Home / Romansa / Ibu untuk Anakku / Bertemu Teman Lama

Share

Bertemu Teman Lama

Author: Lady MerMaD
last update Last Updated: 2023-02-22 11:47:33

"Tante telah menikah dan memiliki anak," jawab Riana. Sontak hal tersebut membuat Radit kecewa.

"Yah, sayang sekali," sahut Nayla lesu.

"Padahal Tante cocok loch jadi ibu sambung Nayla." Nayla menghela nafas.

"Maafkan kelancangan putri saya," ucap Radit.

"Tidak apa-apa, Pak," balas Riana. 

"Kalau begitu, kami pamit dulu," ucap Radit kikuk. Dia merasa kecewa saat mengetahui bahwa Riana telah menikah dan memiliki anak.

Padahal Radit berdo'a, Riana, gadis yang bekerja di Ri Butik and Collection menjadi pendampingnya. Radit tidak mengetahui bahwa Riana pemilik butik. Dia hanya mengenal Riana sebagai karyawan.

Radit dan Nayla meninggalkan butik. Riana sempat melihat mereka memasuki mobil Pajero warna putih.

"Kenapa kakak berbohong?" tanya Wirda yang kebetulan mendengar pembicaraan mereka. Begitu Radit dan putrinya meninggalkan Butik.

"Aku hanya menghindari orang-orang yang menggoda," balas Riana.

"Tapi sepertinya, bapak tadi serius loch kak, makanya dia nyuruh anaknya. Wirdakan lihat dari tadi si bapak lihatin kak Ri terus," beritahu Wirda.

Riana hanya tersenyum, Riana memang menghindari pria-pria yang menggodanya karena Riana tidak tahu apakah pria-pria tersebut bisa menerima masa lalunya? Riana telah mengubur keinginan untuk menikah tujuh belas tahun yang lalu. Dia menyibukan diri dengan bekerja dan membantu keuangan keluarga di kampung.

"Udah, nggak usah dipikirkan, mending kita fokus nyari duit dan bantu keluarga," jawab Riana memutus pembicaraan yang dianggapnya tabu.

"Ya, nyari duit boleh kak, tapi nyari jodoh juga penting loch. Kalau si bapak tadi mau sama Wirda, Wirda mau juga tu jadi istrinya." Nyengir Wirda.

"Ya udah, buat kamu aja," lontar Riana.

"Sayangnya, si bapak, suka yang udah mateng." Wirda tertawa mengejek Riana.

Riana hanya tertawa, dia telah terbiasa dibecandain sama Wirda dan Tyas. Riana telah menganggap mereka adik-adiknya.

"Ngomongin apa sih? Seru kayaknya?" Tias yang baru bergabung di meja kasir karena penasaran dengan suara tertawa Wirda.

"Pengen tahu aja atau pengen tahu banget?" ledek Wirda lagi. Wirda anak yang supel dan suka melucu. Di mana ada dia, situasi pasti jadi rame dan meriah. Ibarat kata iklan nggak ada loe nggak rame. Karena Wirda bisa menghidupkan suasana.

Sedangkan Tias kurang lebih seperti Riana yang tidak banyak bicara. Namun, tidak seserius Riana. Tyas masih bisa diajak becanda. Giliran somplak mereka berdua, Riana bakalan habis diledekin mereka.

"Pengen tahu banget, kak Wirda yang cantik dan tidak sombong gemar menabung di perut," ejek Tias ngakak. Dia memegang tangan Wirda, menandakan tingkat kekepoannya.

"Lihat tadikan? Om-om dengan anak gadis yang barusan belanja?" ucap Wirda dengan nada membuat penasaran.

"Lihat, terus mereka kenapa?" Dalam pikitan Tias, apakah pelanggan tadi mencuri? Padahal beberapa kali bertemu dan belanja mereka tidak pernah mencurigakan. Atau jangan-jangan mereka memang memiliki hubungan seperti yang Wirda tuduhkan tadi?

"Mereka borong ." Wirda tertawa ngakak. Setelah mengerjai Tias.

"Ye, kalau itu mah gue juga tahu. Kirain apaan tadi," kesal Tias, dia udah serius buat dengerin eh nggak tahunya cuma kena prank.

