Radit kecewa melihat Riana meninggalkannya dan Nayla. Sebulan Radit tidak bertemu wanita pujaan hatinya. Dia memang memberikan jatah belanja pakaian kepada Nayla sekali sebulan. Tadinya Nayla ingin mengajak Radit ke Mall saja, namun Radit tolak dengan alasan nanti Nayla minta kemana-mana. Padahal karena Radit ingin bertemu Riana.
Radit ingin meminta nomor handphone Riana kepada gadis yang sekarang melayaninya. Hanya saja Radit gengsi. Jelas-jelas Riana telah memberitahunya bahwa dia telah menikah. Sekalipun suami Riana berselingkuh. Tapi Radit tidak mau dicap sebagai pebinor."Ini aja, atau ada tambahan yang lain, Pak?" tanya Wirda ramah. Wirda ingat jika om-om ini yang satu bulan yang lalu bertanya tentang Riana.Apa kasih tahu aja ya, kalau kak Ri belum nikah?Wirda menimbang-nimbang dengan ragu.Ah jangan deh, nanti kak Ri marah, dianggap lancang, yang ada gue dipecat."Nay. Ada lagi gak?" Radit bertanya kepada putrinya yang tengah asik dengan handphonenya."Bentar, Pa!" Nayla memperlihatkan handphonenya kepada Wirda."Yang ini masih ada nggak, kak?" tanya Nayla menunjukan gambar aksesoris dari galeri sosial media Ri Butik and Collection."Masih, sebentar ya ... Tias sini," panggil Wirda kepada Tias."Ya kak," jawab Tias begitu dekat meja kasir."Coba ambilin ini." Wirda menunjukan aksesories yang diinginkan Nayla."Oke, bentar ya dek." Tias menuju tempat aksesories tersebut dan menyerahkannya kepada Nayla."Iya ini. Ini aja tambahannya kak," sahut Nayla menyerahkan kembali kepada Wirda.Setelah membayar Radit dan Nayla meninggalkan Butik."Loe, ingat gak, om-om yang sama anaknya, pernah nanyain kak Ri udah nikah atau belum?" ucap Wirda mulai bergosip."Ingat, emang yang tadi itu ya orangnya?" tanya Tias memastikan."Iya, lumayankan? Tajir lagi," sahut Wirda."Kelihatannya om itu penyayang ... kelihatan dia manjain anaknya," balas Tias."Hmm, padahal menurut gue, si om cocok deh sama kak Ri," ujar Wirda lagi."Mungkin kak Ri, mau nyari yang lajang secara kak Ri masih single." Tias menambahkan."Bisa jadi, tapi kak Ri, sayang sama anak-anak deh. Jadi menurut gue, dia gak masalah deh sama duda beranak satu,"Tias ingin mengeluarkan suaranya. Akan tetapi Riana menuju ke arah mereka."Wir, Yas, kak Ri, besok mau pulang kampung, ayah kak Ri sakit,' ucap Riana dengan suara serak sepertinya dia habis menangis."Iya kak," jawab Wirda dan Tias serempak."Kak Ri baik-baik ajakan?" tanya Tias, sedih melihat Riana menangis."Insha Allah kak Ri, baik-baik saja ... Wir, coba carikan tiket ke kampung kak untuk besok pagi ya." Riana meminta bantuan Wirda untuk mencarikannya tiket pesawat.Tias mengambilkan minuman dan menyerahkannya kepada Riana. Riana duduk di kursi yang berada di depan meja kasir. Meminum air yang diberikan oleh Tias. Siapa tahu bisa membuatnya sedikit tenang. Wirda mencari tiket yang diinginkan Riana via aplikasi online."Kak Ri, pesawat pagi ke kampung kak nggak ada lagi, adanya sore jam enam," beritahu Wirda setelah mencari diaplikasi online."Coba cek di aplikasi lain Wir, siapa tahu ada?" pinta Riana.Wirda kembali membuka aplikasi lainnya. Akhirnya dia mendapatkan tiket pesawat dengan jadwal yang diinginkan Riana."Ada ini kak Ri, besok jam sepuluh pagi. Cuma tiketnya agak mahal dari yang lain," papar Wirda lagi."Iya nggak pa-pa, Wir. Langsung okekan aja ya," putus Riana.Wirda kemudian langsung memesan tiket tersebut."Oke kak Ri, Wirda udah kirim tiketnya ke kakak." Wirda melihatkan e-tiket tersebut yang telah dia kirim via wa kepada Riana."Terima kasih ya Wir, nanti kak Ri transfer uangnya. Kak Ri titip toko ya,""Tenang aja kak, kakak baik-baik aja di kampung ya dan semoga ayah kak Ri cepat sembuh dan Allah beri kesehatan," ujar Tias.