Share

325. Kita Harus Mengaku

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 15:15:57

Nada suara Morgan seperti cambuk yang menyayat kulit dan menghantam udara di antara mereka yang semula telah mulai mencair.

Sydney terdiam. Mata wanita itu kembali basah, tetapi dia tetap berdiri tegak.

Morgan memutar tubuh, lalu berjalan ke arah jendela seolah membutuhkan ruang untuk berpikir.

Rahang pria itu mengeras dan giginya terkatup rapat. Napas Morgan memburu, seolah menahan ledakan lain yang siap menyusul.

Beberapa detik kemudian, pria itu bersuara pelan, “Aku tadinya berniat menjadikan seseorang sebagai boneka. Orang itu akan mengaku sebagai pelaku pembunuhan. Semua beres.”

Sydney mengatupkan bibirnya. Dia tidak lagi terkejut dengan pilihan Morgan.

Morgan menoleh. Sorot matanya menyala, kekecewaan dan kemarahan bercampur di sana.

“Dengan begitu, aku tidak harus masuk penjara. Hubunganku dengan orang-orang di sekitar Chester juga tidak perlu memburuk,” lanjut Morgan tajam.

Namun, Sydney hanya mengangguk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   329. Kartu Memori

    Sydney tiba di kamar Irene saat wanita itu membuka mata. “Kak Irene sudah bangun?” tanya Timothy sambil mendahului langkah Sydney begitu pintu kamar 207 terbuka. Irene sedang memandangi langit-langit saat itu, tetapi matanya segera bergerak ke sumber suara. Tatapan Irene jatuh pada Timothy, lalu tertumbuk pada sosok wanita di belakangnya, Sydney. Sejenak, ada yang melintas di wajah Irene. Bukan senyum atau pun amarah. Hanya bias ekspresi yang menggantung antara terkejut dan ragu. Timothy menangkap getaran itu. “Ada yang ingin Kak Sydney sampaikan pada Kak Irene,” ujar Timothy pelan, sebelum prasangka buruk bermunculan. Sydney mengangguk singkat. Dia melangkah maju dengan tenang. Namun sebelum satu kata pun meluncur dari mulut Sydney, Irene lebih dulu mengangkat tangan. “Bantu aku berdiri, Tim,” pinta Irene tanpa menoleh pada Sydney. Mata Irene hanya menatap lurus ke arah Timothy, seoalah menganggap Sydney tidak ada. Timothy sempat mengangkat kedua alis, ragu. Namun dia teta

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   328. Berapa Lama Kau Mengenalku?

    “Darling, kita pergi sekarang,” ucap Morgan sambil membuka pintu mobil untuk Sydney.Sydney mengangguk pelan dan masuk ke dalam mobil. Morgan menyusul, lalu duduk di sampingnya.Tidak ada percakapan selama beberapa menit pertama. Hanya suara mesin mobil dan deru AC yang mengisi kabin.Mobil melaju meninggalkan area pemakaman, menuju pusat kota Sevhastone. Tujuan pertama mereka adalah kantor polisi.Morgan duduk tenang, tetapi rahangnya mengeras. Matanya menatap lurus ke depan, seperti sedang bersiap menabrak semua konsekuensi yang akan menghadang.Sementara itu, Sydney hanya menggenggam erat jemarinya sendiri di atas paha. Dia berusaha menarik napas dengan teratur, walau hatinya tidak karuan.Ketika mobil berhenti tepat di depan kantor polisi, Morgan membuka sabuk pengamannya.Namun sebelum pria itu sempat menyentuh handle pintu, Sydney menahan tangan Morgan.“Sebentar,” ucap Sydney, menahan suara agar tidak ber

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   327. Seperti Vienna

    Irene tersenyum canggung, mencoba meredakan ketegangan. Wanita itu mengusap tengkuk dengan gugup.“Mengapa Anda jadi serius seperti itu, Tuan?” tanya Irene pelan.Sementara Timothy menatap Morgan dengan dahi berkerut. Ada gelombang firasat buruk yang muncul di sorot matanya.Morgan menarik napas dalam-dalam. Pria itu mengepalkan jemarinya, lalu perlahan dilepaskan.“Aku ada di sana saat Chester ditembak,” ujar Morgan.Pernyataan itu menghantam seperti petir di siang bolong. Irene langsung tertegun, bibirnya terbuka, tetapi tidak ada suara yang keluar.Timothy menegakkan tubuh.“Maksud Kak Morgan … Kakak adalah saksi langsung kasus penembakan Kak Chester, bukan?” tanya Timothy menyimpulkan dengan cepat. “Itu sebabnya tadi Kepala Kepolisian Sevhastone langsung mengusut kasusnya?”Morgan menggeleng pelan.“Bukan. Aku bukan saksi.” Tatapan Morgan menukik tajam ke arah tanah, lalu kembali ke wajah Timothy. “Aku orang yang memerintahkan penembakan Chester.”Udara membeku.Timothy menegang d

