Share

243. Pria Penggoda

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-16 15:00:00

Kira duduk sendirian sambil memperhatikan MC yang tengah berbicara di depan. Sesekali Kira menoleh pada Kai yang sedang mengobrol dengan kliennya di meja tak jauh dari tempat Kira duduk.

Kira cukup menikmati acara pesta pernikahan malam itu, sampai akhirnya seorang pria berpenampilan necis tiba-tiba datang menghampiri Kira dan duduk di sampingnya–kursi yang seharusnya Kai duduki.

“Hai, selamat malam, Manis, kamu sendirian?” tanya pria itu tanpa ragu-ragu, membuat Kira menoleh terkejut padanya.

Kira tidak suka mendengar bagaimana pria itu memanggilnya ‘manis’. Sekali lihat saja, Kira sudah bisa menebak pria itu memang ganjen.

“Tidak. Saya berdua dengan suami saya,” jawab Kira sambil lalu dan meluruskan kembali pandangannya ke arah MC.

“Bisa kali kita ngobrol sebentar. Suami kamu lagi nggak ada, ‘kan? Kamu terlalu sayang untuk dibiarkan sendirian seperti ini.”

Kira mengembuskan napas kasar. Sengaja ia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   245. Kai VS Julian

    Selama diskusi berlangsung, Kai berusaha bersikap profesional di hadapan Julian. Namun, sorot matanya tidak bisa berbohong. Terkadang Kai menatap Julian dengan tajam saat teringat bahwa Julian sudah mengganggu aktifitas panasnya dengan Kira.Sesekali Kai mengusap wajah dengan kasar, dan sesekali ia memijat pelipis yang terasa berdenyut akibat gairah yang tidak tersalurkan.Julian tentu saja tidak menyadari apapun. Ia terus mempresentasikan laporan kemitraan rumah sakitnya dengan percaya diri. Namun, di sela presentasinya, ia sempat beberapa kali melirik Kai yang menatapnya seperti ingin melemparnya keluar dari jendela.Setelah hampir satu jam, Julian menutup laptopnya dan menyodorkan dokumen kerja sama.“Saya rasa itu cukup untuk pertemuan hari ini,” ucap Julian sambil tersenyum, ia bersikap formal, lalu berdiri. “Terima kasih untuk waktunya, Tuan Kaisar.”Kai menutup map di depannya dengan sedikit tenaga, hingga suara ‘bukk!’ terdengar cukup keras.“Rapat selesai,” ucap Kai singkat d

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   244. Gara-gara Kopi Tumpah

    “Baby, aku ingin kopi,” ucap Kai dengan penuh kelembutan, tanpa ada nada memerintah dalam ucapannya tersebut.Kira yang tengah merapikan berkas di atas meja sang CEO, seketika tersenyum dan mengangguk. “Baiklah, aku akan membuatnya untukmu.”“Hm. Kopi kamu yang paling enak di dunia, nggak ada yang mampu menandinginya,” puji Kai sambil menggenggam tangan Kira, membuat Kira seontak terkekeh-kekeh.“Jangan menggombal, Mas. Nanti aku salah tingkah dan nggak bisa kerja di dekat kamu.”Kai tergelak. “Setelah buat kopi, kamu kerja di ruanganku lagi, ya. Aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu.”Kira merotasi matanya malas dan terkekeh geli. Sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan Kai dan berjalan anggun menuju pantry khusus CEO. Ia memutuskan untuk membuat dua cangkir kopi. Satu untuk Kai dan satu lagi untuk Kira. Kira merasa mengantuk, ia butuh asupan kafein, apalagi setelah ini ia harus bekerja di depan laptop.Setelah beberapa saat kemudi

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   243. Pria Penggoda

    Kira duduk sendirian sambil memperhatikan MC yang tengah berbicara di depan. Sesekali Kira menoleh pada Kai yang sedang mengobrol dengan kliennya di meja tak jauh dari tempat Kira duduk. Kira cukup menikmati acara pesta pernikahan malam itu, sampai akhirnya seorang pria berpenampilan necis tiba-tiba datang menghampiri Kira dan duduk di sampingnya–kursi yang seharusnya Kai duduki. “Hai, selamat malam, Manis, kamu sendirian?” tanya pria itu tanpa ragu-ragu, membuat Kira menoleh terkejut padanya. Kira tidak suka mendengar bagaimana pria itu memanggilnya ‘manis’. Sekali lihat saja, Kira sudah bisa menebak pria itu memang ganjen. “Tidak. Saya berdua dengan suami saya,” jawab Kira sambil lalu dan meluruskan kembali pandangannya ke arah MC. “Bisa kali kita ngobrol sebentar. Suami kamu lagi nggak ada, ‘kan? Kamu terlalu sayang untuk dibiarkan sendirian seperti ini.” Kira mengembuskan napas kasar. Sengaja ia

