Share

Bab 10 - Kenyataan Menyakitkan

Shaylenna mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia masih belum percaya, jika kakaknya, Jane benar-benar berdiri di depannya. Dia tidak sedang bermimpi. Bagaimana Jane bisa menemukannya alias mengetahui identitasnya? 

"Ohhh, jadi ini Idola ranjang itu? Dasar munafik! Wanita licik!” umpat Jane sambil menarik rambut Shaylenna kuat sehingga membuat  Shaylenna  meringis kesakitan. 

"Argh ... lep--pas kak. Sa—kit!” 

 Shaylenna  mengambil tangan Jane, dan melepaskannya dari rambutnya. Meskipun kondisinya  masih sangat lemah, dia harus bangkit untuk  melawan kakaknya itu. Karena dia Shaylenna, bukan lagi Flower yang lemah. 

"Saat ku jual kesini, kau menangis meraung-raung. Sekarang, Setelah kau melihat uang dan merasakan bagaimana kepuasan bermain dengan pria, kau menjual tubuhmu. Dasar munafik!  antas saja semua wanita disini membencimu! Kelicikan mu dengan tampang polosmu itu berhasil menjerat semua pria kaya itu dan aku juga terkena imbasnya.

"Pria yang biasa memakaiku, juga tergila-gila padamu.  Dan aku benci itu!” hujat Jane, sambil mendorong tubuh Shaylenna yang  terduduk di ranjang. 

Shaylenna mengernyit—bingung. Jadi, selama ini, kakak nya juga bekerja menjadi jalang sepertinya di klub ini? Dia kira, Jane hanya sekedar bermain-main dengan banyak pria di rumahnya saja. Lalu ke mana perginya Jane selama beberapa hari kemarin? Ohh ... dia tau. Pasti Jane bersenang-senang menghabiskan uang hasil dari menjual dirinya dulu. Wanita jahat!. 

Shaylenna  berdiri, dan balik menatap Jane tajam. Dia tidak boleh kembali diperlakukan semena-mena oleh orang yang dia sayangi, tapi malah tega menjualnya hingga berada di tempat kejam ini. 

"Kenapa kau marah padaku? Justru aku yang harus marah padamu! Karenamu, aku terjerat dalam dunia laknat ini.  Kau yang menjualku lebih dulu! “ bentak Shaylenna dengan berani menunjuk Jane di depannya, dan tentu saja membuat Jane mengernyit heran. Kenapa gadis kecil ini, berani melawanku? Batinnya. 

"Kau berani melawanku, Flower?!”

"Aku bukan Flower yang bodoh itu lagi, aku Shaylenna!”  Kata Shaylenna tak kalah membentak dengan suara meninggi. . 

Prok Prok Prok! 

“Wow, rupanya si Flower yang polos itu, sudah menjadi jalang kelas kakap bernama Shaylenna ya? Sungguh ... aku terkejut! Gadis  polos sok suci sepertimu, ternyata lebih gila uang dan lebih jalang dari ku. Hahaha ... 

“Astaga, benar-benar luar biasa ....”  Jane tertawa lepas. Tawa yang dia tujukan, untuk mencemooh Shaylenna yang kini menjadi rivalnya di dunia pelacuran. 

Shaylenna mengepalkan tangannya kuat-kuat Dia merasa amarahnya terpancing manakala Jane menganggapnya melakukan pekerjaan hina ini, karna uang. Gila!

"Kau salah! Aku melakukan semua ini, karena  ayah bukan karna uang seperti yang kau tuduhkan! Ayah sudah dioperasi. Sebentar lagi dia akan sembuh, dan kami tak berhutang lagi pada rumah sakit. Lalu setelahnya, aku akan membawa ayah pergi dengan kehidupan baru,” jawab Shaylenna dengan sedikit berteriak, marah. 

"Hahaha ... Whatt!?” Jane tertawa keras, “Apa Kau bilang? Untuk operasi Ayahmu? Ayahmu yang sudah mati itu?” lanjutnya membuat Shaylenna mematung dengan manik mata yang mulai berkaca-kaca. 

