Share

Salah Paham

Author: Lady MerMaD
last update Last Updated: 2023-02-22 11:48:04

Radit keluar dari sebuah Restoran private bersama rekan bisnisnya di pusat perbelanjaan kota tersebut. Kebetulan restorannya berada di samping D'cost Restoran dan Cafe. Tidak sengaja Radit melihat Riana bersama pria dan seorang anak perempuan berusia SMP. Riana sedang membersihkan pakaian si gadis karena seperti menumpahi makanannya. 

Si pria membantu mengambilkan tissu dan memberikannya kepada Riana. Radit melihat mereka bahagia. Radit menelan kekecewaannya. 

Itu pasti suami dan anaknya?

"Kenapa berhenti pak Radit?" tanya rekan bisnisnya. Membuyarkan lamunan Radit yang memandang Riana dengan kecewa.

"Oh, maaf, saya seperti melihat orang yang saya kenal," ujar Radit. Radit kemudian mengajak rekan bisnisnya untuk pergi dari sana. Lama-lama melihat Riana dan suaminya, membuat Radit menjadi cemburu.

Setelah Radit pergi, Meri datang.

"Apa yang terjadi, Bang?" tanya Meri melihat baju putrinya kotor.

"Jihan, menumpahkan makanannya. Tapi Riana telah membantu membersihkannya," jawab suami Meri.

"Ayo, kita sudah selesai," ajak Riana, supaya mereka keluar dari Restoran. Riana tidak bisa meninggalkan butik terlalu lama. Siapa tahu Wirda dan Tyas membutuhkannya.

"Bentar Ri, gue mau bawa Jihan ke toilet dulu, buat bersihin bajunya," sela Meri.

"Biar gue aja, loe tunggu di sini aja, ayo Jihan, Tante antar ke toilet." Riana sengaja menawarkan diri karena tidak nyaman jika hanya berdua dengan suami Meri. Aneh saja dia hanya berdua dengan seorang pria, suami teman pula lagi. Riana takut menjadi bahan gunjingan.

Riana membawa Jihan ke toilet meninggalkan Meri dan suaminya.

Setelah Riana pergi, Radit kembali lagi, dia melirik kembali ke tempat Riana. Namun, dia tidak melihat Riana dan anaknya. Hanya suami Riana dengan wanita lain. Mereka kelihatan begitu mesra, si pria merapikan rambut wanita tersebut. Hal itu tentu saja membuat Radit curiga.

Apakah suami Riana berselingkuh?

"Kok berhenti di sini lagi pak?" tanya rekan bisnis Radit.

"Nggak pa-pa, bentar saya aja yang kembali ke dalam Restoran." Radit ketinggalan kunci mobilnya, sehingga dia menjemputnya. Tadi Radit meminta rekannya untuk menunggu saja di parkiran, namun dia tetap ikut.

Setelah mendapatkan kunci mobil yang kebetulan di selamatkan oleh pelayan Restoran tersebut. Mereka kembali menuju parkiran.

Radit tidak berhenti memikirkan tentang Riana. Radit merasa kasihan, dan kesal, wanita yang disukainya, mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari suaminya. Dan tidak habis pikir, suami Riana berani sekali berjumpa dengan selingkuhannya saat dia bersama Riana dan anaknya?

Sementara Riana kembali ke Restoran bersama Jihan dengan pakaian Jihan yang cukup bersih.

Mereka kemudian berpisah. Riana kembali ke butik. Namun, sebelumnya dia membeli cemilan buat Wirda dan Tias.

***

Radit masih memikirkan apa yang barusan dilihatnya. Radit jadi tidak konsentrasi saat berbicara dengan rekan bisnisnya.

"Pak Radit, nggak pa-pa?" tanya Handoko, rekan bisnisnya. Mereka akan meninjau lokasi perumahan terbaru yang akan dibangun. 

Radit adalah salah satu developer perumahan, selain itu Radit juga masih memiliki usaha lain yaitu bengkel aksesories mobil.

"Eh. Kenapa?" tanya Radit bingung.

"Pak Radit, seperti tidak konsentrasi saat kita berbicara," jawab Handoko. Melihat ke arah Radit yang menyetir.

