Home / Romansa / Ibu Susu Bukan Pengganti / Bab 6 Usaha Yang Berkembang

Share

Bab 6 Usaha Yang Berkembang

Author: Phine Femelia
last update Last Updated: 2025-11-20 14:52:15

Denada menyapu tempat itu untuk mencari bus yang tersedia dan bertanya dengan petugas di sana. Akhirnya diarahkan ke bus yang terparkir di ujung sendiri. Denada melangkahkan kakinya menuju bus itu dan tanya kepada seorang lelaki paruh baya tentang tujuan bus itu. Mendengar tujuan yang dicapai sesuai dengan rencananya maka gadis itu naik dan duduk di bangku bagian tengah.

Sementara itu, di tempat lain ...

Seorang wanita yang sudah terlelap, merasa dipeluk dan dicium mesra oleh seseorang. Dia membuka kedua mata dengan pelan. Sayup-sayup mendengar bisikan lembut di telinganya dan melihat sang suami yang ternyata sudah pulang.

"Kamu, Sayang?" tanya dia, untuk meyakinkan dirinya tidak salah lihat karena membuka kedua mata.

"Siapa lagi, Sayang? Hmm? Apa masih tanya?" bisik sang suami lembut. Kedua mata wanita itu sudah terbuka sepenuhnya, lalu tersenyum malu dan mereka saling menatap.

Namun, wanita itu melepaskan tatapan untuk melihat jam dinding. Sontak dia mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan nada manja, "Kamu pulang terlalu malam lagi. Mau sampai kapan kamu seperti ini? Ingat kesehatan kamu, Sayang. Kamu itu sudah sukses, masih butuh kerja rodi?"

"Kamu paham lah, aku itu selalu kuat, bahkan aku pernah kerja hampir seharian penuh. Hari ini aku pulang lebih awal. Jangan manyun gini, dong, Sayang," kata pria itu dengan mengelus lembut pipi kiri istrinya. Tatapannya terlihat bahwa sangat mencintai sang istri. Meski sudah sepuluh tahun usia pernikahan tapi cinta di antara mereka tidak pernah padam, selalu bersemi. Dari penilaian sang suami meski dia lembut tapi wanita tangguh sedangkan dari penilaian sang istri, dia hangat, lembut, dan selalu memperlakukan spesial, bertanggung jawab atas semua hal.

Pria itu mengingat sesuatu dan lanjut berbicara dengan tersenyum, "Aku paham kamu ngomel gini karena kangen aku, kan? Kamu mau aku ada waktu banyak. Sayang, aku sudah pulang lebih awal. Jangan ngomel terus, lebih sabar sama aku ya?"

Sontak sang istri membelalak dan jadi merasa tidak enak lalu berbicara lirih, "Gak gitu juga, gimana pun aku lebih khawatir sama kamu."

Tatapan manja dari istrinya membuat pria itu tidak kuat menahan gejolak di dalam hati, sehingga bibirnya yang terbentuk sempurna menyambut bibir mungil milik istrinya. Wanita itu merasa senang dan membalas ciuman suaminya dengan saling bertautan, menciptakan napas panas dan mulai bergairah. Ciuman yang dimulai dengan lembut, semakin lama menjadi penuh hasrat, basah, dan dalam. Pria itu juga mulai mengelus punggung hingga anggota tubuh bagian bawah milik sang istri, lalu kecupan beralih ke tulang selangka yang terlihat karena dia memakai gaun tidur berwarna putih tulang, sedikit rendah dan tipis.

Wanita itu begitu menikmati setiap sentuhan dan ciuman dari suaminya. Menerima dan memberikan setiap sentuhan di setiap inci anggota tubuh terutama bagian yang sensitif, mereka mulai saling membuka pakaian lalu melempar pelan sehingga terjatuh di karpet. Tubuh polos mereka terpampang dan saling berpelukan erat. Suhu tubuh yang meningkat dengan mimik menginginkan lebih dan hasrat sang suami yang sudah melambung tinggi membuat mereka melanjutkan dengan aksi yang lain.

