Sudah 15 hari Shaylenna pulang dari rumah sakit. Dia sudah sembuh dan kembali menjalani profesinya. Dan terhitung sudah 20 hari Shaylenna menjalani kehidupan malamnya, bukti perjuangan seorang anak untuk ayahnya.
Tak jarang, dia mendapatkan tatapan sinis dan iri dari wanita di klub itu, karna posisi Shaylenna tak terganti. Dia masihlah menempati posisinya sebagai idola ranjangMalam itu, Shaylenna kembali memasuki aula, di mana para pria akan membeli dan menggunakannya. Lalu, entah sengaja atau tidak, Shaylenna melihat kakaknya Jane, berada dalam barisan wanita seperti dirinya. "Apa yang dia lakukan disini?” lirih Shaylenna. Dia menatap cemas dan takut. Bagaimana jika Jane menghampirinya? Jane akan tau siapa dirinya, dan seperti biasa Jane akan mengolok-olok statusnya sekarang. Shaylenna bersyukur, begitu madam Alice memanggilnya. Seorang pelanggan sudah menunggunya disalah satu kamar, dan hal itu membuat Shaylenna menghela nafasnya pelan. Untuk saat ini, dia terbebas dari Jane. “Besok, aku harus menanyakannya pada Merry,” lirihnya sambil memasuki kamar yang akan menjadi tempat memuaskan pelanggannya malam ini. Setelah masuk ke dalam kamar itu. Shaylenna tak menatap heran, saat pelangganya itu membawa sebuah tali dan lakban.“Tuan, apa yang akan kau lakukan? Kenapa kau membawa tali dan lakban?” tanya Shaylenna dengan suara bergetar. Perlahan dia melangkah mundur, sepertinya bahaya sedang mengintai di depannya. Shaylenna melihat ke arah pintu, dan dengan cepat dia berlari menuju pintu itu. Tapi, pria itu sudah lebih dulu menangkapnya dengan memeluk tubuhnya dan melemparkannya secara kasar ke lantai, hingga tak sengaja keningnya terantuk sudut meja. "Aww!” Shaylenna meraba keningnya yang perih dan berdenyut. Ternyata keningnya robek dan mengeluarkan darah. “Tuan, apa yang kau lakukan!?” tanya Shaylenna sambil menatap pria itu ketakutan. "Kau hanya perlu mengikuti permainanku. Jalang! aku sudah membayarmu mahal dan kau akan jadi budak seks ku malam ini. Hahaha ...” pria itu menyeringai dan tertawa lebar. Shaylenna tidak bisa melawan lagi, saat pria itu menghempaskan tubuhnya ke ranjang, dan menarik ke dua tangannya ke belakang punggung—mengunci pergerakannya. Pria itu mengikat lehernya dengan tali yang dibawanya tadi kemudian membawa sebelah ujung tali panjang itu melingkari kedua pergelangan tangannya, dan mengikatnya erat hingga Shaylenna meringis perih. Pergelangan tangannya pasti terluka. "Tu—an. Tolong, jangan perlakukan aku seperti binatang! Aku memang jalang, tapi aku juga punya hati dan juga bisa merasakan sakit. Hiks ... hiks ...” Shaylenna terisak. Bagaimana dia akan meminta pertolongan sedangkan pelayanan kamar disini sangat privasi dan kedap suara?Berteriak pun, hanya akan membuat suaranya habis. Pria itu semakin brutal. Dia merobek gaun seksi Shaylenna kemudian memegang tali yang menjuntai dari leher ke punggung yang mengikat tangan Shaylenna. Memegangnya bagai tali pengendali untuk seekor kuda. "Tuan. Kumohon berhenti!” Shaylenna mencoba berontak, dari kendali pria itu. Plak! plak! “Diam kau jalang. Ingat di mana letak derajatmu. Seorang jalang memang pantas di perlakukan seperti binatang!” tak hanya menamparnya, pria itu mengeluarkan makian yang menunjukkan di mana letak derajatnya. Dasar Pria