Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 158 : Di Dalam Kamar Mandi

Share

Bab 158 : Di Dalam Kamar Mandi

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-05-24 09:00:17

“Yasmin, kenapa kamu ada di sini?” Kezia menatap heran pada menantunya yang sepagi ini sedang duduk di sky garden sambil memperhatikan Boy dan Cleo yang berlari mengelilingi kotak kaca berisi kupu-kupu berwarna-warni.

“Barra di mana?” tanya Kezia lagi, dengan mata yang memindai area sekitar menantunya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan putra sulungnya itu. Peka terhadap situasi, Kezia pun menarik napas panjang.

Yasmin menjawab singkat saja, “Di kamar.”

Tanpa banyak bicara, wanita paruh baya itu lantas duduk di samping menantunya, menggenggam erat tangan Yasmin.

“Mami senang punya menantu sebaik kamu. Boy dan Cleo juga. Mami harap kamu dan Barra baik-baik saja.”

Yasmin menoleh sejenak dan tersenyum simpul. “Makasih doanya, Mi.”

“Harusnya kamu istirahat saja di kamar. Besok masuk kuliah ‘kan? Oh iya, kamu pakai KB?” tanya Kezia agak berbisik menjelang ak

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 159 : Cemburu

    Sinar matahari menyelinap dari balik tirai saat Barra membuka mata lebih dulu. Dia bangkit perlahan, memastikan Yasmin tidak terlambat ke kampus. Suara air mengalir mengiringi pagi itu. Air hangat beraroma terapi yang dia siapkan khusus untuk sang istri, seperti malam sebelumnya.Setelah bersiap, mereka menyempatkan diri sarapan di sebuah café kecil di sekitar universitas. Alunan musik romantis mengalun pelan, membalut suasana dengan kehangatan yang rapuh.Sebelum berpisah, Yasmin mengecup punggung tangan Barra. Bukan karena hatinya luluh, lebih pada rasa hormat dari status barunya yang sulit ditepis. Meskipun, dadanya masih sesak oleh amarah yang belum padam.Saat hendak melangkah, pandangan Yasmin tertumbuk pada jempol kaki Barra yang tampak membengkak. Tidak heran suaminya hanya memakai sandal, bukan sepatu seperti biasa.“Kaki Mas kenapa?” tanyanya dengan dahi berkerut.Barra reflek menarik kakinya, lalu terkeke

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 158 : Di Dalam Kamar Mandi

    “Yasmin, kenapa kamu ada di sini?” Kezia menatap heran pada menantunya yang sepagi ini sedang duduk di sky garden sambil memperhatikan Boy dan Cleo yang berlari mengelilingi kotak kaca berisi kupu-kupu berwarna-warni.“Barra di mana?” tanya Kezia lagi, dengan mata yang memindai area sekitar menantunya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan putra sulungnya itu. Peka terhadap situasi, Kezia pun menarik napas panjang.Yasmin menjawab singkat saja, “Di kamar.”Tanpa banyak bicara, wanita paruh baya itu lantas duduk di samping menantunya, menggenggam erat tangan Yasmin.“Mami senang punya menantu sebaik kamu. Boy dan Cleo juga. Mami harap kamu dan Barra baik-baik saja.”Yasmin menoleh sejenak dan tersenyum simpul. “Makasih doanya, Mi.”“Harusnya kamu istirahat saja di kamar. Besok masuk kuliah ‘kan? Oh iya, kamu pakai KB?” tanya Kezia agak berbisik menjelang ak

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 157 : Memelukmu Dengan Erat

