Share

17. Gak Beres

Penulis: Blue Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-12 16:33:52
Arka masih ingat dengan kedatangan mantan istrinya waktu itu, ketika ia menyeretnya masuk ke ruangannya. Manta istri yang tak tau diri itu malah minta bagian harta. Padahal ia sudah memberikannya.

Tentu saja ia menang secara hukum, jadi ia tak akan memberikan harta itu padanya. Akan tetapi mantan istrinya tidak berhenti di sana. Ia malah memposting gosip tentangnya.

"Sialan!" gumamnya kesal.

Namun saat ia mulai tenang, ia baru mengingat sesuatu. Ia jadi badmood pagi ini memikirkan masalah mantan istrinya, sampai bersikap dingin pada Rindu pagi tadi. Alhasil ia kepikiran, padahal pekerjaannya sangat banyak.

Emil sekretarisnya yang melihat Arka seperti gelisah, kemudian bertanya.

"Kenapa, Pak? Ada yang mengganggu?" tanyanya.

Arka langsung menoleh pada Emil, kemudian menggeleng. Emil tak perlu tau. Namun ia baru ingat kalau sekretarisnya itu playboy, alias orang yang suka berkencan dengan banyak wanita. Pasti ia memiliki banyak pengalaman.

"Mil!" panggil Arka.

Emil
Blue Rose

Terima kasih udah baca(⁠✷⁠‿⁠✷⁠) jangan lupa tambahin di perpustakaan. Dan kalau berkenan, boleh kasih rating dan ulasan hehe

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   84. Rindu Berdandan Cantik untuk Siapa?

    "Makin mesra aja tuh pasangan bahagia, bikin iri terus!" ujar salah satu pengunjung. "Iya ih! Aku pingin banget jadi Nadya." "Betul sih, Arka tuh... duda berkualitas." "Mana anaknya lucu banget lagi." "Pantes sih kalo sama Nadya, sama-sama berkualitas. Daripada sama Tantenya yang keliatan kampungan itu," lanjut yang lain. Obrolan itu terdengar jelas di telinga Arka. Ingin sekali membalas ucapan mereka, tapi tak ada gunanya.Kini ia hanya harus menyelesaikan sandiwara ini sebelum menyelesaikan yang lainnya. Arka tau, diam-diam Nadya menjadikan kebersamaan mereka sebagai konten. Sudah beberapa kali ia menegur, tapi jiwa show off Nadya tentu tidak bisa dibungkam. Orang yang biasa menjadikan kegiatan sehari-hari sebagai konten, tidak akan berhenti melakukannya hanya karena ada yang menegurnya. Nadya juga tipe anak kesayangan keluarga. Posisi Nadya cukup kuat apalagi dalam kerjasama ini. Meski ia mungkin hanya akan kesulitan beberapa bulan saat proyek itu gagal, tentu akan sulit un

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   83. Menggatal

    Keesokan paginya, mereka berdua tampil seolah tak terjadi apa-apa. Arka mengenakan setelan abu-abu muda dengan dasi hitam. Wajahnya tenang, profesional, tidak ada yang tau apa yang ia rasakan sebenarnta. Nadya berdiri di sisinya, menebar senyum ramah ke semua orang di ruang rapat. Presentasi yang memakam waktu sekitar dua jam, akhirnya berjalan sempurna. Arka bicara lugas, Nadya menambahkan beberapa poin dengan suara lembutnya. Para klien tampak puas, bahkan beberapa di antaranya memuji “kecocokan” mereka sebagai tim. Saat makan siang di restoran hotel, Nadya duduk di sebelah Arka, tapi jaraknya terlalu dekat. “Kak Arka, cobain ini deh. Dagingnya empuk banget,” katanya sambil menyodorkan garpu. “Udah, Nad. Aku udah kenyang.” “Ah, masa sih? Nih, dikit aja…” Ia mencoba menyuapinya, dan Arka menatap tajam. Nadya pun hanya tertawa kecil, mencoba menutupi kegugupannya. “Ya ampun, aku bercanda kok, Kak. Serius amat dari tadi," katanya pelan. Yang lain ikut tertawa sopan, me

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   82. Nadya yang Begitu Cantik