iblis. Jahanam! Siapa dirinya? Seolah dialah manusia paling suci. Shaylenna tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa menangis dan merintih. Ini adalah malam terburuk selama hidupnya. Shaylenna merasakan sakit di sekujur tubuhnya karna pria itu sangat brutal menyakiti dan menggagahinya.Pria biadab! Pria itu tak punya rasa empati sedikit pun padanya. Dengan keji, pria itu melecehkannya seperti binatang yang sangat menjijikkan. Shaylenna meratapi nasibnya, ternyata tidak semua pria akan memperlakukan jalang layaknya wanita normal lainnya. Buktinya pria itu menganggapnya seperti binatang. Pria itu tega menyakiti tubuhnya, hanya karna dia jalang dan sudah di beli dengan uang. Apa kalian tau, jalang sepertiku juga bisa merasakan sakit dan terluka. Jika boleh memilih, aku juga ingin punya kehidupan normal. Menjadi wanita yang jauh dari dunia hitam, dunia yang penuh rasa sakit dan kegelapan. Teriak batinnya sebelum kegelapan menjemput kesadarannya. ***Madam Alice merasa khawatir. Ini sudah jam 10 pagi tapi, Shaylenna tak kunjung kembali ke kamarnya.
"Tak biasanya Shaylenna belum kembali sampai se siang ini? Kenapa perasaanku jadi tidak enak? Aku harus ke kamar itu untuk memastikan keadaannya!“ Madam Alice bergegas. Dia akan menghampiri kamar yang digunakan Shaylenna dan pelanggannya tadi malam. Begitu pintu terbuka, madam Alice memekik tertahan kemudian menangis terisak. Di ranjang itu, kondisi Shaylenna sangat menyedihkan. Shaylenna dalam keadaan terikat sedangkan tubuhnya, dipenuhi lebam dan bekas gigitan. Bahkan keningnya yang robek itu, masih dipenuhi darah segar. Madam Alice menyelimuti tubuh telanjang Shaylenna yang sudah tak sadarkan diri itu. Lalu, memanggil beberapa bodyguard dan meminta mereka untuk melepaskan ikatan itu. "Sayang, bangunlah! ini Mommy sayang, hiks ...” madam Alice tak bisa menahan air matanya sembari menepuk pipi Shaylenna pelan. Berharap wanita malang itu segera membuka mata. Para wanita klub berkerumun menghampiri kamar yang terdengar teriakan Madam Alice. Mereka shock! melihat tubuh mengenaskan Shaylenna yang penuh dengan lebam dan luka-luka. Bodyguard segera mengangkat tubuh lemah Shaylenna lalu membawa ke kamarnya. Madam Alice pun segera mengambil ponselnya dan meminta bantuan pada orang yang tepat dan satu-satunya orang yang bisa membantunya karena saat ini, tuan pemilik klub sedang melakukan perjalanan ke luar negeri dan tak bisa dihubungi. Bisa saja di membawa Shaylenna ke rumah sakit. Tapi, dia ingat jika Shaylenna dilarang keras keluar dari klub. Lalu tak lama kemudian, dokter yang dihubungi madam Alice pun datang dan segera memeriksa keadaan Shaylenna. "Dia tidak apa-apa. Berikan vitamin ini untuk dia minum, dan obat ini untuk luka pada tubuhnya. Sebentar lagi, dia akan sadar. Beritahu padaku jika setelah dia sadar nanti, ada sesuatu yang berbeda darinya,” kata dokter itu, dan madam Alice hanya mengangguk.Dokter itu pun pergi, dan tak lama kemudian, Shaylenna membuka matanya yang sembab. "Mom ... “ panggilnya lirih dan lemah. Madam Alice segera mengusap lembut wajahnya. "Kau baik-baik saja ‘kan Sayang?” kata Madam Alice sambil menitikkan air mata. Madam Alice merasa gagal dan kecewa pada dirinya sendiri, karena tak bisa melindungi wanita yang sudah dia anggap sebagai putri."Jangan menangis, Mom. Aku baik-baik saja. Aku bukan wanita lemah ..., “ jawab Shaylenna sambil mengusap pelan pipi madam Alice yang berurai air mata. Menenangkan wanita setengah baya yang masih terlihat sangat cantik itu. "Maafkan Mommy yang tak bisa menjagamu ....” "Stsss ... Aku putri paling beruntung memiliki ibu sepertimu, Mom.