"Apa maksudmu!? Ayah sudah—jangan bicara omong kosong! Kau pasti bohong!”  teriak Shaylenna sambil menatap Jane dengan penuh air mata, “Tuan sudah berjanji, akan membayar uang operasi ayah dan semua hutang-hutang ku!“ imbuhnya masih belum mempercayai perkataan kakak tirinya yang licik itu. 

"Omong kosong katamu? Jadi kau tidak tau, jika ayahmu itu sudah mati?” ucap Jane dengan mimik wajah yang dia buat seolah prihatin, “Oh ... aku lupa.  Kau terlalu sibuk melayani para pria kaya itu ‘kan? Sehingga tidak tau jika ayahmu itu sudah mati. Kasihan ... sekali. Padahal kalau tidak salah, dia mati keesokan harinya setelah aku menjualmu!” 

Shaylenna mematung dalam keterdiamannya. Dia masih mencoba untuk menganggap apa yang dikatakan Jane hanyalah kebohongan semata. 

"Aku kira, kau pulang dan mengurus nya. Eh, tak tau nya kau malah hidup mewah dan bersenang-senang di sini menjadi seorang jalang!  Putri apa kau ini, ayahnya meninggal malah tidak tau. Kasihan sekali nasib si tua bangka itu... “ imbuh Jane membuat Shaylenna sudah tak bisa menahan tangisnya lagi. Dia terduduk dan menangis terisak dilantai. 

"A—yah ... Hiks ... hiks. Benarkah Ayah sudah meninggalkanku?  Lalu, untuk apa aku menjual tubuhku disini? Hiks ..   hiks ....”

Melihat Adik tirinya bersedih di depannya, membuat Jane tertawa penuh kemenangan. "Shaylenna, Shaylenna ... kau tetaplah si Flower yang bodoh dan lemah itu. Tuan yang kau agung-agungkan itu, sudah menipumu! Dia memanfaatkanmu saja. Menjadikanmu sebagai jalang gudang uangnya! Sekarang menangislah sepuasmu. Sayangnya,  kau tetaplah wanita bodoh yang mudah ditipu!” ejek nya lalu pergi dari kamar itu sambil tertawa. Aku yakin. Setelah ini, Flower pasti akan berontak dan pergi dari sini. Dan kau Jane?  Kau akan mendapatkan lagi pelangganmu. Hahaha .... Batinnya berteriak senang. 

 Shaylenna semakin tak bisa menahan tangisannya. Dunianya runtuh seketika. Ayah yang dia perjuangkan mati-matian ternyata sudah meninggalkannya.

"Tidak mungkin! Jane pasti bohong! Ayah tidak mungkin meninggal. Bagaimanapun caranya, aku harus pergi ke rumah sakit untuk memastikannya!”

Shaylenna bangkit dari duduknya. Sejenak dia menghampiri laci, lalu mengambil beberapa lembar uang dan meninggalkan notes di sana. 

Kebetulan koridor sedang sepi. Di jam malam seperti ini, para bodyguard pasti sedang berada di aula. Shaylenna berlari kecil menuju pintu keluar, tak peduli dengan kondisinya yang masih sedikit lemah. Ternyata, nasib baik berpihak padanya. Kebetulan sekali, keadaan di luar sedang ramai dan penjagaan tidak terlalu ketat. Dia pun menyelinap di antara tamu-tamu itu dan berhasil keluar dari pintu setelah menggandeng tangan salah seorang pria yang sedang mabuk. 

Begitu sampai di depan klub, Shaylenna segera menghentikan  taxi dan lekas menyuruh sopir taxi itu mengemudikan mobilnya cepat menuju rumah sakit—di mana ayahnya dirawat. 

Keringat dingin merintik di dahi dan puncak hidungnya. Sesekali Shaylenna menengok ke belakang, takut-takut jika ada yang mengetahui kepergiannya dan mengikutinya.

Tak lama, Shaylenna sampai di rumah sakit. Semuanya aman. Tidak ada yang mengikutinya, dan itu artinya, pelariannya tak ada yang mengetahui. 

