Share

Nasehat Ustadz

Radit pulang dari acara pertunangan keponakannya. Radit masih memikirkan tentang pasangan untuknya. Tidak dipungkiri, dua tahun menduda Radit juga membutuhkan sosok yang dapat melayani dan memperhatikannya. Namun, menjadikan Maya, adik iparnya sebagai pengganti Naya, almarhumah istrinya adalah pilihan terakhir Radit.

Radit memikirkan Riana, sayang sekali menurutnya, Riana mendapatkan suami yang berselingkuh di belakang Riana. Radit ingin memberitahu Riana tapi apa haknya. Bagi Riana, Radit hanya orang asing dan hanya pelanggan di Butik tempat dia bekerja.

Radit tidak bisa tidur, keinginannya untuk menikah lagi ada. Hanya saja Radit tidak mau terburu-buru dan salah pilih. Radit memutuskan untuk sholat sunat dua rakaat. Berdo'a Allah mengabulkan keinginan egoisnya untuk bersama Riana. Namun jika Riana bukan wanita baik untuknya maka Radit meminta agar menghilangkan Riana dari pikirannya.

Setelah sholat, baru Radit bisa tertidur. Bangun subuh Radit mandi dan bersiap sholat subuh di mesjid. Kebiasaan Radit untuk setiap hari sholat berjamaah.

Selesai sholat Radit berbincang dengan ustadz yang menjadi imam sholat subuh tadi.

"Maaf ustadz, apakah boleh saya bertanya?" ujar Radit saat ustadz beranjak dari duduknya setelah berdo'a.

"Silahkan pak Radit," jawab ustadz, dia kembali duduk. Ustadz memang mengenal Radit karena sering ikut dalam sholat dan kegiatan mesjid lainnya.

Raditpun menjadi donatur tetap di mesjid perumahannya.

"Sebenarnya ... saya malu menceritakannya, pak Ustadz." Radit menjeda ucapannya.

"Tidak usah malu, Pak, jika saya bisa bantu, insha Allah, saya bantu," sahut Ustadz menenangkan Radit.

"Begini pak Ustadz, saya ada menyukai seorang wanita, berniat menikahinya," jelas Radit.

"Alhamdulillah, dilanjutkan saja pak, insha Allah, niat baik Bapak, bisa terlaksana," balas Ustadz.

"Hanya saja wanita tersebut telah memiliki suami pak Ustadz," beber Radit.

"Astaghfirullah," ucap Ustadz memotong pembicaraan Radit.

"Sebaiknya, pak Radit lupakan niat bapak tersebut," saran Ustadz lagi.

"Tapi suami wanita itu berselingkuh, Pak." Radit mencoba membela dirinya, agar Ustadz mendukungnya.

"Bagaimanapun rumah tangga mereka, sebaiknya pak Radit jangan menjadi orang ketiga." Nasehat Ustadz.

"Jadi apa yang harus saya lakukan pak Ustadz?" tanya Radit memelas.

"Jika keinginan untuk menikah, pak Radit, sudah sangat menggebu, sebaiknya minta dicarikan calon istri, mungkin bisa melalui keluarga atau teman, saya juga akan coba bantu mencarikan, mungkin kenalan saya memiliki calon yang sesuai kriteria pak Radit ... untuk sementara waktu berpuasalah, Pak dan banyak sholat sunat terutama sholat sunat istiqaroh, agar hajat pak Radit diberkahi Allah." Nasehat ustadz panjang.

"Terima kasih, Pak. Akan saya coba menjalankannya."

Radit pamit kembali ke rumahnya.

"Nay, ayo bangun, sholat subuh dulu." Radit mengetuk kamar Nayla untuk membangunkannya.

"Bentar lagi, Pa, masih ngantuk," sahut Nayla dari dalam kamar.

"Nanti waktu subuh habis, Nak. Ayo bangun." Radit kembali membujuk putri semata wayangnya. Diam, Nayla tidak menjawab, apa anak itu tidur lagi, pikir Radit.

"Nayla, bangun, atau papa nggak ngantarin kamu ke Sekolah? Jalan kaki aja!" ancam Radit, mengetuk pintu kamar Nayla lebih kencang lagi.

"Iya ... iya ... Nay bangun nih!" sahut Nayla dari dalam. Dia melangkahkan kaki turun dari ranjang. Duduk sejenak, kemudian menuju kamar mandi.

