Home / Romansa / Ibu Susu Anak Keponakanku / 7. Saya Pengasuhnya

Share

7. Saya Pengasuhnya

Author: Blue Rose
last update Last Updated: 2025-08-17 21:54:14

Malamnya, saat Rindu sedang menyiapkan susu tambahan untuk Luna, listrik mendadak padam.

Luna menangis kencang karena rumah gelap gulita. Arka segera menyalakan senter dari ponselnya dan mendekat.

“Biar aku pegang, Tante siapkan susunya.”

Dalam cahaya redup itu, Rindu dan Arka berdiri berdekatan di dapur. Luna ada di pelukan Arka, sementara Rindu meraba-raba botol susu.

Dari luar, jika ada yang melihat lewat jendela, pemandangannya pasti seperti keluarga muda yang saling bahu-membahu di tengah situasi darurat.

Rindu agak gelisah ketika Arka semakin mendekat hingga ia bisa merasakan suhu tubuh yang terasa hangat.

Karena tidak fokus, Rindu tidak sengaja menyenggol botol susu panas hingga jatuh dan mengenai tangannya.

“Akh!” Rindu memekik terkejut.

Arka juga tersentak. Ia langsung menarik tangan Rindu dan membawanya ke wastafel.

Air yang mengalir dari keran membasahi tangan Rindu yang memerah terkena susu panas.

“Shh…” Wanita itu meringis.

“Sakit?” tanya Arka, sambil tetap menggenggam pergelangan tangan Rindu agar diguyur air dingin.

Rindu menggeleng, lalu berusaha menarik tangannya. “Nggak apa-apa,” katanya.

Tapi Arka tidak melepasnya begitu saja.

Begitu listrik menyala kembali, Arka segera naik ke lantai dua. Sementara Rindu berusaha membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Tak lama, Arka kembali dengan kotak P3K, sementara Luna tak lagi berada di gendongannya.

“Biarin aja, Tan. Nanti aku yang beresin,” kata pria itu.

Namun, Rindu tidak beranjak. “Tapi ini—”

“Sini,” Arka lebih dulu menyela dan menarik tangan Rindu yang satunya dengan lembut, lalu membawanya duduk di kitchen island.

Tanpa banyak bicara, Arka mengoleskan salep luka bakar pada permukaan kulit Rindu yang memerah dengan hati-hati.

Rindu sesekali berjengit, tapi ia berusaha agar tidak meringis.

Arka menunduk dan meniup-niup tangan Rindu dengan pelan. Hal itu membuat tubuh Rindu seketika menegang. Tubuhnya kaku. Rindu benar-benar tidak menyangka Arka tampak begitu santai, seolah apa yang ia lakukan hanya hal biasa.

Jantung Rindu semakin berdegup kencang ketika Arka mengangkat pandangannya dan tersenyum kecil. “Udah,” katanya. “Semoga sakitnya berkurang.”

Rindu menarik tangannya dengan kikuk, lalu menatap ke arah lain. Ia tidak tahu apakah Arka menyadari wajahnya yang pasti sudah memerah.

Pria itu lantas berdiri, kembali ke dapur dan membereskan semuanya tanpa mengeluh.

Rindu menatapnya dengan perasaan tak menentu.

Ini… salah, kan? Tidak seharusnya Rindu merasakan hal ini, bukan?

Sungguh, Rindu tidak ingin orang-orang menyalahartikan hubungannya dengan Arka.

Tapi, kalau pria itu sendiri bersikap tidak acuh dan justru memperlakukan dirinya dengan sangat lembut… apa yang harus ia lakukan?

**

Keesokan harinya, telepon dari ibunya kembali masuk. Kali ini, ibunya terdengar lebih serius dan tegang.

“Rin, kamu beneran nggak apa-apa? Ibu dengar… ada yang ngomong kamu ini istri kedua Arka. Ibu tahu itu nggak benar, tapi Ibu khawatir.”

Rindu berusaha tenang. “Ibu… aku nggak apa-apa. Orang ngomong apa, biarkan aja. Yang penting aku tahu batas.”

Ia lalu menggigit bibir. Semua perhatian Arka berkelebat dalam benaknya, membuat Rindu meringis dalam hati.

Tahu batas apanya?

“Apa Arka nggak keberatan kamu digosipin?”

Rindu tidak langsung menjawab. Dia belum membicarakan hal ini dengan Arka.

“Aku… nggak tahu, Bu,” sahut Rindu kemudian. “Tapi dia terlihat tenang. Jadi mungkin semuanya akan baik-baik saja.”

Hening sebentar, lalu ibunya berkata, “Ya sudah, Ibu cuma pesan satu, jangan sampai kebaikan kamu disalahpahami.”