“ Shaylenna tersenyum lembut saat kemudian madam Alice mengecup keningnya pelan. Kembali, mata Shaylenna terpejam. Dia masih merasa terlalu lemah. Di pintu kamar itu pun, para wanita masih berkumpul untuk melihat keadaan Shaylenna. Kembali, mereka menatap adegan ibu dan anak itu dengan shock. Bahkan rasa iri perlahan tumbuh menggerogoti ."Lihat, Madam Alice sangat menyayanginya.”"Malah menganggap dia putrinya!”"Wanita itu, sangat pintar dan licik mengambil hati semua pelanggan termasuk Madam Alice.”"Ishh, kukira dia wanita baik-baik ...”"Hey, kau tertipu. Wanita itu hanya tampangnya saja yang polos, tapi dibaliknya penuh tipu muslihat! “"Aku senang dia menderita. ini karma untuknya. Untuk Si Shaylenna yang sok cantik dan sudah mengambil semua pelanggan kita ...”"Ya ... sejak dia pertama datang. Aku benci, saat melihat para pria itu tergila-gila padanya.”"Kapan-kapan kita harus benar-benar menyingkirkannya dari tempat ini, selamanya! “Para wanita itu, berbicara riuh dan menatap benci pada Shaylenna yang terbaring lemah di sana. "PASTIKAN! JIKA KALIAN MENARIK KATA-KATA ITU SEKARANG JUGA! AKU PERINGATKAN! JANGAN SEDIKITPUN MENCOBA MENYAKITINYA ATAU AKU YANG AKAN MELENYAPKAN KALIAN SATU PERSATU LEBIH DULU, JALANG!“Glek! Para wanita di sana menelan ludahnya kasar. Secara bersamaan, mereka menoleh ke arah suara yang dingin, sinis dan tersimpan kekejaman itu. Mereka shock, dan menunduk takut manakala di hadapannya, berdiri seorang Maxime D'orion yang mereka ketahui berkuasa."PERGI! ATAU AKU SERET KALIAN SATU-PERSATU SE—KA –RANG!” sambungnya, dan tentu saja sukses membuat wanita-wanita itu pergi dengan tergesa dari sana. Madam Alice menyunggingkan senyumannya begitu melihat malaikat penolong Shaylenna sudah datang. Dia bangkit dari ranjang, begitu melihat Maxime melangkah memasuki kamar dan mendekati Shaylenna yang terbaring lemah. Maxime duduk di tepi ranjang itu dan mengusap rambut Shaylenna pelan. Rahangnya mengeras, begitu melihat betapa mengenaskan nya kondisi Shaylenna di depannya."Madam, bagian tubuh mana lagi yang terluka?” "Semuanya, Tuan. Terluka karena bekas gigitan dan pukulan,” jawab madam Alice sejujur-jujurnya hingga membuat Max mengeram marah. "Berikan biodata keparat itu padaku! Kupastikan dia hancur dan lebih mengenaskan dari Rose ku!” geramnya dan madam Alice mengangguk patuh. Dia tau, sang penguasa itu akan melindungi putrinya, dan hari ini dia sudah melihat buktinya. "Maxi ...,” lirihan lembut Shaylenna memanggilnya. Dia pun menoleh saat merasakan sentuhan hangat di lengannya. Max memeluk erat tubuh Shaylenna, dan madam Alice memilih keluar dari kamar itu untuk memberikan mereka privasi. "Ada apa, Rose? Siapa yang membuatmu sampai seperti ini?” ucap Max setelah melepas pelukannya. Shaylenna tersenyum lemah, pria dingin itu benar-benar peduli padanya. "Kapan kau datang? Sudah 15 hari, dan aku merindukanmu ....” Shaylenna, mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia