Share

Bab 5

last update Last Updated: 2024-10-10 15:45:52

Byur!

Mimpi itu menghilang. Dilara dipaksa bangun karena tubuhnya diguyur dengan seember air!

"Bangun! Kenapa kau tidur begitu pulas? Bayi Tuan David sudah menangis kencang sejak tadi, kau harus segera menyusuinya!" Seorang Suster yang membawa ember di tangannya nampak menatap Dilara dengan tatapan tajam.

Suster yang lain juga terlihat menggendong bayi David yang masih menangis kencang.

Dilara hanya diam--tidak menanggapi ucapan Suster itu. Ia masih merasa bingung, ingatannya masih tertuju pada mimpinya itu.

Apa hubungan dirinya dengan Ara? Apakah ini ingatannya waktu kecil atau hanya bunga tidur semata?

Ceklek!

Tak berselang lama, pintu terbuka dari arah luar, menampakkan sosok David yang memasuki kamar dengan wajah merah padam.

"Lepas semua baju yang menempel padanya, biarkan dia polos tanpa sehelai benang. Anakku sudah sangat kehausan jika harus menunggu dia mengganti bajunya yang basah dulu!" perintah David dengan suara baritone yang tak terbantahkan.

Dilara mengigit bibir bawahnya kala bajunya sekarang ini dilepas paksa oleh dua orang suster.

Bahkan wajahnya memerah, kala David masih saja menatapnya dengan tatapan marah dan juga penuh kebencian.

"Astaga Dilara, ada apa denganmu? Kamu itu harusnya ingat kalau sekarang kau itu bukan lagi nyonya Arman Maulana yang kaya dan menjadi tuan putri disana. Kau harus kembali ke realita hidupmu yang penuh penderitaan," ujar Dilara pada dirinya sendiri dalam hati.

Setelah ibunya meninggal tujuh tahun lalu, hidup Dilara benar benar berubah seperti neraka.

Ia sering mendapatkan siksaan dan dijadikan sebuah mesin pencetak uang oleh ayahnya.

Karena Ibnu begitu merasa kehilangan, saat istrinya meninggal dunia. Jadi ia melampiaskan semuanya dengan menyiksa Dilara, meminum alkohol dan juga berjudi.

Sehingga membuat hutangnya kian hari kian bertambah. Dan Dilara-lah yang harus menanggung semuanya.

Seumur hidupnya, Dilara bisa merasakan sedikit kebahagiaan saat dirinya dipinang oleh Arman. Karena selama pernikahan dan juga kehamilannya, Arman memperlakukan dirinya bagai seorang permaisuri atau seorang ratu.

Suaminya itu selalu menyayangi, memberikan perhatian, bersikap lemah lembut bahkan selalu menuruti apa yang dia inginkan.

Namun, setelah melahirkan. Hidup Dilara sepertinya kembali seperti di neraka.

Bahkan sosok suami yang lembut dan juga penyayang juga ikut lenyap.

Suaminya malah menyakitinya dengan memfitnah dirinya, lebih kejamnya lagi memasukkannya ke dalam penjara saat tubuhnya belum pulih pasca melahirkan.

Apakah sekarang, ia harus disiksa oleh pria yang notabenenya majikannya?

Plak!

Dilara merasakan sakit dan juga panas di bagian pipinya. Kesadarannya kembali.

"Aku adalah kepala pelayan Tuan David. Kenapa kau itu terus melamun? Ayo segera susui bayinya, karena bayi itu sudah sangat haus!"

Dilara pun buru buru menerima bayi yang di sodorkan kepadanya.

Ia sendiri merutuki kebodohannya, segera menyusui bayi yang ada dipangkuannya.

Saat hendak membuka penutup dada, Dilara tersadar bahwa dirinya kini benar-benar sudah tanpa sehelai benang.

Takut situasi akan semakin memburuk, Dilara dengan cepat memasukkan puting susunya ke mulut bayi David agar anak itu diam dan tidak menangis lagi.