"Maaf. Pikiran saya ... hanya sedikit teralihkan," jawab Radit. 

Ya, tentu saja pikiran Radit teralihkan oleh wanita pujaan hatinya.

"Apa ada masalah pak?" tanya Handoko lagi. Handoko pria berusia empat puluh lima tahun. Telah lama menjalin kerja sama dengan Radit.

"Bukan apa-apa pak. Hanya memikirkan putri saya saja," elak Radit.

Tidak mungkin dia menceritakan bahwa dia menyukai istri orang?

"Gadis remaja sekarang memang susah kita pahami, Pak, sebaiknya pak Radit, mencarikan mama baru buat dia. Lumayan bisa bantu menjaganya. Apalagi anak perempuan pasti memerlukan sosok ibu untuk menceritakan apa yang terjadi padanya," rayu Handoko.

"Bapak benar, hanya saja saya belum menemukan yang cocok." Dan mengetarkan hati, batin Radit. 

Karena wanita yang dia inginkan telah menikah. Radit berharap Riana adalah janda karena tidak mungkin wanita secantik Riana belum menikah.

"Baiknya minta dicarikan saja Pak, sama keluarga, nunggu yang cocok mah kelamaan," usul Handoko.

Radit membelokan mobil menuju kantornya. Kantor Radit sendiri telah mulai kelihatan di ujung jalan.

***

Satu bulan telah berlalu sejak kunjungan terakhir Radit dan Nayla ke Butik Riana.

Riana seperti biasa duduk di meja kasir. Sambil membuat laporan keuangan butiknya. Juga mengupdate foto gamis, hijab dan aksesories hijab terbaru di toko online dan sosmed butiknya.

Riana memang tidak hanya menjual secara offline namun juga online. Kadang gantian antara Wirda dan Tias yang mempromosikannya. Untuk promosi secara live, biasanya hanya Wirda dan Tyas karena Riana tidak percaya diri berceloteh secara langsung. Riana hanya bisa memposting dan menjadi fotografer saja.

Radit dan Nayla memasuki Butik. Seperti biasa Radit langsung menyunggingkan senyum sekilas saat melihat Riana.

"Hi tante cantik," sapa Nayla. Menurut Riana dia adalah gadis yang ramah. Riana tidak pernah memperhatikan pelanggan yang datang, namun sejak Nayla menyapanya, Riana jadi mengingat mereka.

"Hi juga gadis cantik." Riana balas menyapa Nayla. Riana melihat sekilas kepada Radit dan tersenyum.

"Ada koleksi terbaru, tante?" tanya Nayla lagi antusias. Tadinya Nayla ingin ke butik yang lain, namun papanya bilang lebih baik ke sini. Bilang aja Radit kangen pengen lihat Riana.

"Ada, baru saja datang kemarin." Riana mengajak Nayla mengikutinya. Radit hanya mengekori mereka dari belakang.

"Papa, kalau mau duduk silahkan aja, nggak usah ikutin Nayla, tante ada kursi buat papa duduk? Takut papa bosan nungguin Nayla milih. Soalnya papa suka cemberut kalau temani Nayla belanja," celoteh Nayla.

"Ada, mari saya antar, Pak!" ajak Riana.

"Nggak usah, saya temani Nayla aja," jawab Radit karena dia ingin memandang Riana. Astaghfirullah Radit, itu istri orang, batin Radit beristighfar.

Akhirnya Radit mengikuti ke mana Riana dan Nayla pergi. Riana menunjukan koleksi terbarunya. 

"Pa, mau ini ya?" tanya Nayla. Radit hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.

Nayla lanjut memilih yang lain atas rekomendasi dari Riana.

"Pa, ini juga ya?" tanya Nayla lagi. Menunjukan gamis floral dengan warna pastel.

"Iya," jawab Radit singkat.

Sepertinya Radit sangat memanjakan Nayla. Saat akan membayar, Riana dipanggil Wirda.

"Kak Ri, handphonenya bunyi terus tu, siapa tahu penting," beritahu Wirda. Apakah butik ini punya Riana? Batin Radit.

