Selamat Hari Raya Idul Adha bagi yang merayakan :) Manteman, mau lebaran dulu atau lanjut baca? Kalau lanjut baca, aku update seperti biasa. Komen aja yaww, makasih :)
Seorang pria dapat mencium niat pria lain dengan mudah. Apalagi jika menyangkut daerah teritorinya yang akan dijajah.Sydney adalah daerah teritori Morgan. Dan Morgan dapat tahu dengan mudah bahwa dua pria yang sedang bersama istrinya itu punya maksud lain.Sekalipun pada awalnya mereka hanya membicarakan pekerja, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada akhirnya jika alkohol sudah berbicara.Morgan merasa sedikit lega, kala dia tidak mencium aroma alkohol dari mulut Sydney.Istrinya aman, tetapi jika terus bersama dua pria itu, tidak ada yang bisa menjamin keamanannya akan bertahan berapa lama.Morgan melepaskan bibirnya dari bibir Sydney. Matanya menatap dalam manik cokelat wanita itu.Sydney menghela napas dan berkata, “Aku suka bibirmu. Tapi kita baru saja berciuman di depan artisku.”Sydney akhirnya menarik Morgan lebih dekat.“Morgan, kenalkan, ini Jonatan dan Gilbert aktor di bawah naungan Zahlee Entertainment. Jonatan, Gilbert, kenalkan ini Morgan, suamiku.” Sydney memperkena
“Berhenti mengurusku!” tegur Sydney sambil sedikit menggebrak meja pelan.Kedua pria itu tersentak. Mulut mereka tidak lagi saling berdebat untuk hal yang tidak penting.“Aku sudah cukup minum hari ini,” lanjut Sydney. “Sekarang jelaskan, apa keperluan kalian? Aku mungkin seumuran dengan wanita yang sering kalian rayu di klub malam, tapi aku ini atasan kalian yang sudah bersuami.”Sydney menyandarkan punggung ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Matanya menatap mereka bergantian dengan tajam.“Ada proyek film yang sedang saya incar, Nyonya. Tapi Gilbert menerimanya lebih dulu.” Jonatan bicara lebih dulu.Tatapan pria yang sudah menjadi artis Zahlee Entertainment selama 10 tahun itu berubah tajam saat menatap pria kedua yang bernama Gilbert.“Seperti katamu, aku menerimanya. Berarti aku ditawarkan!” balas Gilbert sengit sambil mengepalkan tangan di bawah meja.Jonatan terbungkam, seakan baru menyadari bahwa apa yang dikatakan Gilbert benar.Namun tidak mungkin Jonatan mengakui
“Bukannya aku ingin melarangmu, Honey. Tapi anak-anak butuh salah satu orang tuanya tetap berada di mansion, terutama Jade dan Jane,” jawab Sydney sambil mengusap lengan Morgan. “Mereka ada tugas merakit kapal laut mainan untuk Hari Orang Tua di sekolah.”Morgan masih mengernyitkan dahi tidak suka.“Atau lebih baik aku batalkan saja acara malamnya?” tanya Sydney beberapa saat kemudian, kala Morgan tidak kunjung menjawab.Sydney menaikkan salah satu sudut alisnya.Zya tampak cemas saat Sydney mengatakan hal itu. Namun dia tidak dapat menunjukkan ekspresinya dengan jelas.Sementara Morgan hanya mendengkus, sadar bahwa Sydney sebenarnya tengah merajuk.Sydney selalu berusaha memprioritaskan keluarga di atas segalanya. Apalagi jika bicara soal anak-anak.Namun Sydney ingin melakukan itu tanpa merasa dikekang oleh siapa pun, termasuk Morgan.Saat ini Sydney sudah terlanjur mengiakan undangan Zya. Tidak mungkin dia batalkan, sekalipun acaranya masih beberapa jam lagi.Apalagi sudah sejak la
“Kau serius melakukan ini padaku?” tanya Ken sambil mengernyitkan dahi dalam. Morgan mengangguk tanpa ragu. “Om Andrew sudah lama memiliki rencana untuk mengkhianatimu. Dan aku sudah memperingatinya saat kau terbaring di meja operasi, tapi dia tetap melakukan tindakan bodoh itu.” Ken mengepalkan tangan dengan kuat. Dia terdiam beberapa saat sambil menatap Morgan lurus-lurus. “Sekali pun aku akan menjadi Direktur Utama rumah sakit, aku tetap bisa menjalani peranku di Poseidon Exports. Sialan!” Ken mengumpat sambil memutar tubuh membelakangi Morgan dan berkacak pinggang. Morgan tersenyum miring. “Jadi kau menerima rumah sakit itu?” tanya Morgan seraya mengangkat salah satu alisnya. Ken sedikit menoleh ke samping hingga separuh wajahnya terlihat oleh Morgan. Dia tengah menyembuyikan matanya yang berkaca-kaca dari Morgan. “Kau sudah memecatku, aku harus mencari nafkah di tempat lain!” jawab Ken dengan galak, menutupi perasaan harunya. Namun Morgan dapat melihat itu dengan j
Zya spontan membuka mulut dan melebarkan kedua bola matanya. Sedetik kemudian, dia menutup mulut dengan kedua tangannya. “Nyonya, saya ….” Zya tidak tahu harus berkata apa. “Kau pantas mendapatkannya,” tukas Ken penuh kebanggaan. “Aku setuju. Aku akan menjadi atasan yang tidak baik jika terus menyembunyikan kemampuanmu sebagai asisten pribadiku, padahal kau bisa berkembang lebih baik,” ucap Sydney dengan tulus. Zya tidak bisa menahan air mata harunya. Namun karena sadar masih di tengah pesta, Zya segera menghapusnya. Tidak lama kemudian, Morgan kembali masuk ke dalam ballroom. “Kau sendirian?” tanya Ken langsung sambil mengintip ke belakang Morgan, memastikan ada atau tidaknya Andrew. Morgan mengikuti arah pandang Ken, sebelum akhirnya mereka kembali saling menatap. Pria itu mengangguk. “Om Andrew?” tanya Sydney, secara tidak langsung mewakili rasa penasaran Ken. “Ah, Om Andrew dapat telepon darurat dari rumah sakit,” jawab Morgan seraya tersenyum tipis. “Kalian membicarakan
Tidak lama sejak kepergian Andrew, Morgan juga mendapat telepon dari pelabuhan. Sehingga pria itu harus berada di luar beberapa waktu lagi untuk menerima panggilan itu. Panggilan itu selesai beberapa menit kemudian. Saat Morgan memutar tubuh, tatapannya menangkap sesuatu yang aneh di pintu masuk ballroom. Seorang pertugas wedding organizer seperti sedang berdebat dengan dua orang di hadapannya, seorang wanita paruh baya dan pria muda. “Ada apa?” tanya Morgan pada petugas dengan dingin. “Siapa kau ikut campur urusan kami?!” balas wanita itu galak sambil melipat tangan di depan dada. “Apa kau atasannya?” Morgan menoleh tajam dan menatap wanita itu dengan tatapan penuh merendahkan. “Kami mau masuk. Kami juga tamu undangan,” ucap si pria muda sambil berusaha menutupi kegugupannya. Morgan tidak menyahuti mereka. Dia kembali menatap petugas, meminta penjelasan. “B-begini, Tuan. Mereka bilang, mereka keluarga Dokter Andrew dan memiliki undangan. Tapi Bu Catherine sudah membe