Alfa sudah tahu, tentang kekacauan pesta ulang tahun keponakannya yaitu Dinara bahkan menelan banyak sekali korban. Walaupun beberapa berita sudah tidak meninggalkan jejak, Alfa yang juga memiliki IQ yang tinggi tentu saja dengan mudah membuka kodenya. Didalam mobilnya, Alfa bertanya pada asisten pribadinya. "Apakah penembak jitu dan ninja yang kita sewa sudah standby disana?" "Sudah Tuan, ada 100 penembak jitu dan 200 ninja yang mengepung disana. Bahkan 200 orang kita lagi juga akan datang menyusul," sahut asisten pribadinya. Alfa tersenyum puas. Walaupun dia harus menguras dua pertiga hartanya untuk melakukan penyerangan sekarang ini. Dia sama sekali tidak keberatan, mengingat semua hal yang terjadi sekarang ini akibat ulah putranya. "Aku harus melakukan perhitungan pada Laras!" Tak berselang lama, mobil yang ditumpanginya berhenti di mansion mewah milik David. Bangunan yang sebelumnya terkena bom, sekarang sudah diperbaiki. Laras sedang duduk santai dihal
"Dinara, kamu tidak perlu malu. Karena bagaimana pun juga kamu adalah pewaris tunggal semua kekayaan milik mamah dan juga ayah," ucap Dilara lembut pada putri semata wayangnya Dinara. "Tapi Mah, aku itu gak suka dandan sama berpakaian lebay seperti ini." kilah Dinara yang notabene memiliki watak tomboy. Berdandan cantik seperti seorang Princess sungguh hal yang Dinara benci. "Dinara kamu itu seorang perempuan. Dan pengumuman ini di lihat oleh banyak orang, apakah kamu ingin membuat ke dua orang tua mu ini malu?" Dilara berusaha keras untuk menasehati putrinya. Wajah Dinara semakin buruk, tapi dia tentu saja tidak bisa menolak keinginan ibunya. "Melihatmu dengan kaos oblong dan juga celana jeans bolong bolong!" tegur Dilara, suaranya terdengar masih begitu lembut. Karena Dilara tahu dan juga hafal watak putrinya. Semakin di kerasi, Dinara malah akan semakin memberontak. Ekspresi wajah Dinara tiba- tiba berubah ceria. "Tapi nanti aku memperkenalkan pacar ku ya, Mah!"
Dilara merasa bingung memikirkan dampak yang mungkin terjadi setelahnya, namun hati nya yakin bahwa ini langkah yang baik agar Dinara dihormati dan bisa menerima tanggung jawab yang sesuai dengan posisinya yaitu sebagai pewaris tunggal. "Semoga keputusan kita ini tepat, sayang, dan Dinara bisa menjadi pewaris yang baik dan dapat mengendalikan kekayaan keluarga dengan bijaksana," harap Dilara. "Namun, alasan ku bukan itu saja... Saatnya semua orang tahu bahwa Dinara adalah putri keturunan orang berpengaruh di negeri ini. Saatnya mereka tunduk padaku," ujar Dilara dengan yakin, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat. Beberapa hari lalu, saat Dinara sedih. Dilara sudah memikirkan dengan matang, bisa jadi alasannya putrinya sedih karena menindasnya. Walaupun dia tahu, putrinya tomboy dan tidak mudah ditindas. Tapi bukankah hal itu bisa saja terjadi? Dia teringat masa lalunya yang penuh dengan kesusahan dan kehilangan. Ketika ia hidup dalam kemiskinan, tanpa uang dan menjadi bulan-b
Saat Devan baru pulang dari sekolah, ada seorang pria paru baya yang mengejarnya. Pria paruh baya itu memiliki bekas luka yang sangat mengerikan. Devan tidak bisa mengenali dengan jelas, wajah pria itu. "Apakah kamu mau ikut denganku? Laras dan Etnan bukan kedua orang tua kandungmu!" ujarnya, tapi Devan tidak percaya. Dia malah pergi meninggalkan pria itu seraya mengumpat, "Dasar gila!" Lalu Devan buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Sementara Pria itu hanya bisa memandang punggung Devan yang menjauh. Seorang pria menghampirinya, "Tuan Alfa. Apakah kita perlu memaksanya dengan menunjukkan bebarapa bukti." "Nggak perlu, aku nggak ingin terlalu memaksanya. Laras itu terlalu licik, bahkan dia adalah orang yang menjebak ku dan Keira." "Gara-gara dia, Keira sudah tiada. Bahkan dia juga sengaja menyiksa Devan selama ini!" imbuh Alfa. Pria yang ingin menemui Devan adalah Alfa Moyes, sepupu David. Dari awal Alfa memang berniat untuk jujur tentang Keira yang menga
