Share

Bab 2 Tawaran Diterima

Author: Manila Z
last update Last Updated: 2025-06-16 12:54:38

Anita merasa gelisah di dalam kamarnya. Dia berharap bisa mengambil alih perusahaan yang seharusnya menjadi miliknya yang kini dipegang oleh sang ibu tiri.

Tapi bagaimana? Pria paruh baya itu masih belum menghubunginya sampai sekarang.

"Sial," umpat Anita mengingat kembali semua yang sudah terjadi. 

Haruskah ia menyewa orang lain saja? Tapi ke mana ia harus mencari?

"Anita!" 

Suara melengking yang familiar itu membuat Anita menghela napas panjang.

Ia keluar dari kamarnya dengan perasaan tak menentu. "Kenapa?" tanyanya, malas berbasa-basi.

"Kamu tidak malu ya?! Sekarang perusahaan sudah ada di tangan ibuku, begitu pun dengan rumah ini. Kamu sebaiknya pergi dari sini!" usir Hana—saudari tiri Anita.

Anita mendengus mendengarnya. "Dengar ya, Hana. Ini semuanya milik keluargaku, kamu tidak bisa mengambilnya, termasuk ibumu," katanya dengan nada tajam.

Tapi Hana tidak terlihat takut sama sekali. Ia malah tersenyum mencemooh. "Kamu sudah tidak punya siapapun lagi, Anita. Pertunanganmu dengan keluarga Sanjaya juga sudah dibatalkan satu tahun lalu, dan aku yang menggantikan kamu bertunangan dengan keluarga Sanjaya."

Anita memutar bola mata jengah. "Aku tidak peduli, Hana. Lebih baik kamu jangan ganggu aku," usirnya, benar-benar malas meladeni saudari tirinya itu.

"Cih, masih saja sombong! Lihat saja nanti setelah aku bertunangan dengan keluarga Sanjaya, kamu tidak akan bisa berkutik lagi!" pekik Hana.

"Terserah!"

Anita kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dia tidak bisa diam saja di sini, apalagi melihat saudara tirinya akan bertunangan dengan keluarga Sanjaya.

Suara ponselnya berdering membuat Anita tersentak dari lamunan. Ia mengambil benda pipih itu dan menjawab panggilan dari nomor asing.

"Halo?" sapa Anita ragu-ragu.

"Saya Anwar," kata suara dari seberang.

Kelegaan melingkupi Anita seketika. Akhirnya! Akhirnya pria itu menghubunginya di saat yang tepat. 

"Bagaimana, Pak Anwar? Apa anak Anda mau menikah dengan saya?" tanya Anita tanpa basa-basi.

"Dia sudah setuju," ujar Anwar.

Anita langsung tersenyum lega. "Bagus kalau begitu. Bisakah Anda urus semuanya? Termasuk surat nikahnya. Aku akan datang ke rumah sakit besok dan memberikan uangnya."

"Baik," ujar Anwar tanpa penolakan.

Anita menutup panggilan. Dengan begini, dia bisa melakukan rencana selanjutnya. 

Dia akan bangkit dan mengambil semua hak miliknya!

***

Keesokan harinya, Anita sudah siap dengan semua dokumen pribadi untuk syarat dia menikah dengan laki-laki itu. Namun, Anita sendiri tidak bertanya siapa nama laki-laki yang akan menikah dengannya.

Anita mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Sampai tak lama kemudian dia sudah tiba di rumah sakit.

"Senang bertemu dengan Anda kembali," sambut Anwar.

"Bagaimana dengan semua dokumen nikahnya, apa sudah diurus?" tanya Anita.

"Sudah semuanya, sekarang bisa temui dia," kata Anwar.

Anita hanya mengangguk, dia lantas berjalan masuk ke dalam ruangan di mana laki-laki itu berbaring.

"Hai, aku Anita. Sebentar lagi kamu akan menjadi suamiku," kata Anita. Ia sebenarnya tidak pandai basa-basi. Tapi bagaimanapun, ia akan berusaha untuk sedikit lebih dekat dengan calon suaminya ini.