***"Nay, buruan, nanti kita terlambat!" teriak Radit dari lantai satu rumahnya. Nayla masih di kamarnya lantai dua.Radit tinggal di perumahan elit yang dia sendiri sebagai developernya. Awal menikah dengan mama Nayla, Radit masih belum semapan sekerang usahanya. Usaha yang dirintis Radit baru sukses setelah Nayla berusia sepuluh tahun. Kemudian Radit merambah ke bisnis aksesories mobil karena dia memang suka otomotif.Istri Radit meninggal dua tahun yang lalu karena sakit maag yang kronis. Radit belum menikah lagi karena belum menemukan wanita yang menggetarkan hatinya. Sampai dia bertemu Riana sekitar empat bulan yang lalu, saat Nayla minta di temani mencari baju.Radit menjadi rajin menemani Nayla, hanya saja Riana tidak memperhatikan mereka. Menurut Radit, Riana adalah wanita mandiri dan bersifat keibuan. Karena tidak pernah melihat Riana bersama pria. Radit pikir Riana janda atau single.Nayla tahu jika Radit sering mencuri pandang Riana. Ditambah dengan tingkah aneh Radit yang setiap Nayla ingin beli baju ke butik Riana. Radit selalu menawarkan untuk mengantarnya. Dengan blak-blakan Nayla bertanya apakah papanya menyukai tante yang bekerja di butik itu? Radit menjawab jujur, makanya Nayla bertanya tentang Riana saat itu."Iya, ini udah selesai." Nayla turun ke bawah.Mereka akan menghadiri acara keluarga Radit, salah satu keponakan Radit akan bertunangan, anak dari kakak pertama Radit, di rumahnya.Radit dan Nayla sampai di rumah kakaknya. Tidak jauh dari rumah Radit hanya memerlukan waktu lima belas menit. Di sana telah ramai, baik dari keluarga Radit maupun pihak calon pria juga keluarga inti istri Radit. Hubungan mereka masih dekat sekalipun istri Radit telah meninggal."Masuk Radit, Nayla," ajak kakak Radit, Rania. Di sampingnya suami Rania, Rayhan.Mereka mengajak Radit dan Nayla makan. Acara belum dimulai. Keluarga almarhumah istri Radit juga ada di sana. Adik ipar Radit, saudara dari istrinya yang bernama Maya juga hadir.Telah menjadi rahasia umum bahwa Maya janda cerai beranak tiga mengincar Radit untuk menjadikan Radit suaminya. Namun, Radit tidak menyukai Maya, menurut Radit, Maya terlalu ambisius. Setelah obrolan basa-basi, Rayhan mulai berbicara sedikit serius kepada Radit."Kamu kapan nikah lagi, Dit?" tanya Rayhan."Biar yang muda aja dulu, mas," jawab Radit mengelak."Apa mau mas carikan?" tanya Rayhan lagi."Atau sama Maya aja. Naylakan juga akrab sama Maya," sahut Rania. Maya yang juga ada di sana tersipu malu."Maya udah saya anggap seperti adik sendiri," tolak Radit, tidak mau memberi harapan Maya. Buyar sudah lamunan Maya untuk menjadi istri Radit."Mas carikan deh, kebetulan keponakan Mas, istrinya punya kakak yang belum nikah, sudah cukup berumur, empat puluhan apa berapa gitu," urai Rayhan."Nanti deh, Mas, saya pikirkan dulu, sekarang belum siap untuk berumah tangga lagi," jawab Radit bijak.🍒🍒🍒Radit pulang dari acara pertunangan keponakannya. Radit masih memikirkan tentang pasangan untuknya. Tidak dipungkiri, dua tahun menduda Radit juga membutuhkan sosok yang dapat melayani dan memperhatikannya. Namun, menjadikan Maya, adik iparnya sebagai pengganti Naya, almarhumah istrinya adalah pilihan terakhir Radit.Radit memikirkan Riana, sayang sekali menurutnya, Riana mendapatkan suami yang berselingkuh di belakang Riana. Radit ingin memberitahu Riana tapi apa haknya. Bagi Riana, Radit hanya orang asing dan hanya pelanggan di Butik tempat dia bekerja.Radit tidak bisa tidur, keinginannya untuk menikah lagi ada. Hanya saja Radit tidak mau terburu-buru dan salah pilih. Radit memutuskan untuk sholat sunat dua rakaat. Berdo'a Allah mengabulkan keinginan egoisnya untuk bersama Riana. Namun jika Riana bukan wanita baik untuknya maka Radit meminta agar menghilangkan Riana dari pikirannya.Setelah sholat, baru Radit bisa tertidur. Bangun subuh Radit mandi dan bersiap sholat subuh di mesji