    "Pak, ada Nona Nadya," ucap Sekretaris Arka dari pintu. Arka mengangguk, tanda mengizinkan Nadya masuk ke dalam. "Kamu tau kan aku mau bahas apa?" tanya Nadya. "Kamu udah bilang di WA, masih ke sini lagi. Aku kan udah jawab, iya nanti aku suruh Dian yang mewakili. Dia lebih ahli dalam bidang ini." "Tapi kan client maunya kamu yang nanganin langsung." Arka menatap Nadya dengan tatapan seperti laser yang siap melubangi besi di sekitarnya. Hal itu membuat Nadya agak merinding, tapi ia pantang mundur. "Memangnya kerjaanku cuma itu doang? Yang kerjasama sama aku gak cuma kamu Nadya, mengertilah." Nadya cemberut, tidak suka dengan keputusan Arka. Sayangnya, Nadya mengadu pada sang ayah dan entah bagaimana Arka hanya bisa menurut. Padahal jika kerjasama dibatalkan, ia juga tak aan rugi kok. Arka dan Nadya akhirnya berangkat untuk perjalanan bisnis ke Bangkok-Thailand. ••• Tiga hari perjalanan bisnis seharusnya tak terasa lama bagi Arka. Ia sudah terbiasa dengan ritme kerja c

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   81. Ratna Tidak Sekejam Itu

    Rindu merasa lega, karena Ratna bisa memberinya sedikit waktu untuk melepaskan Arka perlahan.Sore itu, mereka bertiga duduk di ruang tamu. Luna tidur di box-nya, suasana cukup tenang. Rindu dan Ratna sedang mencatat daftar kebutuhan bulanan. “Rin, bulan depan Luna udah dua belas bulan, ya?” tanya Ratna sambil menghitung di kalender. Rindu mengangguk. “Iya, Mbak. Aku kepikiran, gimana kalau kita adain syukuran kecil aja kayak biasanya?” Ratna tersenyum. “Boleh juga. Kayak tiap bulan, ya. Kita undang beberapa tetangga aja.” “Iya. Mungkin bikin nasi tumpeng kecil, terus kue buat Luna.” “Boleh, nanti aku bantu belanja bahan. Tapi…” Ratna berhenti sebentar, matanya melirik ke arah jam. “Arka kok belum pulang, ya?” Rindu ikut menatap jam, sudah lewat magrib. Biasanya Arka sudah pulang sebelum jam segitu. “Mungkin lembur?” katanya mencoba terdengar santai. Ratna menggeleng. “Kayaknya bukan lembur. Tadi dia bilang ada meeting bareng Nadya.” Nama itu membuat dada Rindu terasa aneh. Ia

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   80. Berlindung pada Ratna

    “Bagaimanapun juga, yang salah di sini itu Arka.” Suara berat pria paruh baya itu terdengar memenuhi ruang tamu yang tiba-tiba sunyi. Semua mata terarah padanya—suami Ratna, ayah Arka, yang selama ini lebih banyak diam dan membiarkan istrinya menangani konflik rumah tangga. Tapi kali ini, ia ikut bersuara. “Rindu di sini bukan karena apa-apa. Dia gak salah. Yang keliru itu Arka, karena sudah kurang ajar, suka sama Tantenya sendiri,” lanjutnya tegas. Tatapannya menusuk ke arah Arka yang duduk di sofa, bahunya sedikit turun, mata sembab tapi masih menatap lurus ke depan. “Dan karena Arka yang memulai semua ini,” tambah sang ayah, “maka Arka juga yang harus bertanggung jawab atas semuanya.” Ucapan itu membuat suasana semakin berat. Rindu menunduk, kedua tangannya saling meremas di pangkuan. Ia merasa ingin membantah, tapi sungkan. Bagaimanapun, pria itu adalah suami kakaknya. Orang yang ia hormati sejak dulu. “Pah,” ucap Ratna pelan, mencoba membantah. “Aku juga udah bilang, p

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   79. Anak Setan

    “Arka--” "Cukup, Arka!" Kali ini Rindu yang membentak Arka, sehingga Arka tak berani melawan lagi. "Aku kesulitan karenamu! Tujuanku cuma buat Luna, tapi kamu malah memupuk perasaan padaku." Arka menatap Rindu dengan napas yang memburu. Ia memang salah karena tidak memperhatikan norma dalam silsilah, tapi bukan itu yang membuat ia kesal. Rindu juga memiliki perasaan padanya, tapi kenapa ia menolak. "Kalau kamu begini terus, aku yang kesulitan Arka. Di dunia ini, perempuan akan punya posisi yang selalu disalahkan lebih dulu! Kalau orang lain tau, aku juga yang akan dituduh merayumu, genit sama kamu, atau julukan yang lebih buruk lagi. Apalagi statusku sebagai Janda!" "Aku juga, Duda kok!" Rindu, Ratna, suami Ratna, bahkan Bi Siti shock mendengar ucapan Arka yang terkesan 'asbun' alias asal bunyi itu. Maksudnya di situasi seperti ini, mengapa kata itu yang keluar. "Bukan itu intinya, Anak Setan! Aku yang akan dirugikan." Kali ini Rindu benar-benar mengumpat, yang bahkan memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status