Share

Bab 59. Kena Omel

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-08-07 15:40:09

Cahaya matahari pagi masuk lewat celah tirai kamar rumah sakit. Suasana hening, hanya terdengar bunyi alat monitor dan embusan napas yang teratur. Di box kecil di sudut ruangan, Lingga tidur pulas dengan pipi kemerahan yang sehat. Jauh lebih baik dibanding semalam.

"Lihat betapa tenang putra mungil Ibu ini," bisik Andini dengan senyum lelah. "Syukurlah kamu sudah sehat lagi, Nak. Tolong jangan sakit dan buat Ibumu ini khawatir seperti kemarin."

Dari ranjang, Hannan masih tertidur pulas. Wajah yang selalu tampak tegar itu pagi ini terlihat lebih pucat. Gerakan Hannan begitu lamban, sesekali terlihat meringis kesakitan. Dia memang jarang sekali jatuh sakit. Sekali tumbang, efeknya tak main-main.

Pintu kamar diketuk. Suara hak sepatu terdengar tegas tapi ragu. Lena. Andini buru-buru bangkit dan membukakan pintu.

"Andini!" seru yang baru datang, meletakkan tas bawaan di sofa lalu menoleh ke dalam. "Gimana, Nak? Semuanya baik–baik aja?" tanya Lena, masih dengan nafas ngos–ngosan.

Andini me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 81. Ruang untuk Tumbuh

    Senja menorehkan gradasi oranye pada kaca-kaca gedung pencakar langit. Di puncak menara Alfaruq Group, ruang kerja Hannan menyajikan panorama metropolis yang tak pernah tidur.Tirai kantor tersapu cahaya jingga dari matahari terbenam, memantulkan kilau lembut pada meja kayu tua yang selalu dipenuhi tumpukan berkas dan layar laptop. Di sudut ruangan, Ira—asisten pribadi sekaligus kepercayaan Hannan—duduk di kursi tamu, setengah bersandar, tablet di tangannya menampilkan laporan terakhir.Hannan menutup map kemudian menatap Ira dengan serius. Dia meninggalkan kursi kerjanya, lalu berjalan pelan menuju rak buku."Ira, ada kabar terbaru tentang pemegang saham?" tanyanya, suara datar namun jelas mengandung pertanyaan tajam.Ira mengamati ekspresi Hannan sejenak, lalu menjawab. "Beberapa saham utama sedang beralih tangan, Pak. Itu jadi topik terhangat di sidang dewan kemarin.""Pak, jika boleh berpendapat, menurut saya ini adalah kesempatan bagus untuk Andini mengambil posisi pemegang saham

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 80. Berjalan Bersisian

    Andini berdiri, mendekat. "Aku bukan orang besar, bukan siapa-siapa. Aku hanya seorang ibu, seorang wanita biasa. Maka dari itu, jika aku harus masuk ke dunia kamu, aku harus tahu aku masuk bukan sebagai beban. Aku ingin punya pijakan sendiri, Mas. Aku ingin kamu izinkan aku tetap bekerja."Hannan terdiam. Rahangnya menegang. Bukan karena marah, melainkan sedang menimbang."Aku tidak minta dilindungi dari dunia kamu, Mas. Aku minta diperbolehkan berdiri sejajar, bahkan kalau suatu saat aku harus ikut jatuh. Aku mau jadi pasangan kamu, bukan pelengkap di kartu atau keadaan."Hannan menatap lama. Lalu perlahan, lelaki itu menghela napas dan mengangguk. Senyum tipis terbentuk di sudut bibirnya.Hannan menarik napas pelan. "Saya tidak mencintai kamu karena kamu cukup, Andini. Saya mencintai kamu karena kamu adalah kamu. Kalau itu syaratmu, maka saya akan pastikan dunia membuka semua pintunya untuk kamu.""Syarat darimu saya anggap sudah dipenuhi. Kamu boleh bekerja. Tapi perlu diingat, di