"Mengapa mereka semua memandangiku seperti ini? Ini sungguh memalukan."

Bahkan kala tiga orang suster, kepala pelayan, dan David menatapnya penuh perhatian, Dilara merasa semakin direndahkan dan dipermalukan. Reflek, ia pun mengeratkan ke dua pahanya yang tadi sempat membuka.

"Awas, sampai kau membuat anakku menangis lagi karena kehausan. Aku pasti akan memberikan hukuman padamu dengan menyiksamu." Setelah berkata, David dengan wajah dingin membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu.

Dilara menghembuskan nafas kasar, merasa panik sekaligus putus asa.

Untungnya, itu semua akhirnya berlalu juga.

Sekarang ini waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dilara hanya tidur beberapa jam sebelumnya, sekarang ini ia benar benar tidak berani untuk menutup kedua kelopak matanya.

Ia takut kalau sampai ketiduran lagi.

Sedari tadi, dia hanya bisa meratapi nasibnya sembari mengingat ingat hidupnya yang setahun penuh kebahagiaan saat bersama dengan suaminya.

Perubahan Arman yang tiba tiba sungguh menorehkan luka tersendiri di dalam hati Dilara.

Sedari tadi, Dilara berpikir dan merenungi hidup yang dijalaninya selama ini.

"Padahal selama ini aku tidak pernah menjahati orang, tapi kenapa orang orang bersikap jahat padaku," gumam Dilara sedih mengingat selama ini ia selalu melakukan kebaikan dihidupnya.

Tiba-tiba kedua bola mata Dilara nampak membulat sempurna, kala ada dua tangan kekar yang memeluk dirinya dari arah belakang.

"Karena kamu itu selalu memilih orang yang salah. Harusnya sedari dulu kamu itu merespon waktu aku dekati, pasti hidupmu sudah berubah bahagia. Bahkan aku akan selalu menjadikan dirimu sebagai ratuku," bisik seorang pria yang terdengar begitu asing ditelinga Dilara.

Deg!

"Si - siapa Anda?" tanya Dilara dengan nada suara terbata. Ia benar benar merasa ketakutan sekarang ini.

Dilara tidak pernah pacaran, ia hanya dekat dengan Arman. Itupun setelah keduanya bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan.

"Aku adalah pengagum rahasiamu sewaktu SMA, apakah kamu lupa dengan laki laki culun berkacamata yang dulu pernah memberikan lmu sebuah surat?" Pria itu terlihat masih memeluk Dilara, ia bahkan mengeratkan pelukannya untuk Dilara.

Dilara mencoba mengingat-ingat, namun ia tak menemukannya.

"Aku tidak tahu, tolong jaga tingkah laku Anda!" kata Dilara, panik berusaha melepaskan pelukan pria yang memeluknya.

Sayangnya, upayanya sia-sia.

Tangannya terasa seperti dikurung rapat dalam lengan laki-laki itu.

"Aku adalah Etnan, Dilara. Apakah kamu melupakan aku?"

Dilara nampak merenung dan merasa bingung. Ia sama sekali tidak bisa mengingatnya.

"Sudah lama aku mencari keberadaanmu, dan saat menemukanmu ternyata kamu sudah menikah dengan salah satu orang ternama di negeri ini. Namun, sekarang sepertinya setelah melahirkan seorang pewaris, kamu harus berhadapan dengan fitnah dan kebohongan yang mengerikan dari keluarga yang menikahimu. Walaupun wajahmu sekarang ini babak belur, tentu saja aku masih bisa melihat kecantikan yang pernah ada padamu." Pria itu nampak berbicara panjang lebar berusaha mengingatkan akan kepahitan hidupnya.

 Dilara dibuat semakin panik.

Siapa pria ini?

Bagaimana dia tahu begitu banyak tentang Dilara? 

Bersamaan dengan itu, Etnan melepaskan pelukannya.

Asisten David itu membalikkan tubuh Dilara agar keduanya bisa saling berhadapan.