Radit ke dapur menyiapkan sarapan untuk mereka. Orang yang membantu Radit untuk bersih-bersih rumah datang jam 7 pagi. Dia hanya membersihkan rumah, untuk makan Radit beli, kecuali sarapan, memang selalu diusahakan Radit untuk memasaknya.

Setiap hari Radit selalu menyempatkan diri untuk mengantar jemput Nayla. Nayla kelas sepuluh.

Radit selesai memasak nasi goreng untuk sarapan mereka. Mengaturnya di meja makan yang seperti mini bar. Dia kemudian kembali ke kamar dan bersiap-siap ke kantor. Hari ini rencana Radit akan melihat proses pembangunan perumahan baru yang sebulan lalu telah mulai dikerjakan oleh timnya.

Radit kembali ke dapur untuk sarapan. Nayla juga turun dan duduk di meja makan.

"Nasi goreng lagi? Nayla bosan, Pa, hampir tiap hari nasi goreng," sungut Nayla tidak semangat dengan sarapannya.

"Papa, cuma bisa buat itu, gantian dong, sesekali kamu yang masak," balas Radit.

"Nayla, nggak bisa masak, Pa," sewot Nayla, kenapa juga harus dia yang masak.

"Belajar dong, buka youtube buat belajar," usul Radit sambil memakan nasi gorengnya.

"Nggak mau, udah Papa, cepatan nikah aja, biar ada yang masak," kesal Nayla.

"Emang Papa nyari istri, cuma buat masak, kasihan banget yang jadi istri Papa," adu Radit sambil tertawa.

"Ya, pokoknya gimana gitu, supaya Nayla punya Mama,"

"Kamu mau tante Maya jadi mamamu?" pancing Radit.

"Jangan, jangan tante Maya deh Pa, Nayla kurang suka, apa lagi sama anak-anak tante Maya, Nay nggak cocok sama mereka, yang ada nanti kami bertengkar terus," rungut Nayla.

"Tapi, nenekmu, maunya tante Maya yang jadi istri Papa," beritahu Radit.

"Cari yang lain aja deh, Pa," tolak Nayla. Walaupun Maya selalu berbuat baik untuk Nayla, namun Nayla merasa itu hanya sandiwara.

"Emang kamu, nggak pa-pa? Jika Papa nikah lagi?" tanya Radit.

"Gak pa-pa sih, yang penting baik, jangan cuma mau sama Papa aja, sama Nayla enggak," sindir Nayla.

"Ya, kamu bantu do'a dong, biar kamu dapat mama baik dan Papa dapat istri baik, sesuai keinginan kita masing-masing," lanjut Radit.

"Iya, nanti Nay bantu do'a deh. Sebenarnya Nay cocok sih sama tante Riana yang kerja di butik, tapi sayang udah nikah," ucap Nayla lesu.

"Papa juga merasa cocok sih sama dia." Radit menarik nafas, begitupun Nayla.

"Ayo berangkat, nanti ke siangan, besok Papa nggak usah masak buat sarapan, kita makan di warung sarapan aja, tapi kamu bangun cepat," tutur Radit.

"Siap, Bos," balas Nayla. Sambil meletakan tangan di kening, seperti tanda hormat saat upacara.

***

Radit menuju kantornya. Dia memeriksa beberapa laporan sebelum meninjau proyek pembangunan perumahan baru yang sedang dikerjakannya.

"Ini pak, laporan yang bapak minta," ucap Randu, asistennya.

"Saya periksa dulu, untuk persiapan ke lokasi proyek udah Ran?" tanya Radit.

"Udah, Pak, tinggal berangkat saja kita," jawab Randu.

"Oke, kamu tunggu sebentar, saya periksa ini dulu." Radit kemudian memeriksanya. Setelah dirasa benar, Radit mengajak Randu untuk ke lokasi proyek.

Sesampai di lokasi, Handoko telah menunggu di sana.

"Akhirnya pak Radit datang juga," ucap Handoko memulai pembicaraan.

"Sayakan sudah janji, Pak," jawab Radit.

Handoko menunjukan site plan perumahan yang dia letakan di meja yang ada di lokasi tersebut. Alat-alat berat telah bekerja mendatarkan tanah sebagai tanah timbun, sebelum di bangun. Satu bulan ini mereka hanya sibuk menimbun dan mengukur lahan yang akan dijadikan perumahan. Handoko sebagai kontraktor yang ditunjuk Radit. Handoko telah membuatkan site plan dan design rumahnya.

🍒🍒🍒

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status