Sang istri duduk di atas kedua paha suaminya dan mereka saling memasukkan inti, lalu terjadi percintaan yang panas dan panjang. Mereka saling memberikan kepuasaan hingga keringat campur menjadi satu. Tak lupa dengan ciuman yang penuh hasrat, dan beberapa tanda kepemilikan di anggota tubuh sang istri. Namun, wanita itu masih meminta lebih sehingga suaminya yang sudah mengeluarkan cairan kebanggaannya, mengulum inti sang istri, semakin lama dengan gerakan cepat, sehingga membuat wanita itu terbuai dan mencapai puncak kenikmatan dengan menyemburkan sebuah cairan. Mereka saling mendesah dengan suara yang samar, tapi penuh makna.

Masih di posisi yang sama, mereka saling menatap dengan rasa cinta dan napsu. Campur jadi satu, bagi mereka napsu itu harus ada dalam hubungan karena akan menambah keintiman. Napsu yang pasti dipertanggung jawabkan. Kedua tangan wanita itu mendarat di pipi sang suami, lalu mereka saling mengecup dengan merasa bahagia dan mesra. Kini, mereka saling melepaskan inti dan berbaring dengan berhadapan. Berpelukan dengan erat seolah tidak ingin ada yang pergi lalu berbincang ringan, dan sesekali tertawa kecil. Setiap selesai melakukan percintaan, mereka memang begitu. Hal itu membuat mereka merasa semakin ada kedekatan satu sama lain.

1 minggu kemudian ....

Bermodal nekat, Denada menemukan tempat singgahnya yaitu di sebuah desa terpencil. Sudah berjalan seminggu dia ada di tempat kontrak. Dari hasil kerja yang ditabung, Denada bisa membayar kontrak kecil itu setidaknya untuk setahun ke depan. Denada mencari informasi lewat warga sekitar. Kadang juga lewat internet. Zaman yang begitu canggih tentu saja dimanfaatkannya untuk mencari informasi. Meskipun jauh dari kota, Denada menerima dengan rasa syukur.

Denada mulai berpikir cara dirinya untuk bertahan hidup dan menghitung sisa uang yang ada. Dia memperhitungkan semua kebutuhan untuk hari ke depannya lalu berbicara di dalan hati, "Gimana kalau aku buka warung kecil saja? Aku pasarkan juga lewat online. Biaya hidup ke depannya pasti akan semakin bertambah karena hadirnya si kecil."

Sejak itu, dirinya berjuang untuk membangun warung kecil yang sudah direncanakan dengan matang sehingga memanfaatkan teras rumah kontrakannya. Sejak hidup sebatang kara, Denada memang harus mampu membuat dirinya bisa melakukan apa pun karena sebelum bertemu Tristan tidak ada yang bisa membantunya. Hidup gadis itu memang untuk berjuang di kedua kakinya sendiri sehingga ketika mengalami peristiwa harus hamil, dirinya tidak kaget kalau harus hidup sendiri lagi.

Dengan pelu yang mengalir di seluruh wajah maupun tubuhnya, dia terus berjuang menyulap teras menjadi warung. Sudah berjalan hampir seminggu, dia melihat terus hasilnya dari depan warung itu. Meskipun kurang sempurna karena pekerjaan yang dilakukan oleh seorang wanita, Denada cukup puas.

"Baguslah. Akhirnya jadi juga," batin Denada dengan menghela napas. Setiap hari, dia mulai membuka warungnya, tidak lupa untuk foto dan memasang di sosial media. Hal itu salah satu cara Denada memasarkan warungnya.

Hari terus berlalu. Warung Denada mulai dikenal oleh beberapa warga di sekitarnya. Denada juga tidak berhenti mempromosikan.

Dan, beberapa bulan berjalan, warungnya juga semakin berkembang, dia sangat bersyukur banyak pelanggan dari segala tempat yang datang, tidak hanya di desanya tapi juga desa seberang, karena menurut mereka masakan Denada sangat lezat.