tau dan tidak mau, Max melakukan sesuatu yang kejam pada pria yang menyiksanya itu. "Jangan mengalihkan pembicaraan, Rose. Meskipun kau tidak mengizinkanku, aku akan tetap membalas pria brengsek itu!” "Hey, Tuan tampan. Aku baik-baik saja Oke? Lihat, aku baik. Kau tidak perlu memakai topengmu yang menyeramkan itu.” Shaylenna menangkup wajah Max dengan tangan lemahnya. Max pun hanya bisa menghela nafasnya pelan. Dia mengambil tangan Shaylenna dan mengecup pergelangan tangan yang di perban itu. "Bagaimana bisa, kau mengatakan baik-baik saja? Jika tubuhmu, sudah seperti mumi begini, Rose!?” ucap Max sambil menatapnya geram, dan Shaylenna hanya tersenyum tipis menanggapi tatapan manik mata abu kehijauan yang membuatnya merasa aman dan terlindungi. "Aku baik, aku bahagia. Aku memilikimu dan Mommy, juga ayahku yang saat ini pasti sudah sehat.” Perkataan Shaylenna, membuat Max menatapnya kagum. Jika wanita di luar sana, bahagia karna kebutuhan dan hidupnya yang serba mewah dan glamor, terpenuhi. Lalu kenapa? Wanita ini, sudah sangat bahagia hanya karna memiliki orang yang peduli padanya? Sangat kejamkah hidupnya? Hingga Rose, sangat mempercayai orang yang peduli padanya? Aku salut. Wanita lemah ini rela mengorbankan hidupnya, untuk orang yang sangat dia sayangi, walaupun harus terjerat dunia hitam dan kejam seperti ini. "Rose izinkan aku untuk membantumu. Aku tak tahan melihatmu harus terluka seperti ini.” Max mengambil kedua tangan mungil Shaylenna dan mengurungnya dalam genggaman tangannya yang besar. Shaylenna tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf, aku harus kembali menolak niat baik mu. Alasanku tetap sama. Aku akan melunasi hutang itu sendiri tanpa bantuan orang lain. Jangan tersinggung, aku hanya tidak mau merepotkan orang-orang yang menyayangiku.” Jelas, jawaban Shaylenna membuat Max tidak bisa berkata-kata lagi. Entah kenapa? Suara lembut yang terdengar dari bibir tipis dan merah itu membuatnya selalu tak bisa mengelak ataupun memaksa, “lagi pula, ini sudah menjadi risiko pekerjaanku.” lanjut Shaylenna. "Baiklah, aku menyerah. Tapi, sekali lagi, aku melihat kau tersakiti, aku tidak akan diam saja. Walaupun tanpa persetujuan mu, aku akan membunuh orang itu dan aku akan membawamu pergi jauh dari sini.” Shaylenna mengecup tangan Max dan tersenyum lembut. “Terima kasih. You’re My Maxi ...”"And You’re My sexi Rose ...,” Cup! Max mengecup lembut kening Shaylenna. Memberi keyakinan pada wanita itu, jika dirinya Maxime sang penguasa, akan menjadi tameng untuk melindunginya. Max menemani Shaylenna seharian penuh. Semua tugas madam Alice sebagai perawat Shaylenna, berpindah tangan sepenuhnya. Mulai dari menyuapi sampai memberikan obat pada Shaylenna, Max melakukan semua itu dengan senang. Shaylenna sukses membuat hatinya yang terluka, sedikit demi sedikit bisa menerima dengan sendirinya. Kedekatan itu, tak ayal membuat wanita yang mengintip kebersamaan mereka dari celah pintu yang sedikit terbuka, menatap sinis dan penuh kebencian yang berkobar di balik tatapannya."Aku benci kau! Kau wanita licik yang berhasil merebut hati semua orang dengan kepolosan bualanmu. Aku pastikan kau akan menderita dan segera pergi dari sini ... jalang!” sumpahnya lalu pergi dari sana. Max masih belum