Liana menyusun pakaian untuk dibawa ke kampung. Ibu memberitahu bahwa ayah sakit. Meminta Liana pulang dan mengabarkan saudara-saudaranya yang lain.Liana menyusun pakaian sambil berlinang air mata, entah kenapa perasaannya tidak enak. Dia takut ini kali terakhir bèrtemu dengan ayah. "Udah, Li, jangan nangis terus, aku yakin ayah nggak pa-pa," ujar Andro, suami Liana menenangkan Liana."Mudah-mudahan, Mas. Baru seminggu yang lalu kita video call dengan ayah dan ayah kelihatan baik-baik saja. Sekarang ibu menyuruh kita pulang karena ayah sakit." Liana masih sibuk merapikan pakaian dan memasukannya ke dalam koper."Mas, bantu siapin anak-anak." Liana minta tolong kepada Andro."Oke, tapi kamu jangan nangis lagi ya." Andro menuju kamar anak-anak dan menyuruh mereka mandi.Liana menyerahkan pakaian yang akan dipakai anak-anak."Kita mau ke mana, Pa?" tanya putri pertama Andro, Cinta."Kita mau ke rumah Opa dan Oma," jawab Andro."Asik, Cinta suka di rumah Opa dan Oma!" teriak Cinta denga
Riana menatap ke luar jendela trans metro. Dia baru kembali dari merantau. Ini kali pertama Riana kembali ke kota kelahirannya, setelah sekian lama merantau. Sebenarnya Riana tidak ingin kembali karena dia tidak ingin bertemu dengan seseorang. Seseorang yang menghancurkan masa depan Riana. Membuatnya minder, tidak percaya diri dan trauma.Kota kelahirannya telah banyak berubah sejak terakhir dia tinggalkan. Tanah-tanah kosong telah di bangun dengan gedung-gedung tinggi dan banyak pusat perbelanjaan. Bus melewati pusat perbelanjaan. Jarak Bandara ke rumah Riana sekitar empat puluh lima menit.Riana terpaksa kembali karena ayahnya sakit dan ingin bertemu dengannya. Sejak merantau setelah tamat SMA, Riana memang tidak pernah kembali selama dua puluh satu tahun. Bisa dikatakan Riana melarikan diri.Bayang-bayang masa lalu, masih menghampirinya jika dia kembali ke kota ini. Apa lagi kembali ke rumah besar. Sekalipun sekarang rumah besar tersebut tidak diisi empat keluarga lagi, hanya kelua
Riana diajak ke ruang makan, di sana telah ada adik-adik iparnya. Suami Liana dan Giana, istri Andri dan Andre serta anak-anak mereka. Liana memiliki dua anak, perempuan dan laki-laki, Giana baru memiliki anak laki-laki. Namun, dia tengah hamil enam bulan.Sedangkan Andri telah memiliki dua anak perempuan. Andre baru menikah dua bulan dan belum memiliki anak."Uni, kenalkan ini suami Li, Mas, ini kakak Li, Riana." Liana mewakilkan saudaranya memperkenalkan keluarga mereka."Andro, Ni," jawab Andro singkat. Pria itu mengenakan baju kaos hitam dan celana hitam selutut.Liana kemudian memperkenalkan suami Giana yang bernama Aldo, istri Andri yang bernama Aura dan istri Aldo bernama Aira. Kemudian memperkenalkan anak-anak."Bunda!" teriak anak-anak, mereka memeluk Riana dan mengoceh sehingga Riana kebingungan menjawab pertanyaan mereka. Riana memang telah sering video call dengan mereka sekalipun belum pernah bertemu. Riana juga sering mengirimkan oleh-oleh kepada mereka. "Sudah-sudah,
