Share

7. Kekhawatiran Max

“Dor!”

“Astaghfirulloh, Meiiii!” kaget Lisa ketika mendapati satu-satunya temannya mengagetinya ketika ia sedang serius nugas di gazebo taman kampus.

Mereka satu kampus tetapi beda jurusan, tetapi gedung mereka  bersebelahan, jadi Mei tak perlu jalan jauh untuk menemui Lisa yang selalu sendiri itu.

Mei duduk di samping Lisa, disusun Hanum yang baru-baru ini berkenalan dengan Lisa, mereka bertemu di grup magang.

“Assalamu’alaikum, semua!” sapanya ceria.

“Wa’alaikumsalam, Num,” balas Lisa dan Mei.

“By the way, lu berdua enak banget gak ada KKN, gue ada,” keluh Mei yang benci harus tinggal di luar rumah.

“Makanya masuk jurusan ekonomi,” ledek Hanum.

“Yeu, gue juga mana tau kalau jurusan ekonomi diistimewakan,” balas Mei.

“Tapi emang jurusan lu ribet si, Mei.”

“Dih ngatain, lagi kesel juga ….”

Lisa hanya terkekeh mendengarkan keduanya berdebat masalah kampus mereka yang tidak adil itu. Memang kampus itu membuat aturan istimewa bagi mahasiswa jurusan ekonomi yang dibebaskan dari KKN, sebab mereka akan menjalani magang selama 6 bulan dan harus bisa membangun bisnis sekecil apapun.

Pembicaraan mereka mengalir, hingga Hanum nyeletuk membicarakan tentang seseorang yang membuat Lisa langsung pucat pasi.

"Gue tadi ditanyain sama Kak Baron tentang lo, Lis. Lo ada kenal sama dia?"

Bukannya menjawab, Lisa malah melamun, tentu ia tau. Pria yang membuatnya mengalami trauma dan membuatnya ingin berhenti menjalani hidup, seorang yang dua minggu lalu membuatnya takut karena menguntitnya.

"Lis ...." gumam Mei merasa aneh dengan respon Lisa.

Lisa langsung tersenyum dan menggeleng, "Aku gak kenal sih, cuma tau kalau dia senior di jurusan teknik," ujarnya datar.

"Dia keknya tertarik ama lu, Lis," ujar Hanum.

Mei terkekeh, "Gak heran kalau Lisa yang ditaksir, kalau gue lah aneh, hahaha!" sahut Mei sengaja. 

Mei memang sengaja membuat agar Hanum teralihkan fokusnya pada pembicaraan yang sepertinya membuat Lisa tak nyaman. Ia tau pasti ada yang disembunyikan darinya. 

+++

Nama: Lisandra Purwaningsih

TTL: Jakarta, 22 Februari 2001

Usia: 22 tahun

Tinggi badan: 165 cm

Berat badan: 52 kg

Ukuran sepatu: 39

Domisili: Jakarta Pusat, Jl. Dahlia, Gang. Seruni, No. 90L (bersama neneknya)

Pendidikan terakhir: SMKN 10000 Jakarta

Hobi: Membaca novel, membuat kue dan merawat tanaman

Cita-cita: Pebisnis kue

Prestasi: Memenangkan lomba baca puisi tingkat nasional

Ibu: Sandra (Nama asli: Guti)

Pekerjaan Ibu: PSK sejak usia 18 tahun

Usia: 34 tahun (sudah meninggal)

Kasus meninggal: Pembunuhan 

Ayah: -

Data ayah terlihat kosong karena memang Lisa diketahui anak hasil perselingkuhan ibunya yang saat itu menjadi simpanan orang.

Diduga, Lisa anak dari suami orang yang membunuhnya.

Max mengerutkan kening membaca riwayat hidup Lisa. Ia lahir dari rahim pelacur, kemudian tumbuh menjadi gadis baik yang dididik oleh neneknya, itu luar biasa. Padahal dengan tubuh moleknya itu, ia bisa saja mendapatkan banyak royalti untuk hidupnya, misalkan menjadi model. 

Ia tak habis pikir dengan kondisi Lisa, ia masih memikirkan hal itu dan akan mendalaminya lagi. Kini ia melihat kinerja Lisa tak ada masalah, ia bahkan menjadi ibu asi terbaik yang ia punya, tapi ia kesulitan menekan perasaannya terhadap gadis kuliahan itu. 

Gedung-gedung pencakar langit dii balik dinding kaca laintai 34 itu tak menghibur kegundahan hati Max, ia masih menimbang perasaannya dan berusaha mengenyahkan perasaan merah jambu itu pada Lisa. Ia merasa seperti ABG kalau masih hanyut dalam perasaan cinta-cintaan itu. 