Rindu tersenyum, meski matanya terasa panas. “Iya, Bu.”

Setelah memutus panggilan, Rindu menghela napas panjang.

Bagaimanapun, ia tidak bisa mundur lagi. Kontrak itu akan tetap berjalan selama dua tahun sebagaimana mestinya.

Berbekal tekad itu, Rindu berusaha menjalani rutinitas seperti biasa. Meski ada rasa waspada yang mulai tumbuh di hatinya.

Setiap kali keluar rumah bersama Arka, ia bisa merasakan tatapan yang mengikuti.

Dan masih ada ibu-ibu yang jahil dan bertanya padanya tentang hubungan mereka.

"Eh Mas Duda dan Mbak Rindu... kalian berdua serasi banget. Udah sah ya ... jadi suami istri?" tanya salah satu ibu-ibu itu.

Rindu pun menoleh pada Arka yang terlihat sangat cuek. Hal itu membuat Rindu makin tidak nyaman, tapi ia juga tidak bisa membiarkan semua ini berlalu begitu saja seperti bagaimana Arka menanggapinya.

Maka ia pun menjawab, "Bukan, Bu. Saya pengasuhnya."

Arka terlihat terkejut, tapi ketika ia akan mengatakan sesuatu, Rindu sudah pergi terlebih dahulu tanpa pamit. Ia terlihat kesal sekali.

"Saya pamit dulu ya, Bu."

Arka pun mengejar Rindu, ia tak bisa membiarkan Ridnu tertekan sebegitu jauh. “Tunggu, Tan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   Epilog

    Benar saja, Rindu akhirnya kelelahan dan tak bisa diganggu seharian gara-gara Arka menguasainya di dalam kamar. Yang tau-tau saja mereka melakukan apa. Intinya, Bi Siti dan yang lain dibebaskan berkeliling, sekaligus membawa Baby Luna agar tak mengganggu mereka. Saat Rindu terbangun, waktu sudah gelap dan Arka sedang main gitar di balkon. Ia duduk di kursi rotan, menatap ke arah laut sambil bersenandung dengan santai. Wajahnya tampak selalu tersenyum, seolah tiada masalah dalam hidupnya. "Arka..."Arka langsung menoleh melihat bidadarinya yang baru keluar kamar. Arka langsung mengulurkan tangan dengan senyum terbaiknya. "Sini Sayang, capek ya?"Rindu pun menerima uluran tangan itu dan duduk di samping suaminya, dan bersandar di pundaknya. "Capek banget sampe susah jalan, kamu tuh energinya gak habis-habis!" protes Rindu. Seperti biasa, Arka hanya cengegesan saat ditegur. Lalu ia meletakkan gitarnya dan mengangkat istrinya ke pangkuannya. Rindu agak kaget, tapi tak kaget dengan ke

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   Extra Part 5

    Buk! Rindu meninju lengan bisep suaminya. Bukannya kesakitan, Arka malah terkekeh. "Masa kiss doang gak mau sih?" tanya Arka sok sedih. Meliat ekspresi itu Rindu langsung bimbang. Ia terperdaya oleh tipu daya Arka yang dahsyat itu. "Minimal cium pipi kek," lanjut Arka. Ia menyodorkan pipinya agar Rindu lebih mudah menjangkaunya--dengan bibirnya. Rindu memikirkannya, mungkin tidak apa-apa cium pipi. Namun saat ia maju, memejamkan mata, dan ingin mencium pipi suaminya itu. Arka malah menoleh sehingga bibir mereka saling bersentuhan. Rindu kaget dan langsung menjauh, tapi sayang Arka lebih cepat mencegahnya. Arka berhasil memperdalam ciuman mereka, sampai tak terasa Rindu sudah berbaring dengan dirinya di atasnya. "Arka..." Rindu terlihat gugup, tapi ia tidak mendorong Arka atau menunjukkan penolakan. Arka tau ini sangat tiba-tiba. Saat ia akan mendekat, Rindu terlihat memejamkan mata. Entah tak siap, atau sedang gugup untuk menerima ciuman Arka. Namun melihat Ri