    “Yasmin, jangan tidur memunggungiku!” protes Barra yang melihat istri mungilnya berbaring menghadap dinding kaca. Bahkan tubuh itu berada tepat di tepi ranjang seolah takut disentuh oleh pria sepertinya. Setelah makan malam bersama yang sebenarnya juga terasa seperti masing-masing, sebab Yasmin lebih dulu menghabiskan makanannya dibanding Barra. Wanita itu harus menunggu dalam diam sampai sang suami selesai makan. Mereka pun kembali ke kamar dan berjalan bergandengan tangan, seolah tidak terjadi apa-apa. Yasmin menurut, tentu hanya akting saja. Sesampainya di kamar, Yasmin segera menggosok gigi, mencuci muka, lalu bergelung di bawah selimut. Kali ini dia mengabaikan Barra. Entah mengapa hatinya begitu menggebu untuk membalas pria itu. Dia juga manusia yang punya perasaan dan bisa marah, masuk akal, bukan? “Yasmin?” panggil Barra lagi, “Sayang?” Yasmin memelankan napasnya dan matanya tetap ditutup rapat. Bohong kalau dia tidak tersentuh dengan panggilan ‘Sayang’ itu. Namun, lebih

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 156 : Berlagak Baik

    Malam ini Yasmin menebalkan kulit wajahnya kalau-kalau dia bertemu sanak saudara Barra yang lain. Pesta sudah usai selepas jamuan makan malam bersama di ballroom. Sungguh, dia berharap tidak berpapasan dengan salah satu tamu.Mau ditaruh di mana wajahnya jika mereka sampai tahu pengantin wanita berkeliaran seorang diri di malam pertamanya?Sambil terus meremas kain merah muda kardigannya, setiap kali pintu lift terbuka membuat Yasmin menegang. Bahkan dia tidak bisa menghubungi Barra, sebab telepon genggam pria itu entah sengaja atau tidak, ditinggal di atas koper.Jujur, hatinya terasa pedih mengingat momen yang seharusnya manis menjadi pilu. Yasmin menggeleng, mencoba mengempas kesedihan itu. Dia berharap Barra sedang menunggunya di restoran.Belum juga sehari menjadi istri, ujian pernikahan sudah menghampirinya. Dia menelan ludah dan berulang kali mengembuskan napas untuk menghilangkan sesak dalam rongga dadanya.Ketika pintu lift b

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 155 : Malam Pertama Kita

    Pintu kamar terbuka perlahan setelah Barra menempelkan kartu pada sensor. Pria ini sangat kuat dan tidak goyah, meskipun sedang menggendong Yasmin. Dia bahkan masih berdiri tegak ketika melangkah masuk membawa pengantinnya.Begitu memasuki kamar, harum bunga mawar segar menyeruak, menyatu dengan aroma terapi lembut yang mengisi seluruh ruangan. Yasmin menelan ludah saat melihat ranjang berseprai putih ditaburi kelopak mawar merah, dengan sebuket mawar putih diletakkan begitu manis di atasnya.Mata wanita itu tak berkedip menatap semua itu.‘Ini ... semua untukku?’ batinnya berbisik dengan dada yang membuncah.Yasmin terpaku. Perhatiannya benar-benar teralih karena semua ini benar-benar dipersiapkan dengan matang oleh … suaminya. Dia tidak pernah menyangka, pria yang selama ini terlihat dingin bisa melakukan hal semanis dan seindah ini.“Yasmin,” bisik Barra, lalu mengecup daun telinga istrinya lembut.Sentuhan itu membuat tubuh Yasmin meremang dan jantungnya berdegup luar biasa.Sadar

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 154 : Menahannya Sejak Lama

    “Sabar, Bro. Yasmin juga masih dirias, biar makin cantik,” goda Dariel, geleng-geleng melihat betapa tidak bisa diamnya seorang Barra Armend.“Acaranya masih 30 menit lagi. Santai. Rileks, Bro,” tambah Stefan, menyampirkan satu tangan di bahu Barra.Semua dukungan dari sahabatnya itu hanya melintas bagai angin lalu bagi Barra. Sejak semalam, dia bahkan tidak bisa memejamkan mata. Rasa cemas, antusias, dan haru bercampur jadi satu tiap kali membayangkan Yasmin.Apakah perempuan itu juga merasakan degup jantung yang sama?Sejak kemarin, begitu tiba di RB Hotel, Barra dan Yasmin langsung dipisahkan oleh Kezia dan Leo. Bahkan, ponsel Yasmin disita dengan dalih menjaga suasana sakral menjelang akad. Barra baru tahu soal ini dari Stefan. Pantas saja saat dia mengirim pesan semalam untuk mengajak bertemu diam-diam, tidak ada balasan.“Tingkahmu kayak bujang baru nikah,” ejek Dariel, memutar bola mata malas

