Share

Episode 4

Author: aileeliight
last update Last Updated: 2025-03-04 00:17:36

Setelah terdiam cukup lama, Grace akhirnya menjawab pelan, “Aku… tidak tahu, tapi sepertinya tidak.”

Aska menatapnya tajam. “Jawaban macam apa itu? Kamu harus memastikannya sendiri. Berhenti menghindari Rain!”

Grace mengangguk pelan. Dia tahu Aska benar. Selama ini, dia terlalu banyak menghindar. Padahal sekarang Rain sudah menjadi tunangan Alina.

Aska memperhatikan wajah Grace yang tampak resah.

“Grace, jangan terlalu dipikirkan. Kalau ternyata kamu masih punya perasaan pada Rain… itu tidak apa-apa.”

“Apanya yang tidak apa-apa?” potong Grace cepat. “Rain itu tunangannya Alina.”

Aska tersenyum menatap Grace dengan lekat. “You know nothing,” gumamnya kemudian.

Grace memilih diam. Dia menyesap sisa minumannya tanpa berniat menanggapi Aska lagi.

“Jadi, kamu akan datang ke pernikahanku, kan?” tanya Aska memastikan.

“Iya,” jawab Grace singkat. “Boleh aku membawa temanku?”

Aska mengangkat alis. “Teman? Teman yang mana?”

“Rania, dia asistenku.”

Aska mengangguk. “Boleh. Aku akan siapkan satu kamar lagi untuknya.”

“Kamar?” tanya Grace bingung.

“Apa aku belum bilang?” Aska menyandarkan punggungnya. “Aku akan menikah di Bali. Kita akan menginap tiga hari di sana.”

Mendengarnya, mata Grace berbinar. “Bali? Aku jadi nggak sabar. Sepertinya akan menyenangkan.”

Aska ikut tersenyum. “Sekalian liburan. Tidak baik kerja terus.”

Grace mengangguk setuju. Jika diadakan di Bali, Rania pasti bersedia ikut. Dia lalu melirik jam di tangannya. Sudah hampir pukul dua.

“Aska, aku harus pergi. Jam dua aku ada rapat,” katanya sambil berdiri. “Aku naik taksi saja, tidak usah dianter,” tambahnya cepat lalu berbalik dan pergi meninggalkan Aska.

“Grace, tunggu sebentar,” tahan Aska.

Grace menoleh. “Kenapa?”

“Jangan menghindari Rain. Temui dia dan pastikan perasaanmu.” Aska menatapnya serius. “Kalau kamu masih menyukainya… aku akan bantu. Jangan takut, kamu tidak akan berakhir seperti ibu dan kakak-kakakmu karena kamu bukan mereka,” kata Aska tenang.

Grace terpaku. Perkataan Aska membuat dadanya terasa sesak. Kenapa Aska berkata seperti itu? Apa yang sebenarnya dipikirkan Aska?

Rain dan Alina sudah bertunangan. Tidak mungkin hanya karena Grace menyukai Rain, lalu Aska akan membantunya merusak pertunangan itu—pertunangan sahabat dan adik kandungnya sendiri!

“Anggap saja aku tidak pernah dengar apa yang barusan kamu bilang,” ucap Grace dingin. Dia lalu berbalik dan berjalan keluar.

Aska menatap punggung Grace yang menjauh. Grace, you really know nothing...

Begitu keluar dari kafe, Grace langsung naik taksi yang melintas. Kata-kata Aska masih mengganggu pikirannya dan ini bukan pertama kalinya Aska berkata seperti itu.

Grace teringat masa lalu, saat dia meninggalkan Rain di taman labirin setelah mendengar pengakuan cinta dari Rain. Tanpa sengaja dia bertemu Aska dan tangisnya pecah di hadapan Aska. Dari situlah Aska mengetahui semuanya.

Aska juga yang membantu Grace menjauh dari Rain. Dengan bantuan Aska, Grace berhasil mendapatkan izin untuk kembali ke Bandung dan memulai hidup baru. Itu adalah langkah awal yang dipilih Grace untuk belajar berdamai dengan masa lalunya.