Anita tidak menyangka laki-laki itu mendadak bangun dan duduk. Itu membuat Anita terkejut dan takut.

"Eh, ka-kamu bisa bangun?" tanya Anita, terlihat ngeri.

"Ya." 

Suara berat dan dalam pria itu membuat Anita bergidik. Namun, ia benar-benar penasaran dengan rupa pria ini. Sayang sekali, dia tidak bisa melihat wajahnya.

Tetapi, Anita tidak memusingkan hal itu. Yang penting sekarang ia bisa melanjutkan rencananya. 

"Kita bisa berfoto untuk dokumen pernikahannya, bukan?" 

Pria itu hanya mengangguk. 

"Aku sudah menyiapkan ini di kantor KUA, besok kalian bisa ke kantor untuk menikah. Aku akan menjadi saksi," kata Anwar.

"Dia sudah bisa bergerak?" tanya Anita sambil melirik ke arah Morgan.

"Aku akan membawa dia pake kursi roda dan kalian bisa melakukan ijab-kabul di sana," jelas Anwar.

"Baiklah, lakukan saja dengan cepat," kata Anita yang memang tidak mau menunggu lama. Dia harus segera punya suami.

Anwar mengambil kartu identitas milik Anita dan juga majikannya. Setelah dokumen tersebut diselesaikan dengan baik, besok mereka akan melakukan ijab kabul untuk pernikahan.

"Kalau begitu saya akan memproses semuanya. Permisi dulu, kalian boleh berbicara berdua." Anwar mengatakan itu dan keluar dari ruangan.

Kini hanya tinggal Anita dan laki-laki itu. Anita menoleh ke arah laki-laki yang dibungkus oleh perban tersebut.

"Kamu sudah tahu tentang pernikahan ini, ‘kan? Maksudku, aku hanya ingin menikah karena butuh status saja. Sebagai gantinya, aku akan membiayai kamu dan operasi kamu keluar negeri," jelas Anita.

"Namaku Morgan,” kata pria itu. “Terima kasih karena sudah mau membantuku. Meski hanya sebatas status, tapi aku harap kamu tidak menganggap pernikahan ini mainan." 

Suara Morgan terdengar tenang ketika mengatakan itu, tapi entah mengapa Anita menangkap nada sinis pada suaranya.

"Tidak masalah,” balas Anita kemudian. “Asal kamu tidak menggangguku. Semuanya bisa berjalan dengan baik." 

Diam-diam, Morgan tersenyum miring. Ia lantas mengangguk. "Aku akan berada di luar negeri selama dua tahun. Setelah menyelesaikan semua pengobatanku, aku akan kembali ke sini," ujarnya.

Sebenarnya bagi Anita, itu tidak terlalu penting. Lagipula yang dia butuhkan hanya status pernikahan saja.

"Kamu mau pergi berapa lama pun aku tidak masalah. Selama kamu masih berstatus suamiku, maka semuanya aman," kata Anita tidak ambil pusing.

Morgan tampak terdiam beberapa saat, sebelum ia menatap Anita tepat di manik matanya. 

"Aku pasti akan membalas kebaikanmu suatu saat nanti, Anita."

Anita memperhatikan sorot pria itu yang penuh tekad. Walaupun tidak bisa melihat wajah calon suaminya, tetapi dia merasa kalau dia adalah laki-laki itu yang baik.

"Ini cek uang yang kamu minta," kata Anita kemudian.

Morgan menerimanya sambil tersenyum dengan penuh arti. "Terima kasih. Nanti dokumen pernikahannya akan diberikan oleh Anwar."

"Anwar?" ulang Anita menaikan sebelah alisnya.

"Maksudku, ayahku," ralat Morgan. Astaga, hampir saja ia ketahuan kalau Anwar sebenarnya adalah bawahannya, yang sudah bekerja lama dengan keluarganya.

Raut Anita tampak berpikir, tapi ia memutuskan untuk tidak memperpanjang. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."