"Syukurlah, semoga saja warung ini semakin ramai. Aku harus ada tabungan buat persiapan persalinan nanti," gumam Denada dengan mengusap perutnya. Lalu, dia duduk bersandar dengan mengelus sebentar perutnya yang mulai tampak buncit. Lelahnya seakan terbayarkan, ternyata hidup di desa tidak terlalu mengerikan seperti yang orang pikirkan, bahkan yang dia duga. Dia melihat perutnya dengan memikirkan sesuatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Susu Bukan Pengganti   Bab 10 Tidak Minta Dikasihani

    Di tengah kerumunan, Pak RT berdiri dengan tangan bersedekap, matanya menatap Denada dengan seksama dan merasa ingin tahu."Mamamu siapa, Neng?" tanya Pak RT, nadanya tidak menghakimi, tapi di sisi lain merasa penasaran agar lebih jelas maksud ucapan Denada."Rianti Valentine. Memang beliau tidak sempat mengajak saya datang ke sini karena mama berperang melawan penyakitnya. Dia pindah dari sini karena menikah sama papa saya, Pak," jawab Denada lirih, mengingat tentang kedua orang tuanya.Seketika, kening Pak RT berkerut, tanda mengingat ucapan Denada. Hal ini berkenaan dengan salah satu warganya terdahulu, dia berusaha untuk mengingat kenangan yang sudah lama termakan usia dan secara perlahan mulai teringat sesuatu, terlihat dari sorot kedua matanya."Ya ampun, Mbak Rianti itu? Iya, iya ... saya sudah ingat. Dia itu wanita yang baik, sopan, suaminya yang dari kota itu, ya? Waktu pindah ke kota, dia sempat pamit ke rumah saya dan memberikan bingkisan. Astaga. Sudah berapa puluh tahun,

  • Ibu Susu Bukan Pengganti   Bab 9 Sedang Melabrak

    Ketika, sepasang suami isteri itu ada di depan rumah, gerombolan warga datang sehingga mereka berhenti berjalan. Salah satu dari mereka berseru, "Nah! Ini Pak RT! Kebetulan sekali!"Mereka langsung menceritakan semua yang terjadi di rumah kontrakkan Denada dengan sesekali menambahkan, agar terkesan meyakinkan. Bu Bagas selaku istri dari Pak RT, jadi tidak tenang. Dia sudah sepenuhnya terhasut oleh aduan dari warga."Sabar, Ibu-ibu. Lebih baik kita langsung datang ke sana dan jangan main hakim sendiri. Jangan sampai nama baik desa ini tercoreng karena warganya yang main hakim sendiri," kata Pak RT berseru dan menenangkan emosi para warga. Akhirnya mereka setuju dan segera menuju ke kontrakkan Denada. Hal itu juga mengundang rasa ingin tahu anak Pak RT yang masih duduk di bangku SMA sehingga ikut serta datang ke sana.Ketika mereka hampir saja sampai, Pak RT merentangkan kedua tangannya untuk memberikan isyarat agar semua warga berhenti lalu menghimbau dengan berkata tenang, "Ibu-ibu, m

  • Ibu Susu Bukan Pengganti   Bab 8 Membuat Ulah

    "Gak mungkin, Bu RT. Kalau memang bener yang dikatakan Ibu begitu, seharusnya waktu pertama kali datang ke sini dia itu sama suaminya, kan? Lah, buktinya dia datang sendiri lalu mendadak kita tahu kalau ternyata hamil. Kampung kita ini terkenal bersih, kalau ada yang seperti itu lalu nanti ditiru sama semua anak muda gimana? Mau dibawa kemana negara ini, Bu?" kata wanita itu, mendesak Bu Bagas untuk percaya dengan ucapannya.Bu RT menghela napas pelan dan menggeleng-gelengkan kepalanya, dia berusaha untuk tetap adil antara satu warga dengan warga lainnya, apalagi selama ini tahu bahwa Denada bekerja keras dengan hanya mengandalkan warung kecilnya itu. Bu Bagas berkata, "Bu, kita tidak boleh bicara tanpa bukti, nanti kalau Ibu dituntut dengan pencemaran nama baik gimana? Kita harus hati-hati dalam menilai orang."Wanita itu masih bersikeras memutar otaknya untuk cari ide agar Bu Bagas percaya dirinya sehingga bisa mengusir Denada. Dia berkata, "Bu, sebenarnya bukan cuma saya yang liat