Sesekali paman, bibi, dan Aska atau Alina datang menjenguk. Tapi Aska yang paling sering, karena dia kuliah di Bandung. Sementara Alina melanjutkan kuliah ke Paris. Mungkin itu juga alasan kenapa Alina dan Rain bertunangan.

Aska pernah cerita, tak lama setelah Grace pindah ke Bandung, Rain juga pindah ke Paris tinggal dengan keluarga ayahnya. Mungkin saja Rain dan Alina bertemu di sana, saling mengenal lebih dekat, dan memutuskan bertunangan.

Dering ponsel dari dalam tas membuat Grace tersadar. Nama “Rania” muncul di layar. Grace menghela napas sebelum mengangkatnya.

"Halo?"

"Grace, kamu di mana?" suara Rania terdengar sedikit tergesa.

"Di jalan. Kenapa?"

Terdengar suara hembusan napas lega sebelum Rania menjawab, "Syukurlah. Jangan lupa, kita ada meeting 30 menit lagi."

"Iya, aku tahu. Sebentar lagi sampai," kata Grace, lalu menutup teleponnya.

Grace memejamkan mata sebentar, mencoba menenangkan diri. Sudah hampir delapan tahun, ada banyak hal telah berubah antara dirinya dan Rain.

Grace yakin dia tidak punya perasaan apa-apa lagi, begitu juga dengan Rain. Semuanya akan baik-baik saja. Dia hanya perlu bertemu Rain selama tiga hari dan setelah itu, hidupnya akan kembali seperti semula.

Itulah yang dipikirkan Grace tanpa tau apa yang menunggunya di depan sana…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 5

    Waktu berlalu lebih cepat dari yang Grace kira. Rasanya baru kemarin dia sibuk di studio memantau pemotretan, dan sekarang dia sudah berdiri di Bandara Ngurah Rai, menarik koper bersama Rania yang tampak sibuk melirik kanan-kiri.Begitu melewati pintu kedatangan, pandangan Grace langsung tertumbuk pada seorang pria yang berdiri sambil memegang papan bertuliskan namanya. Grace pun segera menghampiri pria tersebut.“Selamat sore, Nona Grace. Saya Adam, ditugaskan Tuan Aska untuk menjemput Anda.”“Baik,” jawab Grace singkat.“Mari lewat sini,” ujar Adam, lalu berjalan di depan mereka.Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan hotel bintang lima yang berdiri megah. Rania bersiul pelan. “Wah, sepupumu serius sekali dengan pernikahannya. Hotelnya segini mewah.”Grace hanya tersenyum tipis. “Kelihatannya begitu.”Adam menyerahkan kunci kamar. “Ini kamar Nona Grace, dan yang di seberangnya untuk Nona Rania. Bila perlu bantuan, staf hotel siap 24 jam.”“Terima kasih,” ucap Grace

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 4

    Setelah terdiam cukup lama, Grace akhirnya menjawab pelan, “Aku… tidak tahu, tapi sepertinya tidak.”Aska menatapnya tajam. “Jawaban macam apa itu? Kamu harus memastikannya sendiri. Berhenti menghindari Rain!”Grace mengangguk pelan. Dia tahu Aska benar. Selama ini, dia terlalu banyak menghindar. Padahal sekarang Rain sudah menjadi tunangan Alina.Aska memperhatikan wajah Grace yang tampak resah.“Grace, jangan terlalu dipikirkan. Kalau ternyata kamu masih punya perasaan pada Rain… itu tidak apa-apa.”“Apanya yang tidak apa-apa?” potong Grace cepat. “Rain itu tunangannya Alina.”Aska tersenyum menatap Grace dengan lekat. “You know nothing,” gumamnya kemudian.Grace memilih diam. Dia menyesap sisa minumannya tanpa berniat menanggapi Aska lagi.“Jadi, kamu akan datang ke pernikahanku, kan?” tanya Aska memastikan.“Iya,” jawab Grace singkat. “Boleh aku membawa temanku?”Aska mengangkat alis. “Teman? Teman yang mana?”“Rania, dia asistenku.”Aska mengangguk. “Boleh. Aku akan siapkan satu