Sebenarnya, Anita sedikit curiga dengan sosok Morgan. Tetapi saat ini yang terpenting baginya adalah surat nikah itu. Dia butuh bukti itu untuk bekerja di perusahaan ayahnya dan mengambil semua hak miliknya. 

Jadi, siapa Morgan sebenarnya … akan ia pikirkan nanti.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitas Tersembunyi Suami Kontrakku   Bab 9 Kepulangan Morgan Ke Indonesia

    Langit sore Jakarta tampak mendung, seakan ikut menahan napas menyambut kedatangan seseorang dari masa lalu. Di terminal kedatangan Bandara Soekarno-Hatta, seorang pria dengan postur tegap, mengenakan jas hitam yang sederhana namun berkelas, keluar dari pintu imigrasi. Matanya tajam menatap ke sekeliling, mencari sosok yang sudah lama tidak ia lihat.Morgan akhirnya kembali. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa kabar, kini dia berdiri di tanah kelahirannya, membawa segudang luka dan dendam yang belum selesai.Seseorang sudah menunggunya di depan bandara—seorang pria berusia sekitar 60-an, berpakaian sopan, berdiri di samping mobil hitam yang tak mencolok. Ketika Morgan mendekat, pria itu membungkuk sedikit dan membukakan pintu mobil."Selamat datang kembali, Tuan Muda," ucapnya hangat.Morgan memasuki mobil tanpa membalas senyuman itu. Mobil pun mulai melaju perlahan menjauh dari bandara."Jangan panggil aku Tuan Muda," ucap Morgan datar, namun penuh tekanan. "Panggil aku Morgan sa

  • Identitas Tersembunyi Suami Kontrakku   Bab 8 Menanti Kepulangan Morgan.

    RUMAH HARTANTO – MALAM HARIDi ruang tengah yang remang-remang hanya diterangi cahaya lampu meja, Anita duduk di depan laptopnya. Cangkir kopi yang sudah mendingin diletakkan di samping tumpukan dokumen. Matanya lelah, namun pikirannya masih dipaksa tetap terjaga. Tugas kantor menumpuk tanpa ampun.Suasana tenang itu mendadak pecah oleh suara langkah kaki yang terburu-buru."Anita."Suara itu terdengar datar namun penuh maksud. Anita mengangkat wajahnya, menoleh dengan enggan ke arah sumber suara. Hana berdiri di ambang pintu, dengan senyum licik mengembang di bibirnya.Anita menghela napas berat. Sudah malam, dan wanita itu masih juga tidak tahu waktu."Ada apa lagi, Hana?" tanyanya dingin."Aku hanya ingin memastikan kamu tahu, aku akan menikah dengan keluarga Sanjaya. Sepertinya kamu perlu mengatur jadwalmu agar bisa datang," ucap Hana sembari berjalan santai, namun angkuh, mendekati Anita.Anita menutup laptopnya perlahan. Ia memutar bola matanya malas."Berapa kali kamu bilang ha

  • Identitas Tersembunyi Suami Kontrakku   Bab 7 Bertemu Ayah Mertua

    Hari mulai beranjak senja ketika Anita keluar dari kantornya. Langit memerah, seakan mencerminkan hatinya yang akhirnya tenang. Ia menarik napas panjang, menikmati semilir angin yang menyapu wajahnya. Hari ini cukup berat, tetapi setidaknya dua ular berbisa—Anita menyebut mereka begitu—tidak lagi bisa mengintimidasi dirinya.Ia membuka pintu mobilnya, siap melangkah masuk, ketika suara langkah tergesa menghentikannya."Anita."Refleks, ia menoleh. Seorang pria paruh baya dengan setelan jas abu-abu berdiri beberapa meter darinya. Wajahnya teduh, namun ada garis-garis kerisauan di sudut matanya."Ayah mertua?" Anita memiringkan kepala, terkejut. "Sedang apa Ayah di sini?""Bisakah kita bicara sebentar?"Nada suara Anwar tenang, tapi Anita menangkap ada nada waspada tersembunyi di sana. Ia sempat menaikkan sebelah alis, mempertimbangkan, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah. Ayo ke taman belakang gedung. Lebih tenang di sana."Mereka berjalan tanpa banyak bicara, hanya suara langkah sepatu