  • Ibu Susu Bukan Pengganti   Bab 7 Nyinyiran Tetangga

    Bab 7 Nyinyiran TetanggaDenada melihat perutnya dan membatin dengan mimik terharu, "Sabar, ya, Nak. Selalu doakan mamamu ini, biar bisa cari uang yang banyak buat proses kelahiranmu nanti."Dia merasa terharu karena sampai detik ini masih bertahan hidup. Dia yakin bahwa semuanya itu kekuatan dari sang calon bayi.Keesokan harinya. Pukul 05.30.Denada sudah siap membuka warungnya kembali. Setiap hari menjadi rutinitasnya, dan ramai dari pembeli. Nyaris tidak ada waktu untuk duduk, meski kedua kaki pegal tapi dia berusaha menahan lelah di tubuhnya, demi kehidupan calon bayi. Dulu, ketika dia harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri saja, selalu dengan semangat apalagi sekarang, dimana dirinya akan menjadi calon orang tua tunggal.Menjelang sore hari, pukul 14.00, dia baru bisa duduk untuk istirahat, lalu meraih kotak kecil yang sudah disediakan untuk mengisi perutnya. Saat ini, yang butuh asupan nutrisi bukan hanya dia tapi janin yang dikandungnya."Mbak, nasi bungkus satu sama m

  • Ibu Susu Bukan Pengganti   Bab 6 Usaha Yang Berkembang

    Denada menyapu tempat itu untuk mencari bus yang tersedia dan bertanya dengan petugas di sana. Akhirnya diarahkan ke bus yang terparkir di ujung sendiri. Denada melangkahkan kakinya menuju bus itu dan tanya kepada seorang lelaki paruh baya tentang tujuan bus itu. Mendengar tujuan yang dicapai sesuai dengan rencananya maka gadis itu naik dan duduk di bangku bagian tengah.Sementara itu, di tempat lain ...Seorang wanita yang sudah terlelap, merasa dipeluk dan dicium mesra oleh seseorang. Dia membuka kedua mata dengan pelan. Sayup-sayup mendengar bisikan lembut di telinganya dan melihat sang suami yang ternyata sudah pulang."Kamu, Sayang?" tanya dia, untuk meyakinkan dirinya tidak salah lihat karena membuka kedua mata."Siapa lagi, Sayang? Hmm? Apa masih tanya?" bisik sang suami lembut. Kedua mata wanita itu sudah terbuka sepenuhnya, lalu tersenyum malu dan mereka saling menatap.Namun, wanita itu melepaskan tatapan untuk melihat jam dinding. Sontak dia mengerucutkan bibirnya dan berka

  • Ibu Susu Bukan Pengganti   Bab 5 Ke Daerah Lain

    "Ya, tentu saja. Aku yang pernah cerita tentang mujizat sama kamu," kata sang istri. Pria itu tersenyum dan berkata dengan nada pelan, "Kita gak akan pernah tahu kalau ternyata ada mujizat yang menanti di depan. Dokter boleh mendiagnosa tapi tetap kehendak 'takdir' yang bicara. Selama hidup bareng kamu, aku akan percaya tentang mujizat." Mereka kembali berpelukan dan sang istri bicara dengan merasa bahagia, "Sayang, aku beruntung banget dijodohkan sama kamu." Ya. Mereka bertemu karena perjodohan dari kedua orang tua masing-masing yang bertemu dalam urusan bisnis. Namun, mereka menyetujui perjodohan bukan karena bisnis tapi secara naluri saling menemukan kecocokkan, dan memiliki perasaan kuat bahwa jodoh sudah dekat. "Aku yang bahagia. Kamu sosok yang lembut dan tangguh ya, meskipun keras kepala," kata sang suami dengan mengangkat bahu. Dia sengaja sedikit jahil agar bisa menghilangkan ketegangan yang baru saja terjadi di antara mereka, sedangkan sang istri pura-pura kesal dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status