Miriam memutuskan untuk membawa Riana ke bidan, ditemani tante Riana, Wati. "Putri Ibu telah hamil lima bulan," beritahu bidan. Alangkah shock Miriam mendengar informasi dari bidan yang menyatakan bahwa Riana hamil lima bulan. Apa yang harus mereka lakukan? Miriam berharap bidan salah melakukan pemeriksaan.Bidan juga heran, apakah sebegitu parahnya pergaulan anak zaman sekarang? Sampai diusia muda telah hamil."Apa Ibu tidak salah?" Miriam memastikan lagi."Tidak, Bu, coba Ibu pegang perut Putri Ibu ini," jelas Bidan mengarahkan tangan Miriam ke perut Riana.Miriam tahu karena dia telah memiliki lima anak. Jadi tahu betul kondisi perut orang hamil."Apa bisa digugurkan aja, Bu?" usul Wati bertanya. Kondisi Riana tidak akan mungkin buat dia menjadi seorang ibu. Dia baru berusia lima belas tahun dan masih kelas tiga SMP. Dia masih harus melanjutkan pendidikannya. Terlepas mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Riana.Riana sendiri hanya bisa pasrah. Terserah ibu dan
Perjuangan tante Wati tidak sia-sia, pihak Sekolah akhirnya mengizinkan Riana untuk mengikuti ujian kelulusan. Bersyukur Riana tetap belajar saat menunggu persalinannya karena masih berharap bisa menamatkan Sekolahnya."Ke mana saja kamu selama ini, Riana?" tanya salah satu tante tetangga yang melihat Riana pergi Sekolah."Dari luar kota, Tante," jawab Riana."Habis melahirkan kamukan?" tuduh tante itu lagi. Riana hanya diam."Mana anak harammu itu? Diumpetin di mana? Nggak malu kamu pergi Sekolah setelah buat malu di kampung ini? Makanya jangan jadi murahan, kecil-kecil hamil di luar nikah," hardik tante lainnya. Riana tidak bisa membela dirinya. Pandangan masyarakat pasti tetap wanita yang akan dipersalahkan, mau korban pemerkosaan atau bukan. Tetap wanita yang menanggung malu."Riana, pamit tante." Tanpa menjawab pertanyaan dari tante tersebut.Gunjingan tersebut terus Riana terima sampai dia lulus sekolah dan lanjut SMA. Gunjingan dari tetangga itu membuat Riana dan keluarganya mi
Masa sekarang"Apa Uni, akan memenuhi permintaan ayah?" tanya Liana hati-hati takut menyinggung perasaan Riana."Sebenarnya Uni belum siap." Riana menyapu air mata yang tiba-tiba mengalir di pipinya.Liana dan Giana memeluk Riana untuk menguatkannya. Kedua adiknya tidak tahu siapa orang yang telah memperkosa Riana saat dia SMP. Liana dan Giana memang mengetahui jika Riana memiliki anak dan diadopsi oleh paman dan tantenya di luar kota.Liana dan Giana juga mengetahui dari cerita Riana bahwa dia pernah dekat dengan seorang pria. Dan patah hati serta kekecewaan Riana karena tetangga mereka membeberkan aib Riana sebelum Riana jujur kepada si pria. Malahan Ami, tetangga itu telah menikah dengan mantan Riana. Mereka masih tinggal di kota B. Namun, tidak pernah bertemu lagi. Mereka menjalani hidup masing-masing."Kalian tahu, Uni telah pernah mencoba membuka hati dan menekan trauma, namun Allah belum mengizinkan, apakah ada pria yang mau menerima masa lalu Uni?" isak Riana, menyeka air mata
"Pak Raditya, ada?" tanya Rayhan, kakak ipar Radit. Dia sekarang di kantor Radit. Ingin membahas tentang perjodohan kakak ipar keponakannya dengan Radit secara serius. Keponakannya telah sering menanyakan kepada Rayhan. Reyhan merasa tidak enak, makanya dia ke kantor Radit untuk bertanya, jika memang Radit tidak bersedia. Rayhan akan langsung memberikan informasi kepada keponakannya."Ada, Pak, dengan Bapak siapa?" tanya gadis yang bekerja di kantor Radit."Saya Rayhan, kakak iparnya pak Radit," beritahu Rayhan."Sebentar ya, Pak, pak Raditnya masih ada tamu, silahkan tunggu saja dulu, Pak," ucap gadis itu lagi, sambil menunjuk kursi yang ada di kantor Radit yang memang di khususkan bagi tamu-tamu yang menunggu.Gadis tersebut meninggalkan Rayhan dan naik ke lantai dua. Kantor Radit hanya Ruko tiga pintu dengan tiga lantai. Lantai tiga tempat meeting. Ruangan Radit dan administrasi ada di lantai dua. Lantai satu bagian pelayanan. Radit juga memiliki bagian sales dan marketing yang aka