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   Ekstra Part 4

    Dini hari, acara resepsi baru selesai. Musik lembut mengalun dari pengeras suara. Para tamu mulai pulang satu per satu, dan udara desa terasa tenang lagi. Rindu duduk di teras, masih mengenakan kebayanya yang kini sedikit kusut. Angin malam mengelus lembut wajahnya, membawa aroma bunga kenanga dari halaman. Dari dalam rumah, Arka muncul sambil membawa dua gelas jahe hangat. Ia menyerahkan satu kepadanya. “Untuk istri tercantik di dunia,” katanya pelan. Rindu tertawa kecil, menatapnya. “Jadi mau udah jadi Suamiku?" “Iya dong,” balas Arka sambil duduk di sebelahnya. "Coba panggil suamiku." "Suamiku?" "Kurang mesra," protes Arka. "Suamiku~~" Arka langsung memegang dadanya sambil menunduk. Rindu langsung khawatir, ia memagang wajah Arka agar menghadapnya. Namun bukannya kesakitan yang ia lihat dalam ekspresinya, Arka justru tertawa. "Hahaha!" Rindu pun menabok lengan bisep sang suami. "Dih boongan!" "Sorry, tapi beneran kok. Dadaku rasanya pingin meledak!" "K

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   Extra Part 3

    Nama Arka kembali mencuat dengan skandal yang beredar. Rindu sampai ragu untuk meneruskan acara pernikahan mereka, "Cinta Lama Belum Usai?" "Hubungan Arka dan Nadya Kembali Dipertanyakan." Foto-foto lama mereka diposting ulang, disandingkan dengan potongan gambar yang diedit tak bertanggung jawab. Tagar baru bermunculan, komentar publik pun terbelah antara yang membela dan yang mencaci. Rindu membaca semuanya dengan tangan bergetar. Bukan karena ia percaya, tapi karena hatinya merasa khawatir. Ia tahu betul siapa Arka, tapi melihat namanya kembali dihujat, membuat hatinya ikut perih. Pagi itu ia duduk di ruang tamu rumahnya, ponsel di pangkuan, matanya kosong menatap lantai. Ibunya datang membawa teh hangat. “Nak, jangan dibaca lagi beritanya. Sudahlah, nanti juga reda.” Rindu mengangguk, tapi suaranya nyaris tak keluar. “Tapi, Bu… kenapa harus selalu muncul pas waktunya udah dekat kayak gini?” Ibu menatap putrinya pelan. “Mungkin karena bahagiamu besar, jadi ada aja ya

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   Extra Part 2

    Meski mungkin ada kejutan lain yang menunggu, Arka secara sadar siap menghadapinya. Ia yakin sendiri pun ia bisa, tapi keberadaan Rindu akan melengkapinya. "Sayang... kangen," gumam Arka ketika ia melakukan video call dengan Rindu. Rindu hanya tersenyum melihat bayi besarnya itu. "Bukannya nanyain anak malah tiba-tiba bilang kangen. Sapa dulu nih Luna," balas Rindu. Arka hanya tersenyum lelah. Meski lelah, ia tetap menyapa putrinya yang duduk dan menatapnya. "Bilang halo ke Papa, Sayang," ajak Rindu. Baby Luna terlihat memproses, lalu berkata. "Papa!" "Bilang halo, gitu!" "Hayo..." "Halo, Papa!" "Hayo Papa!" Arka terkekeh melihat putrinya yang tampak berkembang dengan penuh kebahagiaan. Rasanya ia ingin menangis saking bahagianya. "Halo juga sayangnya Papa, udah mimi susu hari ini?" sapa Arka. "Udah gitu..." tuntun Rindu. "Udhah, udhah?" tiru Baby Luna seolah bertanya. Bayi cantik itu langsung membuat Rindu gemas dan langsung memeluknya dan menciumny

  • Ibu Susu Anak Keponakanku   Extra Part 1

    “Yang aku sesali cuma satu, kenapa aku nggak jujur dari awal, kalau hatiku bukan buat kamu. Aku gak akan bisa mencintai orang lain selain Rindu, sejak awal." Nadya terdiam. Mata yang selalu penuh percaya diri kini hanya menyimpan sisa-sisa rasa marah dan kecewa. Tangannya mengepal di atas meja, tapi suaranya pelan ketika akhirnya bicara. “Dan sekarang?” “Sekarang,” jawab Arka dengan nada tegas namun tenang, “aku nggak akan membohongi siapapun lagi.” Keheningan menggantung di antara mereka. Café itu terasa terlalu sunyi untuk dua hati yang sedang bersitegang. Nadya menatap Arka dalam, seolah masih mencari celah untuk masuk ke hati yang selalu ia harapkan. Tapi yang ia temukan hanya dinding kokoh, bukan lagi pria yang mudah ia dekati. Arka ternyata selalu memasang dinding itu, hanya kelihatan mudah didekati tapi tak mudah dimasuki. Dan sekarang semuanya terlambat, hati itu sepenuhnya adalah milik Rindu seorang. “Kalau gitu…” Nadya berbisik dengan nada getir, “ini belum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status