Semakin mendapatkan penolakan dari Devan, Dinara malah akan semakin mengejarnya. Sementara itu, didalam kelas. Mara bingung, melihat Devan yang dulu pernah menolak cintanya, tapi tiba-tiba berubah terus menempel padanya. "Devan, apakah kamu ingin membuat Dinara cemburu dengan kedekatan kita?" tanya Mara yang bisa mengerti isi hati Devan. Tapi bisa dekat dengan Devan sebagai sepasang kekasih adalah impiannya, Mara tahu. Hati Devan hanya untuk Dinara. Devan diam. Mara yang tahu kepribadian Devan lebih dari siapapun memilih untuk tidak memaksa. Bahkan dia juga tahu, tentang perilaku keji Laras pada Devan. Sepulang sekolah, Dinara yang sudah selesai mengerjakan ujian terakhirnya menunggu Devan. Dinara bersender pada dinding, wajahnya sangat cantik dan kulitnya seputih salju. Walaupun Dinara memiliki gaya tomboy, tapi hal itu malah menambah kecantikan dalam dirinya. Devan masih bisa merasakan, jantungnya berdegup begitu kencang. Namun, dia yang dari a
Etnan bingung, melihat istrinya yang tiba-tiba bersikap baik kepada Devan. Bisanya istrinya akan memberikan makanan sisa atau hanya tempe dan sayuran, itu pun hanya diberikan sedikit. Tapi hal yang sekarang ini terjadi sungguh berbeda. Melihat pandangan suaminya, Laras pun bertanya, "kenapa melihatku seperti itu?" Etnan buru-buru menggeleng, tapi sebelum dia bisa melanjutkan ucapannya. Laras berkata lagi, "Bukankah katanya kamu ingin aku baik kepada Devan? Tapi aku baik seperti ini, kenapa kamu malah heran?" Etnan yang tidak mau terus bertengkar didepan Devan memilih mengalah, mengingat hari ini adalah momen yang paling ditunggu oleh anak yang sangat disayanginya itu. Ia memilih diam dan melanjutkan makanan didepannya. Laras memberikan sesuatu pada Devan, "tolong nanti serahkan ini pada pacarmu!" "Boneka?" Tanya Devan memasang ekspresi bingung. "Aku nggak tahu, Mah. Dinara suka atau tidak?" Etnan yang mendengar nama Dinara disebut, sontak merasa tidak asing dengan
Hidup Dilara dan David sangat bahagia, bahkan kekayaan David semakin bertambah. Mengingat kesedihan yang selama ini menyiksa Dilara sudah terselesaikan. Sekarang Dinara juga lebih menyayangi Dilara dibandingkan dengan David. Tapi David tidak masalah, yang dia pentingkan adalah kasih sayang istrinya untuknya. "Malam ini ayah tidur sendiri! Aku mau sama Mamah!" ucap Dinara seraya memeluk Dilara, hal itu sungguh membuat ekspresi David berubah kesal. Karena dia tahu, istrinya pasti akan menyetujui permintaan Dinara. Dilara pun menatap ke arah suaminya dengan tatapan memohon. "Sayang maaf .... " Belum sampai Dilara bisa menyelesaikan ucapannya, David sudah menyela. "Sudah ku duga, kamu pasti akan lebih memilih Dinara dibandingkan aku. Sayang, tolong lah! Harusnya kamu itu bersikap adil." David merajuk. Dilara hanya bisa menghembuskan napas kasar, lalu tatapannya beralih ke arah Dinara. Sudah seminggu ini, Dinara tidur bersama dengan Dilara. Dan David belum
David ingin mengatakan sesuatu, tapi Dilara dengan wajah marah malah memaksa bangun. "Sayang, kamu masih dalam pemulihan. Tubuh kamu masih lemah!" titah David seraya memegang pergelangan istrinya. Dilara dengan marah menjauhkan tangan suaminya. "Apa yang ingin kamu lakukan pada Indira? kenapa harus mengurungnya di ruangan bawah tanah?" Dia menatap tajam ke arah suaminya. Kedua bola mata Dilara berkaca-kaca, bayang-bayang Esti yang memilih untuk mengakhiri hidupnya terus berputar-putar di dalam otaknya. "Apakah kamu ingin membunuh orang yang dulu pernah mengabdi padamu?" Dilara tidak bisa menyembunyikan amarahnya lagi. Hal itu membuat batinnya terguncang. Kesedihan begitu ketara dikedua bola mata Dilara. David hanya bisa menghembuskan napas kasar, padahal didalam bayangannya. Dia akan bermesraan dengan istrinya, tapi tanpa diduga malah terjadi hal seperti ini. Sekarang istrinya sedang sakit, bahkan juga marah padanya. Kedua tangan David terkepal, matanya mel
Buku-buku jari David memutih, saat melihat orang yang dibawa dihadapannya. "Indira ... " gumamnya nyaris tanpa suara. Sementara Indira nampak ketakutan. Melihat istri dan anaknya yang semakin akur, akhirnya David memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah sakit. Mengingat kata psikolog itu untuk membiarkan Dilara maupun Dinara untuk berbicara dari hati ke hati. Dengan tangan dan kaki terikat, Indira merangkak ke kaki David. Tanpa sadar, dia melihat ke arah sekeliling. Kedua bola matanya membelalak sempurna, saat dirinya sekarang ini dibawa ke penjara bawah tanah yang ada di mansion mewah milik David. "Tuan, tolong ampuni saya! Saya melakukan semua itu demi Esti." Tubuh Indira mulai bergetar hebat. "Kurung dia dipenjara paling ujung! Jangan berikan makanan apapun!" titah David. Sementara Dilan sedikit terpana dengan kecantikan yang diberikan oleh Indira. Indira terlihat sangat cantik dan energik. Sesuai dengan seleranya. Setelah putus dari dokter yan