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 3

    Suara stiletto Grace menggema di lorong. Langkahnya luwes dengan postur tubuh yang proporsional, ditambah dengan wajah cantik yang mempesona, layak membuat semua orang menoleh. Sesekali Grace membalas sapaan yang datang dengan senyuman tipis.Dia masuk lift dan menekan tombol delapan di panel. Begitu pintu tertutup, Grace menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata. Rapat, revisi desain, dan segala detail kecil untuk persiapan Jakarta Fashion Week dua bulan lagi membuat kepalanya penuh.Suara ponselnya yang berdering nyaring membuyarkan lamunannya. Grace membuka mata, merogoh tasnya, dan melihat nama Aska tertera dilayar ponselnya.“Halo Aska?”“Hai Grace, Maaf ya aku di jalan jadi agak bising.” Suara sepupunya itu terdengar di seberang.“Ada apa? kalau kamu sibuk, hubungi aku nanti saja,” balas Grace.“Aku di Bandung sekarang. Bisa kita bertemu sebentar? ada yang ingin aku bicarakan.”Grace menghela napas. “Aku harus ketemu klien jam dua. Tapi kalau sebentar saja, boleh.”“Janji, cuma

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 2

    Setelah hari itu, Grace tak pernah bertemu lagi dengan Rain. Dari cerita Aska, Grace tahu bahwa Rain adalah sahabat sepupunya. Tapi dia tak berani bertanya lebih jauh.Hari ini rumah terasa sepi. Paman Alan dan Bibi Elsa sedang ke Bali untuk urusan bisnis. Aska belum pulang sejak kemarin. Sebenarnya Grace masih punya sepupu lain namanya Alina—adik Aska. Tapi gadis itu tak menyukainya.Langit sore tampak cerah dan Grace memutuskan untuk pergi ke taman labirin di belakang rumah. Taman itu luas dan penuh bunga. Tempat paling tenang yang bisa dia datangi.Angin lembut membawa aroma manis bunga-bunga. Grace menarik napas dalam dan tersenyum tipis."Grace?" Grace tertegun melihat orang yang barusan memanggilnya.“Kita belum sempat berkenalan, kan? Aku Rainhard Gibraltar. Panggil saja Rain,” ujarnya.“Ah... aku Grace.” Grace terdiam, “Grace Kannelite,” lanjutnya salah tingkah.Rain tersenyum sambil menatap Grace lekat-lekat. “Sepertinya kamu baik-baik saja sekarang.”"Ya, berkatmu. Terima ka

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 1

    Awan gelap menyelimuti langit. Suasana taman terasa sendu. Sama seperti raut wajah Grace yang duduk di tepi kolam, menatap air tenang yang tak memantulkan apa pun selain bayangan dirinya.Angin sore menyentuh pelan rambutnya. Mata itu tampak lelah. Seolah sudah kehilangan arah untuk berharap.Bagaimana kalau semuanya selesai di sini saja? Suara itu muncul begitu saja di dalam kepala Grace. Lembut, tapi tajam.Grace berdiri perlahan, menatap bayangannya di permukaan air. Lalu melangkah ke ujung kolam. Tanpa pikir panjang, dia menjatuhkan tubuhnya sendiri dan dalam sekejap air langsung menelan seluruh tubuhnya.Jika ini akhirnya, biarlah begini saja. Tidak ada yang melihat juga jadi anggap saja ini kecelakaan yang tidak disengaja. Suara itu lagi-lagi muncul di benak Grace yang tampak pasrah.Tapi Grace salah. Di kejauhan, seseorang berdiri terpaku, seorang laki-laki yang tak sengaja melihat kejadian itu dari jarak yang bisa dibilang cukup dekat.Pandangannya terpaku pada riak yang baru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status