beranjak dari kamar itu. Hari sudah malam. Lalu dering ponsel menghentikan tawanya dengan. Shaylenna. Max melihat ponselnya. Dia membaca kilas pesan yang dikirimkan seseorang padanya. "My Rose, maafkan aku. Aku harus pergi, kau harus jaga dirimu baik-baik jika kau tak mau merubahku menjadi moster bertaring seperti bayanganmu itu."Dan kau juga harus berjanji. Kau akan menghubungiku jika terjadi sesuatu padamu. Saat itu, di mana pun aku berada, aku akan datang untukmu, mengerti?” ucapnya disertai nada peringatan di sana. Shaylenna mengangguk, tidak ada gunanya juga berdebat dengan pria dingin itu. “Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Kau pun juga harus menjaga dirimu. ““Baiklah. Ingat pesanku Rose. Hubungi aku secepatnya! “ tegasnya lagi. “Oke ... siap laksanakan Tuan!““Kau selalu menggemaskan.” Cup! Max mengecup kedua pipi Shaylenna lembut, membuat Shaylenna tersenyum dan mengerling nakal padanya. Cup! Shaylenna membalas kecupan Max lembut di dagunya. Kecupannya sedikit menyentuh bibir bawah Max yang tipis dan bergelombang membuat Max terkekeh pelan, hanya Shaylenna yang berani melakukan itu dan dia tak akan pernah melupakannya. "Good Night, My Rose ...”"Night too, My Maxi ...”Cantik! Kau akan selalu menjadi mawarku yang cantik merekah. Max pun keluar dari kamar itu setelah madam Alice datang. Sebelum keluar, Max sempat menatap tajam madam Alice dan madam Alice hanya mengangguk paham. Dia mengerti sepenuhnya arti tatapan itu. "Sayang kau harus istirahat oke? Saatnya Mom harus pergi ke aula. Maaf tak bisa menemanimu.” Madam Alice mengusap lembut rambut panjang Rose yang berantakan di bantal. "Pergilah Mom, aku baik-baik saja. Aku lelah. Aku ingin istirahat,” jawab Shaylenna. Madam Alice mengangguk lalu pergi dari kamarnya setelah mengecup kening Shaylenna lembut. Shaylenna mencoba memejamkan matanya yang terasa sedikit nyeri karena kekerasan pria tadi malam. Tapi, baru beberapa detik matanya terpejam, tiba-tiba wajahnya tersiram air. Shaylenna gelagapan dan segera mengusap wajahnya yang basah."Bangun jalang!” Teriakan wanita itu membuatnya shock. Dia kenal betul siapa pemilik suara melengking itu. Dan ketika dia melihat wajah yang menyiramnya tadi, Shaylenna semakin membulat tak percaya. Di depanya berdiri seorang wanita yang sudah menjerumuskan nya ke tempat laknat itu. "Kakak ...,“ lirihnya tertahan.Shaylenna mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia masih belum percaya, jika kakaknya, Jane benar-benar berdiri di depannya. Dia tidak sedang bermimpi. Bagaimana Jane bisa menemukannya alias mengetahui identitasnya?"Ohhh, jadi ini Idola ranjang itu? Dasar munafik! Wanita licik!” umpat Jane sambil menarik rambut Shaylenna kuat sehingga membuat Shaylenna meringis kesakitan."Argh ... lep--pas kak. Sa—kit!”Shaylenna mengambil tangan Jane, dan melepaskannya dari rambutnya. Meskipun kondisinya masih sangat lemah, dia harus bangkit untuk melawan kakaknya itu. Karena dia Shaylenna, bukan lagi Flower yang lemah."Saat ku jual kesini, kau menangis meraung-raung. Sekarang, Setelah kau melihat uang dan merasakan bagaimana kepuasan bermain dengan pria, kau menjual tubuhmu. Dasar munafik! antas saja semua wanita disini membencimu! Kelicikan mu dengan tampang polosmu itu berhasil menjera
