Alex benar membawa Flower ke mansion nya beserta dokter dan beberapa perawat menyertainya. Alex hanya tidak mau, jalang yang sudah terikat padanya itu mati, karna ulah tangannya sendiri. Flower harus mati di tangannya tanpa bantuan orang lain.
Kini, mansion itu sedikit ramai karna kehadiran dokter dan beberapa perawat yang selalu stand bye untuk merawat Flower yang belum sadarkan diri. Saat itu, Alex menghampiri Flower yang masih belum juga sadar. Setiap malam, Alex akan menghampiri Flower di kamarnya, dan ini sudah satu minggu berlalu. Tapi, Flower masih betah dalam tidur lelapnya. "Kenapa kau sangat betah dalam tidurmu? Bangunlah ...”Hanya kata itu yang Alex ucapkan selama satu minggu terakhir. Alex menatap wajah yang sangat damai dalam tidurnya itu. Berbeda sekali, dengan wajah penuh amarah dan kebencian yang dia lihat terakhir kali. Alex mengusap wajah Flower pelan dengan ibu jarinya kemudian keluar dari kamar itu.Alex menggeram marah. Hanya melihat penampilan Flower yang biasa saja seperti tadi, sudah akan membuat gairah meledakkan dirinya. Akhir-akhir ini, Alex sangat sulit mengontrol diri, hanya karena pengaruh Flower. Seakan ada magnet khusus yang menariknya kuat.Siang tadi, entah keajaiban apa yang membuatnya menemani wanita itu bermain salju. Tawa Flower yang sudah beberapa bulan tak muncul dari bibirnya, hari ini lepas begitu saja. Flower mengganti sifat kejam dan dinginnya itu dengan tawa dan kebahagiaan. Entah kenapa, hatinya menghangat saat melihat senyuman Flower, dan Alex menjadi kecanduan olehnya.Alex lupa akan semuanya. Hanya Flower, dan senyumannya yang terus berputar di dunianya. Lalu, mobil yang ditugaskannya datang. Dan akal sehatnya pun kembali merenggut dirinya. Alex meninggalkan Flower begitu saja dan menghampiri wanita jalang yang di pesannya, lalu mengajaknya ke dalam. Alex tau, jika Flower kaget melihat kebersamaannya dengan wanita jalang
Flower menatap pemandangan salju dari jendela besar di depannya. Salju masih turun dengan derasnya. Cuaca di luar sana, pasti sangat dingin seperti hari-harinya yang tetap saja dingin, sepi dan hampa. Dia masih terkurung dalam mansion Alex, dan entah kapan dia bisa bebas.Sudah 10 hari dia sadar dari komanya, dan selama itu juga dia merasa lega. Alex tak pernah lagi menyentuhnya. Alex memilih menyentuh jalang-jalangnya di klub. Pria itu benar-benar menghindar darinya, menepati janji yang dibuatnya.Kondisi tubuh Flower sudah sangat sehat, bekas luka di lehernya pun sudah hilang, dan dia sudah kembali beraktivitas seperti semula. Flower sering membantu bik Emma melakukan pekerjaan mansion. Menyapu, memasak bahkan mencuci piring. Dia ingin kembali menikmati kehidupan normalnya seperti dulu. Bukan lagi sebagai tahanan.Hubungan Bik Emma dan Flower semakin dekat, begitu pun para bodyguard Alex. Mereka lah yang selalu menemani kesepiannya. Dan
Alex membuka mata saat merasakan sesuatu yang hangat mengalir ke ujung hidungnya. Shock. Alex kaget, cairan hangat itu adalah darah segar yang mengalir dari hidung Flower. Flower mimisan."Flower! Hey ... Bangun!“ Alex mengguncangkan tubuh Flower di pelukannya. Tapi Flower tak bergerak sedikit pun sebagai respons atas panggilannya, ternyata Flower sudah tak sadarkan diri. Alex menggerakkan tangannya, menyentuh kepala Flower yang melindunginya dari derasnya salju."Sial! “ Alex mengumpat. saat menyentuh gumpalan salju, yang sudah membeku di kepala belakang Flower, "Salju ini, pasti penyebab Flower mimisan. Kenapa kau sangat bodoh mengorbankan dirimu untukku, Flower!”Alex menggeser mantel Flower menutupi kepalanya dan kepala Flower yang sudah jatuh ke ceruk lehernya. Alex mengeratkan pelukannya. Rasa takut membayanginya melihat Flower yang sudah tidak sadarkan diri. Alex tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan tubuhnya pun, seakan mati rasa. Cu