"Iya ... iya. Jadi tadi si anak bapak tadi, nanyain kak Ri, udah nikah apa belum?" ungkap Wirda.

"Eh serius, bagus dong, jadi gadis itu beneran anaknya?"

"Iya," jawab Wirda.

"Wah, kayaknya bakalan ada yang nikah ini?" ledek Tyas sambil tersenyum kepada Riana.

"Apaan sih, nggak ada, orang mereka tanya-tanya ajapun," balas Riana. Dia pura-pura kembali meneriksa bon-bon pembelian. Buat menghilangkan gugup.

"Cie, yang malu," ledek Tias lagi.

"Eh, gue belum selesai loch. Jadi si bapak patah hati karena kak Ri bilang dia udah nikah dan punya anak satu," lanjut Wirda lagi.

"Yah, kak Ri kok gitu. Hadeh sayang banget, padahal bapak tadi lumayan ganteng loch. Yah, type-type bapak-bapak parlente yang berduit," lanjut Tias, menyayangkan karena Riana berbohong.

"Betul, mana mobilnya bagus lagi." Wirda mengimpori. Bagi mereka mobil pajero udah sangat bagus dan mahal.

"Udah, palingan anaknya aja yang iseng." Riana mencoba membela diri.

"Udah lanjut kerja, atau mau gajinya kak Ri potong?" ancam Riana tidak serius.

"Yuks kerja lagi daripada kena potong gaji," ajak Tias.

***

"Wir, kak Ri, ada pertemuan sama teman, titip toko ya," ujar Riana. Dia telah bersiap-siap untuk bertemu temannya di sebuah pusat perbelanjaan yang ada di kota tersebut.

"Siap kak Ri, tapi jangan lupa oleh-olehnya ya." Senyum Wirda dengan eye poppies.

"Iya, kalau ingat." Balas Riana becanda. Jika keluar dia selalu menyempatkan membawakan makanan untuk karyawannya.

Riana telah memesan mobil online via aplikasi. Tidak lama mobil pesanannya datang. Riana masuk ke dalam mobil. Mobil melaju dengan kecepatan standard.

Di pusat perbelanjaan Riana mencari lokasi janjian dengan temannya. Mereka janji bertemu di salah satu restoran yang ada di dalam pusat perbelanjaan. Tepatnya di D'cost Restoran dan cafe.

"Ri, sini," panggil seorang wanita sambil melambaikan tangannya kepada Riana. Dia teman Riana, Meri. Teman saat Riana bekerja di pabrik dulu.

Riana menuju ke meja Meri.

"Mau pesan apa Ri?" tanya Meri saat Riana telah berada di meja mereka.

"Ayam rica-rica sama es jeruk aja," jawab Riana. Dia mengambil duduk di depan Meri.

Meri memanggil pelayan untuk memesan makanan mereka. Sambil menunggu pesanan datang mereka mengobrol.

"Gimana kabarnya Ri?" tanya Meri.

"Alhamdulillah, baik." Balas Riana singkat. Mereka memang telah lama tidak berjumpa, meski di kota yang sama. Sejak Meri menikah dia tidak bekerja lagi di pabrik.

"Loe, udah nikahkan Ri?" tanya Meri hati-hati takut menyinggung Riana. 

"Alhamdulillah, belum." Ini adalah topik yang sering dihindari Riana. Kapan menikah? Riana tahu usianya tidak muda lagi. Jadi pasti banyak yang bertanya kapan dia menikah? Mereka tidak tahu masa lalu kelam Riana yang membuat Riana memutuskan untuk tidak menikah.

"Loe, nggak pilih-pilihkan Ri?" tuduh Meri lagi.

"Ngapain pilih-pilih, ada yang mau aja uda syukur. Tapi mungkin belum ketemu jodoh, aja," jawab wanita yang telah memasuki usia 39 tahun itu dengan bijak.

"Udah ah bahas gue, loe ke sini sama siapa?" Riana memang hanya melihat Meri saja sendirian.

"Sama laki dan anak gue," jawab Meri.

"Terus mereka di mana sekarang?" Riana memang tidak melihat suami dan anak Meri.