Flower terbangun karna sinar matahari pagi yang mulai menyengat kulitnya. Dia menguap dan meregangkan ototnya perlahan. Tertidur telungkup di pemakaman, bukan hal yang mudah. Tubuhnya sakit dan pegal dimana-mana.Flower, menatap dalam nisan di depannya. Air matanya kembali jatuh. Di usapnya pelan nisan bertuliskan nama ayahnya itu. “Maaf aku harus pergi, Ayah. Aku yakin, saat ini sedang menjadi buronan Alex! Suatu hari nanti, aku akan mengunjungi Ayah lagi. Aku janji,” ucapnya pelan dengan air mata tak terbendung. Dia pun pergi dari tempat itu dengan menahan rasa sesak yang mendera.Flower menghentikan taxi dan menunjukkan sebuah alamat pada sopir itu. Dia tidak berniat untuk kembali ke rumah lamanya. Di sana ada Jane. Jane pasti akan kembali menyerahkannya pada Alex.Flower akan ke toko pakaian kecil, untuk membeli baju. Karna bajunya saat ini, sudah sangat kotor dan tak layak pakai. Setelahnya, dia akan mencari kontrakan kecil yan
1 bulan berlalu ... Flower hidup bahagia. Selama 1 bulan terakhir, Axel memperlakukannya dengan sangat baik. Para pelayan di rumah itu juga sangat baik padanya. Sejauh ini, keadaannya sangat aman dan dia tak perlu takut dan khawatir.Axel sering menceritakan kehidupannya kepada Flower, begitu pun sebaliknya. Mereka saling terbuka satu sama lain. Kini, mereka berteman sangat dekat, bahkan Axel sudah menganggap Flower adiknya. Itulah sebabnya Axel sangat menjaga keamanan Flower. Dia tidak mau, jika Flower harus kembali ke dunia hitam itu. Axel sangat tersentuh, saat Flower menceritakan kisah hidupnya. Flower sangat ingin jauh dari dunia jalang itu dan dia akan membantunya. Letak rumah Axel yang sedikit tersembunyi dari keramaian, membuat Alex sulit untuk menemukannya dan mereka bersyukur untuk itu. Bukannya Axel tidak tau, jika Alex sudah menyebar anak buahnya ke seluruh penjuru kota untuk menemukan wanita yang saat ini bersembuny
Alex membawa Flower jauh dari kota dan keramaian. Dia membawa Flower ke mansion nya yang berada di tempat terpencil. Mansion itu, berada di kaki gunung COL DE I'LSERAN yang saat ini tertutupi salju. Alex yakin. Di tempat itu Flower tak akan bisa lari lagi darinya. Dia akan mengurung wanita itu selamanya. Di musim dingin seperti ini, salju turun dengan derasnya dan menutupi daerah itu. Tapi, karna kekuasaannya, Alex berhasil sampai di mansion nya dengan bantuan beberapa alat berat yang membersihkan salju agar tak menghalangi laju mobilnya. Meskipun mansion itu sangat jarangAlex kunjungi, Alex masih memperkerjakan seorang wanita paruh baya yang selalu merawat dan menjaga kebersihan Mansion itu.Alex membawa tubuh Flower yang masih tak sadarkan diri ke sebuah kamar miliknya dan membaringkannya di sana. Alex mengikat kedua tangan Flower ke ranjang, takut jika wanita itu bangun dan nekat pergi lagi darinya."Kenapa k
