata yang mulai menjauh untuk memesankan sepiring nasi goreng untuknya, gadis kecil itu tidak meluruhkan senyumnya hingga Renata kembali duduk di sebelahnya. Naya seolah menemukan sosok yang selama ini selalu ia dambakan, gadis kecil itu berbinar dalam tatapannya saat menatap Renata.

"Tante mau jadi mamaku tidak?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Naya, dengan tatapan polos menatap Renata dengan mata beningnya.

"Apa?" Tanya Renata memastikan jika tidak salah dengar.

"Tante, jadi mamaku ya? Aku suka, tante Renata baik." Kali ini Naya meraih tangan Renata.

Renata terdiam bingung, perempuan itu masih mencerna permintaan Naya yang terdengar aneh, memintanya untuk menjadi seorang mama? Yang benar saja.

"Tidak--"

"Aku memaksa! Mulai sekarang tante Renata menjadi mamaku!" Belum sempat Renata menyangkal Naya sudah dulu mendesak, membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.

Naya memeluk tubuh Renata dari samping saat perempuan itu masih membeku terkejut. Membiarkan nasi goreng miliknya menjadi dingin karena telah lama dibiarkan.

"Naya." Panggil Renata yang terlihat tidak nyaman, bukan karena Naya yang memaksakan pelukannya tapi karena orang-orang mulai memperhatikan keduanya.

Interaksi yang tidak biasa Naya lakukan pada orang asing, terlebih anak itu pasti dibatasi untuk berinteraksi dengan sembarang orang. Mungkin jika Naren tahu, bukan Naya yang dimarahi tapi justru orang tersebut.

"Kenapa? Aku masih ingin memeluk mama." Naya mendongak dengan tatapan polos kemudian kembali mengeratkan kedua tangannya yang melingkari perut Renata.

"Oke baiklah, kau boleh memelukku lagi nanti, sekarang makan dulu nasi gorengmu ya?" Pinta Renata yang mencoba melepaskan pelukan Naya.

"Mama berjanji?" Tatap Naya dengan curiga, balita itu memincingkan mata karena pelukannya dilepaskan. Hei papanya saja tidak bisa menolak pelukannya!

"Ya, janji. Sekarang makan dulu nasi gorengmu sebelum dingin." Renata bingung harus bersikap bagaimana, ia merasa interaksinya dengan Naya seharusnya tidak terjadi. Renata takut jika tiba-tiba Narendra datang dan memarahinya karena bersama Naya.

Tanpa protes Naya mulai menyendok nasi goreng miliknya, sesekali melihat ke arah Renata yang juga melanjutkan makan siang. Perempuan itu menyendok dengan canggung karena ada banyak pasang mata yang memperhatikan. Seolah berinteraksi dengan Naya adalah sesuatu yang di luar nalar.

"Mama tahu tidak, Naya selalu minta pada papa untuk dicarikan mama baru tapi, papa selalu bilang 'iya besok papa carikan ya Naya' tapi sampai sekarang papa tidak pernah memberikan mama untuk Naya."

Renata melirik Naya yang kini meletakkan sendok garpunya dengan lesu, bibirnya mengerucut karena teringat bagaimana papa selalu beralasan saat ia meminta seorang mama.

"Padahal papa berjanji pada Naya, tapi tidak pernah ditepati. Naya sebal." Kali ini terdengar dengusan dari bibir balita itu. Membuat Renata terkekeh sebab Naya terlihat lucu sekarang.

"Jadi, Naya ingin mencarinya sendiri?" Renata memang sempat mendengar simpang siur jika Naren adalah seorang duda. Namun Renata tidak pernah tahu jika gosip itu benar adanya, ia kira itu hanya gosip murahan karena istri bosnya tidak pernah datang ke kantor.

"Betul, aku lelah menunggu papa. Aku ingin mencari sendiri mama yang cantik dan baik."

Renata tersenyum tipis mendengar Naya, ambisi anak kecil yang menggebu. Melihat Naya, Renata seolah berkaca pada masa kecilnya, ada sebuah harapan atas keinginan memiliki orang tua yang lengkap sebab itu adalah syukur setiap anak, tapi sebagian dari mereka tidak selalu mendapatkan kesempatan itu.

Sama halnya dengan Naya yang menginginkan seorang mama, dulu Renata juga menginginkan dua orang tua yang menyayanginya.

"Sekarang aku tidak perlu lagi mencarinya karena aku sudah menemukan mama." Ungkap Naya seraya menggenggam tangannya.

"Bukankah aku lebih hebat dari papa?"

"Naya, apa kau tahu jika tidak boleh sembarangan meminta seseorang untuk menjadi mama?" Pertanyaan itu melunturkan senyum Naya, dengan mimik wajah kecewa Naya bertanya.

"Kenapa? Apa Naya tidak boleh memiliki seorang mama?"

"Bukan, bukan seperti itu. Maksudku, kau tidak boleh meminta seseorang untuk menjadi mama secara sepihak, kau juga harus mendengar pendapatnya apakah ia mau atau tidak."

"Lalu, apa mama Renata mau menjadi mamaku?"

Renata kembali terdiam mendengar pertanyaan itu, pertanyaan yang bahkan tidak bisa ia jawab dengan sembarangan. Renata tidak mungkin menyetujui hal konyol itu kecuali ia rela dipecat dari perusahaan, tapi saat melihat tatapan memohon dan penuh harapan dari mata Naya, Renata seolah tak mampu untuk berkata tidak.

Naya semakin erat menggenggam tangan Renata, entah alasan apa yang membuat gadis kecil itu memaksa Renata menjadi mama untuknya.

"Naya tahu mama baik, pasti mama mau kan jadi mama Naya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status