Mata mereka bertemu, hingga kedua bola mata Dilara nampak membulat sempurna. "Bu--bukankah kamu itu asisten pribadi Tuan David ... "

Ucapan Dilara terhenti kala Etnan langsung membungkam bibir manis Dilara, karena terdengar ada suara pintu yang dibuka dari arah luar!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Mafia Kejam   bab 163 TAMAT

    Alfa sudah tahu, tentang kekacauan pesta ulang tahun keponakannya yaitu Dinara bahkan menelan banyak sekali korban. Walaupun beberapa berita sudah tidak meninggalkan jejak, Alfa yang juga memiliki IQ yang tinggi tentu saja dengan mudah membuka kodenya. Didalam mobilnya, Alfa bertanya pada asisten pribadinya. "Apakah penembak jitu dan ninja yang kita sewa sudah standby disana?" "Sudah Tuan, ada 100 penembak jitu dan 200 ninja yang mengepung disana. Bahkan 200 orang kita lagi juga akan datang menyusul," sahut asisten pribadinya. Alfa tersenyum puas. Walaupun dia harus menguras dua pertiga hartanya untuk melakukan penyerangan sekarang ini. Dia sama sekali tidak keberatan, mengingat semua hal yang terjadi sekarang ini akibat ulah putranya. "Aku harus melakukan perhitungan pada Laras!" Tak berselang lama, mobil yang ditumpanginya berhenti di mansion mewah milik David. Bangunan yang sebelumnya terkena bom, sekarang sudah diperbaiki. Laras sedang duduk santai dihal

  • Ibu Susu Bayi Mafia Kejam   bab 162

    "Dinara, kamu tidak perlu malu. Karena bagaimana pun juga kamu adalah pewaris tunggal semua kekayaan milik mamah dan juga ayah," ucap Dilara lembut pada putri semata wayangnya Dinara. "Tapi Mah, aku itu gak suka dandan sama berpakaian lebay seperti ini." kilah Dinara yang notabene memiliki watak tomboy. Berdandan cantik seperti seorang Princess sungguh hal yang Dinara benci. "Dinara kamu itu seorang perempuan. Dan pengumuman ini di lihat oleh banyak orang, apakah kamu ingin membuat ke dua orang tua mu ini malu?" Dilara berusaha keras untuk menasehati putrinya. Wajah Dinara semakin buruk, tapi dia tentu saja tidak bisa menolak keinginan ibunya. "Melihatmu dengan kaos oblong dan juga celana jeans bolong bolong!" tegur Dilara, suaranya terdengar masih begitu lembut. Karena Dilara tahu dan juga hafal watak putrinya. Semakin di kerasi, Dinara malah akan semakin memberontak. Ekspresi wajah Dinara tiba- tiba berubah ceria. "Tapi nanti aku memperkenalkan pacar ku ya, Mah!"

  • Ibu Susu Bayi Mafia Kejam   bab 161

    Dilara merasa bingung memikirkan dampak yang mungkin terjadi setelahnya, namun hati nya yakin bahwa ini langkah yang baik agar Dinara dihormati dan bisa menerima tanggung jawab yang sesuai dengan posisinya yaitu sebagai pewaris tunggal. "Semoga keputusan kita ini tepat, sayang, dan Dinara bisa menjadi pewaris yang baik dan dapat mengendalikan kekayaan keluarga dengan bijaksana," harap Dilara. "Namun, alasan ku bukan itu saja... Saatnya semua orang tahu bahwa Dinara adalah putri keturunan orang berpengaruh di negeri ini. Saatnya mereka tunduk padaku," ujar Dilara dengan yakin, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat. Beberapa hari lalu, saat Dinara sedih. Dilara sudah memikirkan dengan matang, bisa jadi alasannya putrinya sedih karena menindasnya. Walaupun dia tahu, putrinya tomboy dan tidak mudah ditindas. Tapi bukankah hal itu bisa saja terjadi? Dia teringat masa lalunya yang penuh dengan kesusahan dan kehilangan. Ketika ia hidup dalam kemiskinan, tanpa uang dan menjadi bulan-b