"Lagi main, bentar lagi datang, eh tu mereka datang," tunjuk Meri kepada pria yang berjalan ke arah mereka bersama anak perempuan berusia sekitar dua belas tahun.

"Bang, kenalkan, teman Meri waktu di pabrik." Meri memperkenalkan Riana kepada suaminya, begitu suaminya sampai di meja mereka. Riana hanya membekap tangan menolak bersalaman.

"Ini pasti putri loe, ya?" tanya Riana.

"Iya, salam sama tante, sayang." Putri Meri memberi salam Riana.

"Ri, gue ke toilet dulu ya," pamit Meri kepada Riana, setelah selesai makan. Tinggalah Riana bersama suami dan anak Meri.

🍒🍒🍒

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu untuk Anakku   Resepsi ( end )

    Hari pernikahan Riana dan Radit akhirnya tiba. Riana baru mengetahui kabar tentang kejadian yang menimpa Lea dan Lisda. Lea saat ini masih belum mau bicara, sekalipun kondisinya secara fisik telah sembuh. Namun, traumanya belum hilang. Lea beraktifitas hanya melakukan yang wajib saja. Akan tetapi, dia tetap saja tidak bicara.Lilis berkali-kali datang dan meminta maaf kepada keluarga Riana. Bahkan dia berharap Riana mau menerima putranya kembali untuk melanjutkan rencana pernikahan. Lilis tidak tega melihat putranya yang sedikit frustasi. Namun, sayang Riana telah menikah meskipun secara siri. Lilis dan Leon pun diundang ke pesta pernikahan Riana.Rumah Riana telah di dekorasi oleh wedding organizer, sedangkan untuk jasa katering, Miriam lebih suka dibantu tetangga. Riana telah memberitahu Miriam agar memakai jasa katering saja karena tidak ingin Miriam dan keluarganya terlalu kecapekan. Miriam menolak karena lebih enak masakan mereka sendiri. Alasan lainnya adalah agar para tetangga

  • Ibu untuk Anakku   Persiapan Ke Padang

    Sesuai rencana, Riana, Radit dan keluarga kembali ke kota Batam. Riana juga malahan telah menstransfer uang yang diserahkan Radit kepada Miriam.Radit mengantar Riana ke butik, untuk mengambil pakaiannya."Selamat datang!" teriak Wirda, dia pikir pelanggan yang datang."Kak Ri!" Tyas langsung berlari dan memeluk Riana, saat mengetahui bahwa yang datang adalah Riana.Wirda baru sadar jika yang datang adalah Riana, langsung berlari menghampiri Riana dan memeluknya juga."Kak Ri, liburnya lama banget, kami ikut sedih ya kak, atas meninggalnya ayah kak Ri," cecar Wirda masih memeluk Riana."Tidak apa-apa, semua sudah Allah atur," ucap Riana bijak."Oleh-oleh mana, kak?" tanya Tyas."Ada, sebentar." Radit dan Nayla masuk ke dalam butik membawa kantong oleh-oleh."Wah, ada Nayla dan papanya. Nayla mau nyari gamis ya?" terka Wirda."Enggak, kak, Nay, cuma nemanin Papa," jawab Nayla. Dia meletakan kantong oleh-oleh diatas meja kasir."Emang, papa Nayla, mau nyari gamis?" heran Wirda."Wah, P

  • Ibu untuk Anakku   Menikah Siri

    Besoknya Riana dan Radit menikah secara siri. Teman Andri yang penghulu menikahkan mereka. Pernikahan dilakukan sehabis magrib menyesuaikan jadwal dengan teman Andri. Akhirnya mereka sah menjadi suami istri.Keluarga Riana tetap menjamu mereka, seperti syukuran atas pernikahan Radit dan Riana. Selesai makan penghulu dan saksi pulang. Tersisa di rumah tersebut keluarga kedua mempelai saja."Radit, mau tidur di sini?" tawar Wati."Nggak usah, Tante, saya di hotel saja " Radit ingin menyentuh Riana saat dia telah memberikan pernikahan yang layak kepada Riana."Sebaiknya, Riana yang ikut kamu. Sebagai istri dia harus mengikuti kemana kamu pergi," sela Miriam."Wat, suruh Riana siap-siap saja, biar ikut sama suaminya." Miriam memerintahkan Wati. Wati segera menuju kamar Riana. Riana telah mengganti kebayanya dengan gamis santai.Riana keluar bersama Wati dengan membawa tas kecil yang berisi pakaian ganti.***Radit membawa Riana masuk ke kamar hotelnya."Kamu mau mandi?" tanya Radit. Dia b