"Maaf, Pak, bayarnya sama adik saya saja ya. Wir, bantu, Bapaknya, ya," ucap Riana. Wirda menyerahkan handphone Riana.

Riana menjauh dari sana, dia menuju ke lantai dua untuk menerima telepon tersebut.

"Halo, Li, ada apa? Tadi Uni, sedang melayani pelanggan," jawab Riana

"Ni, ayah sakit, Uni harus pulang. Ayah nanyain Uni terus," ucap wanita yang dipanggil Li oleh Riana.

"Uni--." Riana ragu

🍒🍒🍒

Note 

Uni = Kakak ( panggilan kakak dalam bahasa minang )

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu untuk Anakku   Resepsi ( end )

    Hari pernikahan Riana dan Radit akhirnya tiba. Riana baru mengetahui kabar tentang kejadian yang menimpa Lea dan Lisda. Lea saat ini masih belum mau bicara, sekalipun kondisinya secara fisik telah sembuh. Namun, traumanya belum hilang. Lea beraktifitas hanya melakukan yang wajib saja. Akan tetapi, dia tetap saja tidak bicara.Lilis berkali-kali datang dan meminta maaf kepada keluarga Riana. Bahkan dia berharap Riana mau menerima putranya kembali untuk melanjutkan rencana pernikahan. Lilis tidak tega melihat putranya yang sedikit frustasi. Namun, sayang Riana telah menikah meskipun secara siri. Lilis dan Leon pun diundang ke pesta pernikahan Riana.Rumah Riana telah di dekorasi oleh wedding organizer, sedangkan untuk jasa katering, Miriam lebih suka dibantu tetangga. Riana telah memberitahu Miriam agar memakai jasa katering saja karena tidak ingin Miriam dan keluarganya terlalu kecapekan. Miriam menolak karena lebih enak masakan mereka sendiri. Alasan lainnya adalah agar para tetangga

  • Ibu untuk Anakku   Persiapan Ke Padang

    Sesuai rencana, Riana, Radit dan keluarga kembali ke kota Batam. Riana juga malahan telah menstransfer uang yang diserahkan Radit kepada Miriam.Radit mengantar Riana ke butik, untuk mengambil pakaiannya."Selamat datang!" teriak Wirda, dia pikir pelanggan yang datang."Kak Ri!" Tyas langsung berlari dan memeluk Riana, saat mengetahui bahwa yang datang adalah Riana.Wirda baru sadar jika yang datang adalah Riana, langsung berlari menghampiri Riana dan memeluknya juga."Kak Ri, liburnya lama banget, kami ikut sedih ya kak, atas meninggalnya ayah kak Ri," cecar Wirda masih memeluk Riana."Tidak apa-apa, semua sudah Allah atur," ucap Riana bijak."Oleh-oleh mana, kak?" tanya Tyas."Ada, sebentar." Radit dan Nayla masuk ke dalam butik membawa kantong oleh-oleh."Wah, ada Nayla dan papanya. Nayla mau nyari gamis ya?" terka Wirda."Enggak, kak, Nay, cuma nemanin Papa," jawab Nayla. Dia meletakan kantong oleh-oleh diatas meja kasir."Emang, papa Nayla, mau nyari gamis?" heran Wirda."Wah, P

  • Ibu untuk Anakku   Menikah Siri

    Besoknya Riana dan Radit menikah secara siri. Teman Andri yang penghulu menikahkan mereka. Pernikahan dilakukan sehabis magrib menyesuaikan jadwal dengan teman Andri. Akhirnya mereka sah menjadi suami istri.Keluarga Riana tetap menjamu mereka, seperti syukuran atas pernikahan Radit dan Riana. Selesai makan penghulu dan saksi pulang. Tersisa di rumah tersebut keluarga kedua mempelai saja."Radit, mau tidur di sini?" tawar Wati."Nggak usah, Tante, saya di hotel saja " Radit ingin menyentuh Riana saat dia telah memberikan pernikahan yang layak kepada Riana."Sebaiknya, Riana yang ikut kamu. Sebagai istri dia harus mengikuti kemana kamu pergi," sela Miriam."Wat, suruh Riana siap-siap saja, biar ikut sama suaminya." Miriam memerintahkan Wati. Wati segera menuju kamar Riana. Riana telah mengganti kebayanya dengan gamis santai.Riana keluar bersama Wati dengan membawa tas kecil yang berisi pakaian ganti.***Radit membawa Riana masuk ke kamar hotelnya."Kamu mau mandi?" tanya Radit. Dia b