Shaylenna segera turun dari taxi dan langsung masuk ke rumah sakit setelah membayar si sopir dengan beberapa lembar uang. Dia menuju ke ruangan ICU tempat ayahnya di rawat. Setelah sampai di sana, dia kembali di buat shock, karna yang menempati ruangan itu bukan lagi ayahnya. 

"Tidak mungkin! Berpikir positif. Ayahku pasti baik-baik saja!” ucapnya meyakinkan dirinya sambil berlari menuju ruangan dokter yang bertanggung jawab atas ayahnya. 

Setelah sampai di sana, Shaylenna langsung masuk tanpa permisi. Sampai-sampai dokter yang sedang berjibaku dengan meja kerjanya itu,  kaget melihatnya.

"Flower, kau kah itu?” tanya dokter itu dan Shaylenna segera duduk di kursi yang berseberangan dengan dokter ahli kanker otak itu. 

"Ya, Dokter. Saya ingin tau ke mana ayah saya dipindahkan. Ayah saya baik-baik saja ‘kan?” terdengar dari suaranya yang bergetar, Shaylenna benar-benar merasa takut jika semua yang dikatakan oleh kakaknya memang benar adanya. 

Dokter itu menunduk seolah ter selimuti duka. “Flower, aku sudah mencoba menghubungimu,  tapi tidak bisa.  Maafkan aku, Ayahmu tak bisa bertahan sebelum operasinya dilaksanakan.” Jawaban dokter itu, tentu saja membuat Shaylenna mematung dengan mata berkaca-kaca. Sepertinya, kenyataan pahit akan menghantamnya dan benar-benar membuat hidupnya hancur seketika. 

"Tidak mungkin! Dokter juga pasti berbohong ‘kan? Ayah saya pasti di operasi karena seseorang sudah membayar dan melunasi semua biaya rumah sakit!”  Shaylenna masih mencoba mengelak. Dia masih belum siap untuk kenyataan pahit yang akan benar-benar menghancurkan hidupnya. 

"Tidak Flower. Aku tidak berbohong. Kami memang akan melakukan operasi untuk ayahmu. Kondisi ayahmu benar-benar drop. Saat itu, rumah sakit pusat tidak bisa lagi memberimu keringanan. Aku mencoba menghubungimu. Tapi, kau tak bisa dihubungi.  Dan keesokan harinya, ayahmu sudah tak tertolong!” Dokter itu menjeda penjelasannya dengan menarik nafasnya pelan, “ Dan tidak ada yang membayar biaya rumah sakit seperti katamu tadi. Tapi, aku sudah berkonfirmasi dengan rumah sakit, untuk memberimu keringanan dengan menghanguskan semua hutang-hutang mu itu Flow, dan mereka melakukannya.” lanjut dokter itu, dan Shaylenna  sudah tak bisa menahan isakannya. Ayahnya benar-benar sudah tiada. Dan dia pun tak bisa melihatnya untuk yang terakhir kalinya. 

"Dokter di mana Ayahku di makamkan? Hiks ... hiks ...” lirih Shaylenna dengan pandangan hancur dan air mata menderas. 

Dokter itu menuliskan sebuah alamat, dan  Shaylenna segera beranjak—pergi dari rumah sakit. Dia menuju alamat pemakaman yang diberitahu dokter tadi setelah menghentikan sebuah taxi. 

Sampai beberapa menit kemudian, Shaylenna pun sampai di alamat pemakaman tempat terakhir ayahnya ber istirahat. 

Shaylenna berlari di area pemakaman itu. Dia tak peduli kakinya yang terluka karna tak memakai alas kaki, bahkan berkali-kali tersandung nisan pemakaman karna pekatnya malam dan gelapnya hatinya. 

Setelah menemukan nya, Shaylenna ambruk. Tubuhnya jatuh di atas makam ayahnya. Dia menangis terisak dan memukuli tanah di bawahnya.

 "Ayah ... kau jahat!  Kau tega! Kenapa? Kenapa kau meninggalkanku?  Hiks ... hiks ... Tak tau kah kau, jika aku mati-matian berjuang untukmu!? Tapi,  kau malah meninggalkanku seperti ini. Hiks ... hiks ...