Alex duduk di depan perapian. Dia merasa sangat marah karna Flower tetap dengan sikap keras kepalanya. Alex sangat benci dengan sikap Flower yang sama sekali tak takut padanya. Seolah-olah bagi Flower, dia tidak berpengaruh sedikit pun, sedangkan orang lain saja akan memilih menghindar saat namanya disebut.Alex memanggil bik Emma, dan tak lama bi Emma datang.“Bi, jaga dia. Aku akan ke kota sebentar ...”Alex menatap wanita itu, sambil memakai mantel tebalnya, dan bik Emma hanya mengangguk patuh, "jangan coba-coba melepaskannya, atau kau akan melihat ku menyiksanya di depanmu,” ancam Alex dan bik Emma kembali mengangguk patuh. Alex tidak pernah main-main dengan ucapannya.Alex pergi dari mansion. Tapi penjagaan di mansion malah di perketat olehnya. Alex tidak mau ambil risiko, karena Flower dan keras kepalanya pasti akan mencoba kabur dari mansion selagi ada kesempatan.Hari sudah malam. Bi Emma mendatangi kamar Flower da
Alex menatap Flower tajam, sedangkan Flower sibuk meringis sambil sesekali memejamkan mata."Mau lihat, bagaimana pria brengsek ini menghukum mu sampai kau akan memohon padaku?” tanya Alex, hingga detik berikutnya ..."Emmph ..." Flower bungkam, sebelum dirinya bisa membalas ancaman Alex tadi. Alex sudah lebih dulu menyatukan bibirnya.Flower terengah, dia mencoba berontak agar Alex melepaskan ciumannya. Rasanya napasnya hanya sampai sebatas dada. Akhirnya, Flower mengambil inisiatif dengan menggigit bibir atas Alex sehingga Alex melepaskan pagutannya.Napas Flower memburu. Dadanya naik turun, pipinya merah, rambutnya yang tak tersisir semakin berantakan. Sedangkan Alex, pandangannya malah semakin menggelap melihat tampilan Flower yang berantakan.Kenapa jalang ini mudah sekali memancing gairahku?Flower mulai mengumpulkan tenaganya. Dia harus melawan, atau malam ini dia akan kembali menjadi korban. Flower menga
Alex masih terdiam sambil mengepalkan tangannya kuat. Dia tau, pukulannya tadi sangat keras, hingga membuat sudut bibir Flower kembali berdarah. Tapi, begitu melihat Flower masih bisa tersenyum dan menatap menantang padanya, membuat amarahnya kembali terpancing."Apa kau benar-benar berhati iblis, sampai-sampai ingin memukul mereka yang tak melakukan kesalahan apa pun, huh!? “Flower berkata dengan lantangnya, sementara bik Emma sudah semakin khawatir melihat darah yang terus mengalir dari sudut bibir Flower. Bisa saja, tuannya akan lepas kendali dan kembali memukul Flower melihat Flower yang keras kepala melawannya.Alex mengeraskan rahangnya, manik matanya menggelap. Flower masih berani melawannya, bahkan terlihat tidak ada rasa takut sedikit pun."Apa kau pikir aku akan takut huh!? Aku tidak akan pernah takut pada pria iblis dan berengsek sepertimu! Jika kau berani menyakiti mereka, akan kubuktikan padamu jika aku bisa mati tanpa
Alex benar membawa Flower ke mansion nya beserta dokter dan beberapa perawat menyertainya. Alex hanya tidak mau, jalang yang sudah terikat padanya itu mati, karna ulah tangannya sendiri. Flower harus mati di tangannya tanpa bantuan orang lain.Kini, mansion itu sedikit ramai karna kehadiran dokter dan beberapa perawat yang selalu stand bye untuk merawat Flower yang belum sadarkan diri.Saat itu, Alex menghampiri Flower yang masih belum juga sadar. Setiap malam, Alex akan menghampiri Flower di kamarnya, dan ini sudah satu minggu berlalu. Tapi, Flower masih betah dalam tidur lelapnya."Kenapa kau sangat betah dalam tidurmu? Bangunlah ...”Hanya kata itu yang Alex ucapkan selama satu minggu terakhir. Alex menatap wajah yang sangat damai dalam tidurnya itu. Berbeda sekali, dengan wajah penuh amarah dan kebencian yang dia lihat terakhir kali. Alex mengusap wajah Flower pelan dengan ibu jarinya kemudian keluar dari kamar itu.