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   242. Tidak Suka Jadi Pelampiasan

    “Kalian pernah bertemu?” tanya Kai seraya menatap Julian dan Bella bergantian.Julian tidak langsung menjawab, ia justru semakin dalam menatap Bella. Membuat Bella yang ditatap merasa salah tingkah.Untuk menutupi kegugupannya, Bella lantas tertawa kecil. “Sepertinya kamu salah orang, Pak Julian. Saya merasa nggak pernah ketemu sama kamu sebelumnya.”Satu sudut bibir Julian terangkat, lalu menatap Kai dan berkata, “Sepupumu nggak ingat.” Sebab jelas-jelas Julian mengingat bahwa wanita yang menciumnya dengan liar di club malam, kemarin malam, adalah Bella.“Aku sungguh nggak mengenalimu, maaf.” Pada saat yang sama ponsel Bella berdering, ia merogoh benda tipis itu dari dalam clutch dan sempat mengerutkan kening kala melihat si penelepon. “Mas Kai, Kak Kira, aku ke belakang dulu. Ada telepon.”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Bella sempat mengangguk pada Julian yang masih menatapnya dengan intens, sebelum akhirnya Bella pergi keluar dari ballroom untuk mencari tempat yang sepi.Juli

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   241. Perkara Lipstik Merah

    “Aku paling suka saat kamu memakai lipstik merah,” ucap Kai sembari menyapukan ibu jarinya di bibir Kira dengan memberi sedikit penekanan. “Tapi aku nggak suka kalau kamu memakainya ke luar. Aku nggak mau orang lain melihat bibirmu yang indah ini.”Kira mengerjapkan matanya berkali-kali. Ucapan Kai membuat jantungnya berdebar kencang. Entah karena sikap posesifnya, atau karena nada menggoda yang terdengar dalam suaranya.“Mas, tapi ‘kan ini senada sama warna gaunku,” timpal Kira dengan nada rendah. Ia enggan jika harus menghapus lipstik merah di bibirnya. “Boleh ya sekali ini saja aku pakai lipstik merah? Aku malas menghapusnya lagi.”“Kalau begitu, biar aku yang membantu menghapusnya.” Kai menunduk, lalu memagut bibir Kira tanpa aba-aba. Pagutan itu jauh dari kata lembut, cukup liar hingga membuat napas Kira terengah-engah.“Mas!” protes Kira saat Kai menjauhkan wajah mereka beberapa saat kemudian. Kira merasakan bibirnya membengkak dan penuh.Satu sudut bibir Kai terangkat saat meli

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   240. Tidak Akan Berpaling ke Lain Hati

    “Kamu terlihat makin bahagia, Kira,” ucap Julian sembari menatap Kira lamat-lamat.Kira tersenyum kecil. Saat ini mereka baru saja selesai makan malam bersama. Tentu saja Kai ada di tengah-tengah mereka, sedang memperhatikan interaksi Kira dan Julian.“Terlalu kelihatan, ya?” timpal Kira sambil meringis kecil, lantas ia menggenggam tangan Kai yang duduk di sampingnya. “Semua ini karena dia, Julian. Dia yang sudah membuatku bahagia.”Kedua sudut bibir Kai terangkat, menatap istrinya dengan lekat. “Tentu saja, aku akan selalu membahagiakanmu, Baby,” katanya sebelum mengecup punggung tangan Kira.“Oh, astaga….” Julian menepuk jidatnya sendiri. “Seharusnya ini menjadi makan malam kalian berdua. Aku jadi seperti nyamuk di sini,” guraunya sambil terkekeh-kekeh, membuat pipi Kira seketika tersipu-sipu.“Dia memang begitu, Julian, selalu nggak tahu tempat,” ucap Kira sambil mendelik pada Kai. Sementara itu Kai hanya mengedikkan bahunya ringan.“Julian, istriku ingin memberikan sesuatu untukmu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status