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 79. Sebuah Syarat

    Andini bersandar di sandaran kepala ranjang dengan selimut hangat menutupi tubuhnya. Ruangan itu tenang, hanya sesekali terdengar suara lembut dari alat humidifier yang mengepulkan uap di sudut kamar. Jendela besar menghadap taman, cahaya pagi menelusup lembut melalui tirai tipis.Hannan sedang sibuk di ruang kerja, memberi waktu bagi ibunya untuk menemani Andini pagi ini. Lena datang dengan baki berisi semangkuk bubur hangat, segelas air putih, dan obat."Sudah cukup baikan untuk makan, Nak?" tanya Lena lembut. Wanita paruh baya itu duduk di tepi ranjang, meletakkan baki di atas meja kecil.Andini mengangguk pelan. "Terima kasih, Bu. Maaf sudah merepotkan."Lena terkekeh, menyendokkan bubur ke dalam mangkuk yang lebih kecil. "Kamu ini, baru sakit sebentar sudah merasa merepotkan. Padahal aku sudah lama ingin mengurus seseorang lagi."Andini menunduk malu. Ada getaran canggung dalam dadanya. Dirawat oleh calon ibu mertua—jika sebutan itu memang sudah pantas digunakan—bukanlah hal yang

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 78. Merawat Calon Istri

    Cahaya pagi menyelinap pelan lewat celah tirai jendela kamar, mewarnai seisi ruangan dengan nuansa keemasan yang hangat. Di atas ranjang berbalut linen putih bersih, tubuh Andini masih terbaring tenang. Sementara Hannan duduk di sisi tempat tidur, tubuh tegap itu tak bergeming semalaman. Mata tajam yang biasa penuh ketegasan kini menatap lembut wajah Andini.Andini membuka mata perlahan. Pandangannya masih buram, namun suara lembut Hannan langsung menyambut kesadarannya."Aku di mana?" tanya Andini serak."Rumah," jawab Hannan dengan suara yang lebih pelan, seolah takut mengusik kelemahan calon istrinya. "Kamu ingat? Kamu keracunan, Andini. Tapi kamu sudah aman sekarang."Andini mengangguk pelan. Kepalanya berat, namun dia cukup sadar untuk membaca sorot mata Hannan yang penuh tekanan—satu malam tanpa tidur tak cukup menyembunyikan kekhawatiran lelaki itu."Kamu yang jagain aku semalaman, Mas?""Saya tidak pergi sedikit pun." Hannan duduk lebih dekat ke sisi ranjang. "Bahkan kalau wak

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 77. Kehilangan Sabar

    Tidak sampai lima belas menit, aula rumah penuh. Semua staf rumah tangga berdiri kaku. Tak seorang pun berani angkat suara.Semua orang berdiri dalam barisan tegang. Kepala tertunduk, tangan saling menggenggam gelisah. Aura dalam ruangan berubah mencekam ketika langkah Hannan memasuki aula dengan Ira di belakangnya. Tak perlu banyak kata, keberadaannya saja sudah cukup untuk membuat semua yang hadir merasa seperti sedang menunggu vonis mati.Di ruangan itu, waktu seolah berhenti. Andini masih di kamar atas, di bawah pengawasan dokter pribadi yang Hannan datangkan dalam waktu kurang dari dua puluh menit sejak kabar keracunan itu menghantam telinganya.Hannan berdiri di hadapan mereka. Mengenakan kemeja gelap yang masih kusut, rambut acak-acakan, dan mata yang tampak seperti tidak tidur berhari-hari. Aura dominannya begitu kuat hingga tidak ada yang berani menatap langsung."Saya hanya akan bicara sekali," ucapnya, dengan nada tenang. Sangat tenang—hingga membuat bulu kuduk siapa pun be

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 76. Hampir Kehilangan

    Cahaya lampu kristal di langit-langit memantul pada kaca meja rapat yang memanjang. Kursi-kursi kulit hitam tampak rapi, meski atmosfer di ruangan begitu berat. Para kepala divisi duduk dengan tegang, sebagian menggulirkan tablet di tangan, sisanya menatap gelisah ke ujung meja tempat Hannan Alfaruq duduk.Dengan jas hitam yang presisi dan jam tangan mahal yang mencolok diam di pergelangannya, pria itu tak perlu mengucapkan sepatah kata pun untuk membuat semua orang menahan napas. Wibawa dan dominasi terpancar dari setiap gerak tubuhnya."Saya lihat ada yang mulai bersikap tak nyaman akhir-akhir ini," suara Hannan datar, serendah gumaman, tapi menggema ke seluruh ruangan. "Padahal, seharusnya kalian semua tahu, ketidaknyamanan adalah awal dari ketidakbecusan."Suasana menjadi hening. Ada yang menelan ludah. Ada yang salah tingkah.Ruang rapat eksekutif itu seperti biasa: dingin, mewah, dan menyilaukan. Namun pagi ini, dinginnya tak hanya dari suhu ruangan. Ada hawa yang jauh lebih men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status