 

+++

Sore harinya sekitar jam 17.00 WIB, Max tak tau mengapa ia malah lewat jalan di mana kampus Lisa berada, ia bahkan sampai berputar tiga kali untuk mengamati sekitar. Ada hal yang mengganjal hatinya, ia merasa ada yang salah. 

Ia memantau CCTV, tidak melihat keberadaan Lisa bahkan baby Axel sampai menangis, untunglah Lisa meninggalkan asinya untuk baby Axel. Namun, itu membuat Bi Ijah ikut khawatir, tak biasanya Lisa tak mengabarinya, hingga akhirnya melapor pada Max. 

Tak tahan menunggu di luar gerbang kampus, Max melajukan mobilnya masuk gerbang kampus dan memarkirkan mobilnya di sana. Kampus terkenal di Jakarta yang hanya bisa dimasuki oleh orang kaya atau orang pintar, Max yakin Lisa ada di kategori kedua, karena beasiswa prestasi. 

"Bener kan kampus ini ...." gumamnya.

Setelah itu, ia keluar mobil dan mengamati kampus yang sudah mulai gelap karena cuacanya juga mendung. Ia menyandarkan tubuhnya yang masih lengkap dengan jasnya, hanya dasinya yang sudah dilepas. Tak biasanya ia menunggu seseorang seperti ini, hingga ia bosan dan mengeluarkan rokoknya. 

Melihat kondisi kampus yang mulai dinyalakan lampu tamannya, tanda hari sudah gelap, Max jadi semakin khawatir, apakah Lisa sudah pulang dan mampir ke suatu tempat. Kakinya melangkah ke dalam dan mulai menyusuri koridor sambil merokok, ada seorang Satpam yang lewat dan menegurnya.

"Eh, Masnya ngapain di sini?" tanya satpam yang sedang patroli itu.

Max meliriknya dengan sikap angkuhnya, ia mengepulkan asap dari hidungnya dan menjawab santai.

"Saya mau jemput mahasiswi di sini, Bapak tau yang namanya Lisa?"

Satpam itu mengeryit, ia mengingat-ingat sosok yang bernama Lisa yang ia kenal, "Dia cantik dan pake hijab, kan Mas?"

Max mengangguk, tak heran kecantikan Lisa membuatnya terkenal. 

"Saya gak liat sih ...." jawab Satpam itu membuat Max menghela napas kasar. 

"Ya udah saya cari dulu."

"Mau saya temenin, Pak?" 

"Gak usah!"

Namun, belum sempat Max berjalan lagi, ia mendengar suara teriakan. 

"Toloooooong!"

Ternyata tak hanya Max yang dengar, tapi Satpam juga mendengarnya, mereka berdua kaget dan spontan mencari sumber suara. Satu hal yang diketahui Max, itu suara Lisa, gadis polos itu. 

Max berlari sekuat tenaga, jantungnya berdetak dengan kecepatan yang over, tapi ia tak memepermasalahkan itu dan berlari diikuti Satpam yang membawa senter dan menerangi koridor dengan sembarangan.

"Lisa!!!" teriak Max mencoba memberri petunjuk agar Lisa mendengarnya.

"Aaaaaaaa!" Teriakan itu terdengar lagi, semakin dekat suaranya.

Max lantas mengikuti arah suara dan masih diikuti Satpam yang sebenarnya merasa takut apa yang terjadi di dalam ruangan yang paling jarang dikunjungi itu, itu seperti suara hantu yangs ering menjadi cerita horor kampus mereka.

"Lisa!" panggil Max terus berlari. 

Hingga tak lama teriakan demi teriakan menyuusul, Max yakin satu ruangan yang tertutup dengan cahaya kuning dari dalam itu adalah asal suara berada. Ia menoleh ke arah Satpam dan meminta Satpam memanggil siapapun yang bertanggungjawab di kampus. 

Satpam tersebut langsung melaksanakan tugasnya, sementara Max langsung mendobrak pintu tersebut dengan kekuatannya yang ia bangun dengan rutin gym tiap pagi.

Bunyi pintu terbuka kasar pun terdengar dan membuat semua yang ada di ruangan itu mendelik kaget, begitupun dengan Max yang shock melihat apa yang ada di depan matanya sekarang.

"Lisa!!!"

Blue Rose

Aduh, kira-kira Lisa kenapa, ya? Jangan lupa komentar dan vote, ya teman-teman. Terima kasih sudah membaca buku ini. Ikuti terus sampai akhir, ya

| 99+
Komen (576)
goodnovel comment avatar
Niken Rafa
bgus ceritanya tp gk bs buka bab berikutnya
goodnovel comment avatar
Syahrastani UNP
lumayan untuk mengisi waktu luang
goodnovel comment avatar
Dita Wahyu
novel nya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status