"Beberapa hari terakhir, aku menjalani kehidupan malamku dengan kuat dan tegar. Ya ... putrimu ini menjadi seorang pelacur demi  membuatmu sembuh. Aku mendapat berbagai macam hinaan, pukulan, siksaan bahkan pelecehan. Tapi, itu semua tak mempengaruhiku sedikit pun. Karna apa? Kau ingin tau?” isaknya. Dia tak tahan lagi. Dia ingin dunia tau, bagaimana pedihnya kehidupannya sebagai wanita pelacuran yang terpaksa. 

“Karna Aku memilikimu sebagai penyemangatku. Aku ingin melihatmu sembuh, dan berkumpul bersama lagi sebagai keluarga kecil yang bahagia. Tapi, apa yang kudapati saat ini?” Shaylenna tertawa miris sambil menyeka air matanya yang tak berhenti mengalir, “kau meninggalkanku sendiri. Meninggalkanku, tanpa tau bagaimana dukaku yang beruang untukmu. Hiks ... hiks... Lalu, apa gunanya semua pengorbananku. Jika kau sudah pergi?” Shaylenna menarik nafasnya kuat. Kenapa kenyataan ini, harus dia ketahui setelah semuanya hancur? 

Shaylenna kembali menangis pilu di atas nisan ayahnya. Dia benar-benar hancur. Pengorbanannya sia-sia. Dia menjadi jalang hanya karna ayahnya, tapi apa yang dia dapati setelah semua pengorbanannya? Hanya sebuah gundukan tanah tempat peristirahatan terakhir ayahnya.  Ayahnya memilih pergi dan  tenang di atas sana, lepas dari sakit yang di deritanya.

“Maafkan aku. Aku tidak bisa menemani di detik terakhir hidupmu, Ayah. Maafkan aku ....”

Shaylenna mengepalkan tangannya kuat. Menggenggam tanah pemakaman ayahnya yang sudah mulai ditumbuhi rumput liar. Dia tau siapa yang pantas disalahkan disini.

"Dasar Alex penipu! Bajingan! Kau bilang jika kau akan melunasi dan membayar biaya operasi ayahku. Tapi nyatanya? Janjimu palsu. Omong kosong! Dasar pria brengsek! Seumur hidup, sampai mati pun, aku tidak akan kembali ke tempat menjijikkan itu! Aku benci kau Alex! Kau membunuh ayahku. Aku benci kau! Aku benci!” 

                                ****

Madam Alice sudah menyelesaikan tugasnya di aula.  Dia kembali ke kamar untuk melihat keadaan Shaylenna. Tapi, begitu sampai di sana, kamarnya kosong. Shaylenna sudah tidak ada di ranjang nya.  Dengan rasa khawatir yang mulai tampak, madam Alice bergegas mencari Shaylenna ke kamar mandi dan di sana juga ... kosong. 

Madam Alice mulai merasa takut. Dia takut terjadi sesuatu pada Shaylenna. 

"Sayang, ke mana kau pergi? Jangan buat Momy khawatir dan takut seperti ini.”

Madam Alice menghampiri lacinya, dia hendak mengambil ponselnya lalu tak sengaja melihat notes yang di tinggalkan Shaylenna. Madam Alice mengambil notes itu, dan menutup mulutnya tak percaya begitu membaca pesan yang ternyata dari Shaylenna. 

To: Momy

Mom, maafkan aku. Aku harus pergi. Ada hal yang harus aku selesaikan. Aku dengar, ayahku sudah lama meninggal, dan aku ingin memastikan semua itu. 

Jika hal itu benar,  jangan khawatirkan aku.  Aku harus pergi dari tempat ini,  dan tak akan pernah kembali. Untuk apa aku berjuang disini,  jika yang aku perjuangkan sudah tiada. 

Dan tolong, bersikaplah seolah-olah kau terkejut akan kepergianku karena aku tidak mau, kau mendapatkan masalah. Dan jangan katakan apa pun pada Maxi.  Jika takdirku baik, aku akan kembali dipertemukan dengan pria menyeramkan itu.