  • Ibu Susu Bayi Mafia Kejam   bab 160

    Saat Devan baru pulang dari sekolah, ada seorang pria paru baya yang mengejarnya. Pria paruh baya itu memiliki bekas luka yang sangat mengerikan. Devan tidak bisa mengenali dengan jelas, wajah pria itu. "Apakah kamu mau ikut denganku? Laras dan Etnan bukan kedua orang tua kandungmu!" ujarnya, tapi Devan tidak percaya. Dia malah pergi meninggalkan pria itu seraya mengumpat, "Dasar gila!" Lalu Devan buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Sementara Pria itu hanya bisa memandang punggung Devan yang menjauh. Seorang pria menghampirinya, "Tuan Alfa. Apakah kita perlu memaksanya dengan menunjukkan bebarapa bukti." "Nggak perlu, aku nggak ingin terlalu memaksanya. Laras itu terlalu licik, bahkan dia adalah orang yang menjebak ku dan Keira." "Gara-gara dia, Keira sudah tiada. Bahkan dia juga sengaja menyiksa Devan selama ini!" imbuh Alfa. Pria yang ingin menemui Devan adalah Alfa Moyes, sepupu David. Dari awal Alfa memang berniat untuk jujur tentang Keira yang menga

  • Ibu Susu Bayi Mafia Kejam   bab 159

    Semakin mendapatkan penolakan dari Devan, Dinara malah akan semakin mengejarnya. Sementara itu, didalam kelas. Mara bingung, melihat Devan yang dulu pernah menolak cintanya, tapi tiba-tiba berubah terus menempel padanya. "Devan, apakah kamu ingin membuat Dinara cemburu dengan kedekatan kita?" tanya Mara yang bisa mengerti isi hati Devan. Tapi bisa dekat dengan Devan sebagai sepasang kekasih adalah impiannya, Mara tahu. Hati Devan hanya untuk Dinara. Devan diam. Mara yang tahu kepribadian Devan lebih dari siapapun memilih untuk tidak memaksa. Bahkan dia juga tahu, tentang perilaku keji Laras pada Devan. Sepulang sekolah, Dinara yang sudah selesai mengerjakan ujian terakhirnya menunggu Devan. Dinara bersender pada dinding, wajahnya sangat cantik dan kulitnya seputih salju. Walaupun Dinara memiliki gaya tomboy, tapi hal itu malah menambah kecantikan dalam dirinya. Devan masih bisa merasakan, jantungnya berdegup begitu kencang. Namun, dia yang dari a

  • Ibu Susu Bayi Mafia Kejam   bab 158

    Etnan bingung, melihat istrinya yang tiba-tiba bersikap baik kepada Devan. Bisanya istrinya akan memberikan makanan sisa atau hanya tempe dan sayuran, itu pun hanya diberikan sedikit. Tapi hal yang sekarang ini terjadi sungguh berbeda. Melihat pandangan suaminya, Laras pun bertanya, "kenapa melihatku seperti itu?" Etnan buru-buru menggeleng, tapi sebelum dia bisa melanjutkan ucapannya. Laras berkata lagi, "Bukankah katanya kamu ingin aku baik kepada Devan? Tapi aku baik seperti ini, kenapa kamu malah heran?" Etnan yang tidak mau terus bertengkar didepan Devan memilih mengalah, mengingat hari ini adalah momen yang paling ditunggu oleh anak yang sangat disayanginya itu. Ia memilih diam dan melanjutkan makanan didepannya. Laras memberikan sesuatu pada Devan, "tolong nanti serahkan ini pada pacarmu!" "Boneka?" Tanya Devan memasang ekspresi bingung. "Aku nggak tahu, Mah. Dinara suka atau tidak?" Etnan yang mendengar nama Dinara disebut, sontak merasa tidak asing dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status