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   326. Dia Menceraikanku

    Beberapa jam kemudian.“Kak Morgan akan naik penerbangan jam berapa?” tanya Timothy sambil melangkah mendekat ke arah Morgan.“Jam satu. Dua jam lagi,” jawab Morgan sambil melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.Langit sudah tidak lagi seredup pagi tadi, tetapi udara masih terasa dingin menusuk kulit.Para tamu pemakaman telah meninggalkan pelataran gereja satu per satu, menyisakan Morgan, Timothy, dan Irene.Pemakaman Chester berlangsung dengan damai. Doa-doa dilantunkan, bunga-bunga ditabur, dan kenangan mengenainya diceritakan.“Kalau begitu, biar aku antar ke bandara,” tawar Timothy sambil menggeser posisi duduknya di bangku kayu panjang yang sudah mulai dingin.Morgan belum menjawab. Mata pria itu mengarah ke nisan baru yang masih segar, sebelum akhirnya berpaling ke arah Irene yang berdiri beberapa meter dari mereka, menyapa seorang petugas pemakaman lalu menghampiri.“Tuan Morgan akan langsung pulang?” tanya Irene dengan dahi berkerut.“Jika mau, Anda bisa menginap di ked

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   325. Kita Harus Mengaku

    Nada suara Morgan seperti cambuk yang menyayat kulit dan menghantam udara di antara mereka yang semula telah mulai mencair.Sydney terdiam. Mata wanita itu kembali basah, tetapi dia tetap berdiri tegak.Morgan memutar tubuh, lalu berjalan ke arah jendela seolah membutuhkan ruang untuk berpikir.Rahang pria itu mengeras dan giginya terkatup rapat. Napas Morgan memburu, seolah menahan ledakan lain yang siap menyusul.Beberapa detik kemudian, pria itu bersuara pelan, “Aku tadinya berniat menjadikan seseorang sebagai boneka. Orang itu akan mengaku sebagai pelaku pembunuhan. Semua beres.”Sydney mengatupkan bibirnya. Dia tidak lagi terkejut dengan pilihan Morgan.Morgan menoleh. Sorot matanya menyala, kekecewaan dan kemarahan bercampur di sana.“Dengan begitu, aku tidak harus masuk penjara. Hubunganku dengan orang-orang di sekitar Chester juga tidak perlu memburuk,” lanjut Morgan tajam.Namun, Sydney hanya mengangguk

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   324. Penjara atau Neraka

    “Aku tahu apa yang aku lakukan,” tukas Morgan dengan tegas. Namun, alih-alih membalas dengan kemarahan, Sydney hanya menunduk. Bibir wanita itu terlipat rapat, dan matanya berkaca-kaca, menahan air mata yang hampir tumpah. Tidak ada amarah, maupun bentakan. Yang tertinggal hanya luka yang tidak bisa dilihat dari permukaan. Setelah beberapa detik yang sunyi, Sydney mengangkat wajahnya. Pandangan wanita itu bertaut kembali dengan mata Morgan, dan dia menghela napas dalam-dalam. “Aku sudah memikirkannya selama beberapa jam terakhir ini. Dan seperti yang aku bilang … aku akan menjadi cahaya untukmu,” desak Sydney. Kerutan di dahi Morgan semakin dalam. Mata pria itu menyipit curiga. “Apa maksudmu?” tanya Morgan terlihat tidak suka. Sydney tidak langsung menjawab. Dia justru menggenggam kedua tangan Morgan dengan lembut. “Kau mencintaiku, bukan?” tanya Sydney dengan suara bergetar. Jika Sydney tidak bisa menemukan pemilik nomor yang mengiriminya pesan tadi pagi, maka wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status