Aku menyayangi kalian berdua. Mommy juga Maxi ku. Jaga diri kalian untukku. Doakan aku, agar bisa terbebas dari dunia hitam itu, dan semoga aku baik-baik saja. 

Dan maafkan aku Mom. Aku mengambil uangmu tanpa meminta. Suatu saat jika aku sudah bekerja dan punya uang, aku akan mengembalikannya. 

 Mulai saat ini, kutinggalkan Shaylenna di sana. Aku akan kembali menjadi Rose Flower si wanita polos yang pantang menyerah. 

Love You So Much ...

                                        Dear: Rose Flower

Madam Alice menangis terisak. Da memeluk erat surat terakhir dari Flower. Entah siapa yang mengatakan semua kenyataan pahit itu sehingga membuat Flower pergi. 

 Jika boleh. Madam Alice akan egois. Dia  akan mempertahankan Flower tetap di sampingnya. Dia merasa sudah sangat terikat dengan wanita cantik itu. Dan jika Flower sudah pergi, berarti dia kehilangan putri kecilnya itu dan tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. 

Madam Alice hanya bisa berdoa, semoga putrinya akan baik-baik saja. Dia akan melakukan seperti yang Flower minta. Dia akan bersikap seolah tidak tau apa-apa di depan tuannya. Besok,  tuannya akan datang ke klub, sesuai jadwal kunjungan bulanannya. 

Dan, Maxime? Apa yang harus dia katakan pada pria itu? Pria itu pasti akan mengamuk dan tidak akan percaya begitu saja saat mengetahui perihal kepergian Flower.

"Semoga tuan Maxime tidak akan datang kasino,  untuk 1 bulan ke depan. Aku harus apa,  jika dia menanyakan Flower?  Aku tidak mau Tuan muda itu mengamuk dan menghancurkan tempat ini. Mulai sekarang, aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi dua pria yang sama-sama menakutkan itu.

"Flower, jaga dirimu untukku sayang. Aku menyayangimu ...”

Madam Alice menghempaskan tubuhnya keranjang. Tapi beberapa detik kemudian, dia  bangkit lagi. Mungkin lebih baik, dia tidur di aula agar orang—orang tak mencurigainya setelah kepergian Flower. Sebelum itu, dia melipat surat tadi dan menaruhnya dalam buku kisah cinta yang sering Flower baca. Siapa pun akan menggeledah kamarnya begitu tau Flower pergi, dan buku itu tidak akan seorang pun yang mencurigai jika terselip pesan terakhir Flower di dalamnya. 

*****

Pagi sudah tiba, Madam Alice tak bisa memejamkan matanya walau hanya sesaat.  Dia sangat takut, jika  Flower akan cepat ditemukan setelah dia akan melaporkannya pada Tuan Alex yang mungkin sudah berada di ruangannya. 

Ya, hari ini tuan Alex kembali dari perjalanan bisnisnya, dan  madam Alice tak punya pilihan lain selain  melaporkan sendiri pada tuan Alex perihal hilangnya Flower, dari pada tuannya itu mengetahui dari orang lain atau bahkan memergoki Flower tanpa sengaja di suatu tempat. 

 Alex bukanlah pria yang bisa di anggap remeh. Pria itu suka menyiksa bahkan tak segan membunuh siapa pun yang menentangnya. Kesimpulan awalnya, madam Alice ingin tau bagaimana reaksi tuan Alex saat mendengar laporannya nanti. Semoga saja, tuan Alex akan melepaskan Flower begitu saja. Itu harapan terbesarnya.

 Cemas dan takut, membuat tubuh madam Alice gemetar.  Bagaimana keadaan Flower sekarang?  Apa dia baik-baik saja? Tapi, mengingat Flower yang membawa uang, membuat Madam Alice sedikit lega, setidaknya Flower tidak akan kelaparan.