Keesokan harinya.Flower mendatangi kamar tempat Alex dirawat. Alex masih terlihat sangat mengenaskan dengan jarum infus yang masih tertancap di pergelangan tangannya, dan selang oksigen yang membantu pernafasannya. Kepala, lengan serta separuh dada Alex juga masih terlilit perban membuat siapa pun yang melihatnya akan iba. Alex yang berkuasa sedang dalam masa ketidakberdayaanya.Flower tau, luka yang terlilit perban di dada Alex, adalah luka cakaran yang Alex dapat dari pertarungannya dengan serigala yang akan menerkam dirinya di hutan saat itu. Luka itu yang menjadi penyebab Alex kehilangan banyak darah dan akhirnya sekarat.Flower mendekat ke arah ranjang dan duduk di dekat Alex. Flower menatap lekat wajah tampan yang masih sangat pucat itu. Bibir yang biasanya merah dan penuh dengan kata-kata dingin menusuk itu, juga masih sedikit pucat. Tangan Flower mengusap lembut wajah Alex, lalu turun menyusuri perban yang melilit tubuh lemah berotot itu.&nb
Setelah bersiap-siap, Flower dan bik Emma pun berangkat menuju kota. Jika hanya bik Emma yang ke kota seperti hari-hari biasanya, maka hanya akan ada 2 bodyguard yang mengawalnya sekedar untuk membantu membawakan belanjaan wanita paruh baya itu. Tapi, saat bik Emma membawa Flower turut serta, maka penjagaannya menjadi berlipat ganda. 2 mobil mengawalnya, dengan 12 bodyguard didalamnya. dan 3 orang bodyguard lagi, berada dalam satu mobil yang ditumpangi Flower dan bik Emma.Bik Emma dan para bodyguard, tidak mau mengambil risiko besar dengan membiarkan Flower tanpa penjagaan ketat. Jika terjadi sesuatu dengan gadis itu, maka dipastikan, mereka akan tamat!Saat ini, bik Emma dan para bodyguard merasa sedang berada di ambang kematian. Hidup mati mereka tergantung pada Flower. Mereka hanya berharap, nonanya itu tidak akan melakukan sesuatu yang membuat nyawa mereka terancam."Jangan menatapku begitu. Tenang saja. Aku tidak akan membahayakan nyawa k
Jane POVAku Jane Deandra. Umurku 23 tahun. Selama ini aku tinggal dengan adik tiriku, Rose Flower. Adik yang aku dapatkan sejak umurku 17 tahun. Saat itu, ibuku menikahi ayahnya dan kami tinggal bersama.Usiaku dan Flower, berjarak 4 tahun. Ibuku pergi meninggalkan ayah Flower, setelah mereka menikah genap 1 tahun karna ayah Flower yang sakit-sakitan. Ibuku juga dengan teganya meninggalkanku. Dan sampai sekarang. Aku tidak tau, di mana keberadaannya.Hidupku yang sangat keras, membuatku harus mengambil pilihan ini. Aku tak punya pilihan lain, selain menjadi bagian dunia hitam itu. Hidupku memang miskin, tapi tidak mau menjadi wanita miskin yang serba kekurangan. Aku suka dengan kebebasan dan uang. Kesucian, harga diri, tidak ada artinya bagiku. Aku sudah menukarnya dengan beberapa lembar uang pada pria yang kutemui di klub, yang bahkan aku tidak tau siapa namanya.Di salah satu kamar temaram di klub, aku sedang memuaskan pelangganku. Pe
Di tempat yang berbeda, seorang pria dengan rambut acaknya dan dasi yang sudah tanggal dari kemejanya, sedang menikmati minumannya di salah satu klub berkelas di kota London. Sudah hampir 3 bulan, pria itu tak mengunjungi kota Paris karena begitu banyak pekerjaan dan Project yang harus ditanganinya.Beberapa wanita dengan lingerie seksinya, mendekati pria itu dan mulai menggoda dengan menyentuhnya sensual. Tapi, pria itu, sama sekali tak beranjak dan menghiraukan sentuhan dari wanita jalang yang menggodanya."Kau tak mau bersenang-senang, Tuan? “ goda seorang wanita yang sedang meremas-remas lengan kokohnya. Dan pria itu hanya menatapnya dengan pandangan yang menusuk, membuat wanita jalang tadi menghentikan sentuhannya."Katakan di mana penanggung jawab klub ini!" ucapnya dengan nada yang dingin, angkuh dan memerintah. Khas orang yang memiliki kuasa dan pengaruh besar."Mari, saya antar, Tuan ..." wanita itu menjawab kikuk. Pria ini,
2 hari setelah pertemuannya dengan Flower, Di sinilah Axel berada. Bergumul dengan seorang wanita di ranjang kekuasaannya. Mereka saling mengecap sedangkan tangan mereka aktif melepaskan baju pasangannya."Aku sangat merindukanmu, Flow ...”lirih Axel setelah melepaskan ciumannya."Aku juga Axel.”Axel tak bisa menahan dirinya lagi. Akal sehatnya hilang karna sentuhan wanita di depannya. Dia sudah tak menganggapnya adik, atau saudara. Persetan dengan semuanya. Dia adalah wanita yang dicintainya.Axel meracau nikmat. Matanya menatap lekat wajah memerah di bawah kuasanya. Wanita itu sedang menutup matanya. Menahan nikmat, karna sentuhannya."Desahkan namaku, Sayang. Aku sangat merindukanmu ... " Axel semakin menggila.Axel belum menjauhkan tubuhnya. Posisinya masih menindih tubuh itu. Nafasnya tersengal dan keringat membanjiri tubuh mereka. Percintaan mereka tadi, benar-benar menguras tenaga.Axel