  • Ibu untuk Anakku   Lamaran

    "Gimana kata ibu Riana, Ma?" cecar Radit tidak sabar."Mereka tidak menargetkan, maharnya apa? yang penting semampu kita ... kamu mau seperti apa?" Rosma mengembalikannya kepada Radit. "Maksud Mama?" Radit sedikit bingung, padahal ini bukan pernikahan pertamanya."Kamu mau menikahnya kapan dan di mana?" tanya Rosma."Sebaiknya pas acara lamaran saja kita tanyakan kembali. Sekarang kita fokus membawa hantaran saja," saran Rania."Ya, begitu lebih baik, besok jam sepuluh kita mencari persiapan untuk seserahan," putus Rosma.Mereka mengakhiri rapat kecil. Radit, Rania dan Rayhan kembali ke kamar masing-masing.***Keluarga Radit telah membeli hantaran untuk dibawa ke rumah Riana. Selesai sholat isya mereka bersiap-siap menuju ke rumah Riana.Keluarga Riana telah menunggu dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan keluarga Radit.Proses acara lamaranpun di mulai. Mereka berunding segala persiapan untuk menikah."Untuk tanggal pernikahan dari keluarga mas Radit, ingin tan

  • Ibu untuk Anakku   Rencana Lamaran

    Polisi datang dan mengamankan TKP. Ambulance juga datang dan membawa jenazah Doni. Lea juga dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Lea sepertinya mengalami trauma. Lisda dibawa polisi ke kantor polisi dan dijadikan tersangka pembunuh Doni.Leon menunggui Lea yang sedang diperiksa oleh dokter. "Bersyukur, Lea tidak diperkosa, hasil visum hanya mendapatkan kekerasan fisik. Sepertinya Lea melawan dengan sekuat tenaga, sehingga dia mendapat beberapa memar di pipi dan bekas cekikan." Dokter yang menangani Lea memberitahu Leon."Lalu kenapa dia hanya diam?" heran Leon."Sepertinya Lea mengalami goncangan hebat, membuat dia trauma," jelas dokter lagi."Lea!" teriak Lilis saat memasuki ruangan tempat Lea diperiksa. Lilis memang telah dikabari Leon bahwa telah terjadi sesuatu kepada Lea."Saya tinggal dulu, karena masih ada pasien yang lain." Dokter meninggalkan ruangan.Lilis memeluk Lea yang diam seperti patung. Papa Leon hanya terdiam, melihat Lea hanya diam dengan tatapan kosong."Jelaska

  • Ibu untuk Anakku   Kejadian Naas

    Lea memasuki rumah mamanya, dia telah memberitahu mama bahwa dia akan mengambil beberapa pakaian. Lea tidak mau lagi tinggal sesekali bersama mamanya. Melihat mamanya melalukan hal yang tak bermoral, membuat Lea muak. Papanya belum pernah melakukan hal seperti itu dengan seorang wanita.Lea ingat pesan Leon bahwa dia harus memastikan mamanya, siap menerima kedatangannya. Agar Lea tidak menyaksikan lagi kejadian seperti waktu itu.Lea membunyikan bel, jika biasanya dia selalu membuka sendiri tanpa membunyikan bel. Sekarang Lea tidak mau main masuk saja. Lea kaget karena yang membukakan pintu adalah pria yang dia lihat bersama mamanya, Doni.Lea ingin pergi dari sana. Namun,"Oh Lea, silahkan masuk ... mamamu berpesan, jika kamu datang. Kamu disuruh tunggu. Dia hanya ke warung depan sebentar," bujuk Doni.Lea tidak menyadari jika Doni berniat jahat kepadanya. Doni sengaja menyuruh Lisda untuk membelikannya makanan yang dia inginkan dan tempat membelinya jauh dari rumah. Doni tidak senga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status