Tiba-tiba, seorang bodyguard datang padanya. “Madam tuan menunggumu,” kata bodyguard itu. Madam Alice mengangguk lalu dengan langkah pelan dan hati berdebar, madam Alice memasuki ruangan yang khusus hanya bisa di masuki oleh pemilik klub tersohor itu. 

"Tuan, apa kabar?” sapa madam Alice berbasa basi sebelum pada pokok inti permasalahan. 

"Baik madam. Bagaimana perkembangan klub selama 1 bulan ini?” balas Alex sambil menyesap minumannya sambil menghadap ke jendela dengan duduk di kursi putarnya.

"Semuanya meningkat drastis karna sang Idola ranjang, Tuan. Tapi seka—“ belum sampai madam Alice menyelesaikan ucapannya,  Alex sudah menjedanya dengan mengangkat satu tangan. 

"Cukup, Madam! Bawa Shaylenna kesini sekarang!” perintah Alex tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela besar itu. 

Madam Alice belum menjawab, kegugupan melandanya. Bagai tertimpa batu yang besar sehingga membuatnya mematung di tempat. Dia tak menyangka, Alex akan mencari Shaylenna secepat ini. Madam Alice menghela nafasnya kasar. Dia harus segera menjawabnya, agar dirinya bisa berkelit dan menyembunyikan Shaylenna. 

"Itulah masalahnya, Tuan. Setelah saya ke kamarnya tadi pagi, Shaylenna  tidak ada. Kemungkinan ... dia kabur tadi malam.” 

Prangggg!!!! 

“Bodyguard!” teriak Alex keras setelah melempar gelas yang di pegangnya tadi mengenai lemari kaca di samping nya hingga sama-sama hancur. 

Madam Alice tentu saja shock melihat tingkah menakutkan tuannya tadi. Dia sama sekali tak menyangka tuannya Alex akan semarah itu mendengar kepergian Shaylenna. Itu artinya ... apakah tuan Alex akan mencari Shaylenna? Ya Tuhan ... tolong jauhkan Shaylenna dari sang iblis menakutkan ini. 

Para bodyguard berdatangan, mendengar teriakan tuannya beserta pecahan kaca tadi. 

"Apa saja yang kalian lakukan huh!?”

Bugh! Bugh! “Aku membayar kalian mahal, dan kalian tak bisa becus menjaga klub hingga satu orang pelacurku berhasil kabur dari sini! Sialan!”

Alex marah besar. Dia membabi buta memukuli bodyguard nya. Kemarahan bahkan sangat tampak di wajah tampannya.

“Pergi dari sini sekarang! Dan temukan Shaylenna secepatnya! Jika tidak, maka aku akan memenggal kepala kalian satu persatu!”

Brak!

Alex menendang kursi di depanya hingga terpental. Sedangkan para bodyguard nya hanya menunduk takut dengan wajah babak belur setelah menerima pukulannya tadi. Setelah titah mutlak itu, para bodyguard  segera pergi dari ruangan itu.

Pilihannya hanya ada dua. Mereka berhasil menemukan Shaylenna atau mereka mati. 

Madam Alice bertambah takut. Kehendak tuannya tidak pernah main-main. Shaylenna dalam bahaya, dan entah bagaimana nasibnya jika tuan Alex berhasil menemukannya?

Selamatkan putriku tuhan ...

"Pergilah Madam. Aku tidak mau, kau melihatku seperti ini, “ kata Alex dan madam Alice segera keluar dari ruangan itu. 

Flower sayang. Bersembunyilah selagi waktumu ada. Si iblis ini pasti akan mencarimu walau sampai ke ujung dunia pun. Kau akan menyesal, karena sudah berani bermain-main denganku. Batin Alex dengan seringaian menakutkan di wajahnya. 

Alex melihat punggung bergetar madam Alice. Dia tau, wanita itu sangat ketakutan melihat kemurkaannya tadi. Bagaimanapun, dia sangat menghormati wanita itu. Dia sudah menganggapnya sebagai bagian hidupnya, hingga dia memberikan tanggung jawab besar untuk mengelola klub miliknya.

 Kembali tangannya terkepal kuat. “Flower, aku tidak akan pernah melepasmu! “

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status