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 153 : Rahasia

    “Ini makanan dari mana, Mbok?” Yasmin agak tercengang melihat banyak bungkusan dan kotak berjajar di dapur. Dari logo dan segelnya saja, dia tahu, itu dari toko oleh-oleh dan restoran terkenal di kota ini. Dia pernah makan di sana bersama Barra.Selesai mandi, Yasmin berniat mengajak anak-anak bermain, tetapi dua bayi itu sedang disuapi babysitter. Dia pun enggan menyela, memilih membiarkan mereka selesai makan, lalu berjalan ke dapur.Mbok Inah yang sedang mengupas kulit udang seketika gelagapan dan meringis karena tangannya terkena kepala udang yang tajam.“Ya ampun, Mbok. Yasmin minta maaf, bikin kaget,” ujarnya, lalu segera membantu Mbok Inah membilas lukanya.Dia juga langsung membersihkannya dengan alkohol dan mengobatinya.“Makasih, Nduk. Padahal Mbok bisa sendiri,” tukas wanita senja itu.“Biar Yasmin yang kupasin udangnya, ya. Mbok duduk di sini.” Jari telunjuk ramping wanita itu menunjuk kursi.Setelahnya, Yasmin segera mencuci tangan, lalu melanjutkan mengupas kulit udang.S

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 152 : Beratnya Menahan Diri

    Tiba-tiba saja, Barra meraih jemari Yasmin dan menggenggamnya dengan erat. Keduanya duduk di jok belakang mobil yang disopiri oleh Pak Amir. Setelah selesai memilih pakaian yang pas, mereka memutuskan segera pulang.Yasmin menoleh, meskipun wajahnya masih semerah tomat. Tidak sanggup rasanya menatap ketampanan pria itu sekarang. Namun, dia juga tak ingin terlihat terlalu tegang di hadapannya.“Aku lihat ada Tamara Lee di butik. Kalian sempat ketemu? Dia bilang apa? Cari masalah sama kamu?” tanya Barra dengan nada khawatir.Pria itu yakin, seorang Tamara pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengkonfrontasi Yasmin. Yang paling dia cemaskan, wanita di sampingnya ini terluka—baik secara fisik maupun batin.Sambil tersenyum kecil, Yasmin membalas genggaman tangan Barra. Lewat sentuhan itu, dia seakan ingin berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu diributkan.Memang, dia bisa saja mengadu tentang insiden tadi di butik. Hanya saja untuk apa? Bukankah itu akan menam

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 151 : Mau Makan Kamu

    “Baru jadi simpanan, belagu banget. Laki-laki seperti Mas Barra itu cari istri yang sepadan, bukan perempuan murahan kayak kamu!” sembur Tamara, sudut bibirnya berkedut. Tatapan wanita itu sangat menusuk, seolah Yasmin tidak lebih dari kotoran yang tak pantas menginjak butik ini.Apakah Yasmin kesal? Tentu saja, terlebih, dia punya masa lalu kelam bersama Tamara. Bahkan, bibir merah merona wanita itu dengan lancang menyebut nama Barra menggunakan panggilan ‘Mas’. Panas hatinya, tetapi sebisa mungkin dia menahan diri. Dia tidak mau membuat keributan di sini.Selain memalukan, energinya akan terbuang percuma. Dia tidak punya waktu untuk itu.“Sudah selesai bicaranya, Mbak?” Yasmin justru tersenyum, tanpa ekspresi marah atau benci.Tamara membelalak melihat itu. Rahangnya tampak bergetar, lalu dia melayangkan tangannya, hendak menampar pipi Yasmin.Dengan cepat Yasmin menangkis tangan Tamara. Dia bukan ahli bela diri, tidak juga pernah belajar keahlian semacam itu. Dia hanya wanita biasa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status