  • Identitas Tersembunyi Suami Kontrakku   Bab 6 Menyelidiki Tentang Prawira

    Hana tersenyum di rumah dengan ibunya, dia terlihat bahagia setelah menyebarkan undangan pada semua orang. Sebentar lagi dia akan menjadi istri dari orang kaya di kota ini. Dia akan disegani oleh semua orang dan tidak akan ada yang berani menindas dirinya nanti. "Mamah tahu, kalau aku akan segara menjadi Nyonya Sanjaya," kata Hana dengan senang. Ayu yang mendengar itu pun tersenyum dengan senang. "Tentu saja, ibu sangat senang karena memang kamu akan menikah dengan orang yang kaya raya. Kita akan mengadakan pesta nanti. Tidak sia-sia ibu membesarkan kamu.""Iya tentu saja. Kita tidak perlu bergantung pada harta warisan Anita lagi," kata Hana dengan senang. Ayu tidak setuju dengan hal itu, dia harus tetap mendapatkan harta warisan dari keluarga Hartanto. Tentu saja karena dia selama ini sudah berada di sisi laki-laki tua itu. "No sayang, kita harus tetap mendapatkan harta Anita, apalagi selama ini aku sudah berjuang keras mendapatkan semuanya."Hana menoleh kearah ibunya. "Sudahlah

  • Identitas Tersembunyi Suami Kontrakku   Bab 5 Tunggu Aku Anita

    Bayangan di cermin kini menampakkan wajah utuh Morgan. Tidak ada lagi bekas luka yang dulu mengubah hidupnya. Dia menatap pantulan dirinya dengan sorot mata penuh dendam dan tekad.Akhirnya, semua luka itu hanya menjadi kenangan. Kini, saatnya dia kembali.“Aku akan kembali ke Indonesia,” gumamnya pelan namun tajam, seakan setiap kata adalah peluru yang siap melesat.Anita … wanita itu. Masih menjadi misteri yang belum selesai. Meski status mereka hanya sebagai suami-istri kontrak, perasaan Morgan pada Anita tidak pernah bisa ia bantah. Dia pergi demi menyembuhkan luka di tubuh dan harga dirinya, tapi sekarang … dia kembali bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.Tiba-tiba, ketukan di pintu memecah keheningan ruangan mewah di sudut rumah sakit Swiss itu.“Permisi, Tuan,” ucap seorang pria dengan jas hitam dan tatapan waspada.Morgan menoleh cepat. “Ada apa?”“Informasi terbaru dari Indonesia. Prayoga akan bertunangan … dengan

  • Identitas Tersembunyi Suami Kontrakku   Bab 4 Dua Tahun Kemudian

    2 tahun kemudian. Hari ini adalah hari yang indah untuk Anita. Setelah dua tahun mengambil alih perusahaan milik keluarganya, dia bisa hidup dengan tenang. Keluarga tirinya itu tidak bisa mengintimidasinya lagi. Semua itu berkat status pernikahannya dengan Morgan. Omong-omong, bagaimana kabar pria itu ya? Sudah dua tahun mereka tidak bertemu. Anita baru menyadarinya karena selama ini dia terlalu sibuk mengurus perusahaan. "Icha," panggil Anita kepada bawahan setianya sekaligus teman dekatnya. "Iya, Bu Anita? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Icha sambil menghampirinya. "Tidak usah formal seperti itu, kita hanya berdua saja,” kata Anita. “Aku hanya ingin tahu tentang Hana yang akan bertunangan dengan keluarga Sanjaya." Icha yang mendengar itu malah tertawa. Dia kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan Anita. "Iya, mereka akan bertunangan. Hana pasti akan semakin keras kepala setelah ini," ujar Icha. Anita tampak berpikir. "Kamu benar, setelah dia tidak berhasil mendapatkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status