  • Ibu untuk Anakku   Lamaran

    "Gimana kata ibu Riana, Ma?" cecar Radit tidak sabar."Mereka tidak menargetkan, maharnya apa? yang penting semampu kita ... kamu mau seperti apa?" Rosma mengembalikannya kepada Radit. "Maksud Mama?" Radit sedikit bingung, padahal ini bukan pernikahan pertamanya."Kamu mau menikahnya kapan dan di mana?" tanya Rosma."Sebaiknya pas acara lamaran saja kita tanyakan kembali. Sekarang kita fokus membawa hantaran saja," saran Rania."Ya, begitu lebih baik, besok jam sepuluh kita mencari persiapan untuk seserahan," putus Rosma.Mereka mengakhiri rapat kecil. Radit, Rania dan Rayhan kembali ke kamar masing-masing.***Keluarga Radit telah membeli hantaran untuk dibawa ke rumah Riana. Selesai sholat isya mereka bersiap-siap menuju ke rumah Riana.Keluarga Riana telah menunggu dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan keluarga Radit.Proses acara lamaranpun di mulai. Mereka berunding segala persiapan untuk menikah."Untuk tanggal pernikahan dari keluarga mas Radit, ingin tan

  • Ibu untuk Anakku   Rencana Lamaran

    Polisi datang dan mengamankan TKP. Ambulance juga datang dan membawa jenazah Doni. Lea juga dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Lea sepertinya mengalami trauma. Lisda dibawa polisi ke kantor polisi dan dijadikan tersangka pembunuh Doni.Leon menunggui Lea yang sedang diperiksa oleh dokter. "Bersyukur, Lea tidak diperkosa, hasil visum hanya mendapatkan kekerasan fisik. Sepertinya Lea melawan dengan sekuat tenaga, sehingga dia mendapat beberapa memar di pipi dan bekas cekikan." Dokter yang menangani Lea memberitahu Leon."Lalu kenapa dia hanya diam?" heran Leon."Sepertinya Lea mengalami goncangan hebat, membuat dia trauma," jelas dokter lagi."Lea!" teriak Lilis saat memasuki ruangan tempat Lea diperiksa. Lilis memang telah dikabari Leon bahwa telah terjadi sesuatu kepada Lea."Saya tinggal dulu, karena masih ada pasien yang lain." Dokter meninggalkan ruangan.Lilis memeluk Lea yang diam seperti patung. Papa Leon hanya terdiam, melihat Lea hanya diam dengan tatapan kosong."Jelaska

  • Ibu untuk Anakku   Kejadian Naas

    Lea memasuki rumah mamanya, dia telah memberitahu mama bahwa dia akan mengambil beberapa pakaian. Lea tidak mau lagi tinggal sesekali bersama mamanya. Melihat mamanya melalukan hal yang tak bermoral, membuat Lea muak. Papanya belum pernah melakukan hal seperti itu dengan seorang wanita.Lea ingat pesan Leon bahwa dia harus memastikan mamanya, siap menerima kedatangannya. Agar Lea tidak menyaksikan lagi kejadian seperti waktu itu.Lea membunyikan bel, jika biasanya dia selalu membuka sendiri tanpa membunyikan bel. Sekarang Lea tidak mau main masuk saja. Lea kaget karena yang membukakan pintu adalah pria yang dia lihat bersama mamanya, Doni.Lea ingin pergi dari sana. Namun,"Oh Lea, silahkan masuk ... mamamu berpesan, jika kamu datang. Kamu disuruh tunggu. Dia hanya ke warung depan sebentar," bujuk Doni.Lea tidak menyadari jika Doni berniat jahat kepadanya. Doni sengaja menyuruh Lisda untuk membelikannya makanan yang dia inginkan dan tempat membelinya jauh dari rumah. Doni tidak senga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status