Bagi Grace Kannelite, cinta bukanlah sesuatu yang indah, cinta adalah kutukan. Dia telah melihat bagaimana perasaan itu menghancurkan keluarganya, membawa duka dan kehilangan yang tak berkesudahan. Karena itu, dia bersumpah untuk tidak pernah membiarkan cinta masuk ke dalam hidupnya. Namun, Rainhard Gibraltar hadir dan mengacaukan segalanya. Pria itu berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Dia tidak memandang Grace dengan kasihan, tidak menyakitinya, tidak pula menjauhinya. Kehadirannya menenangkan, seperti hujan di tengah padang gersang. Tapi saat Rain mengucapkan kata cinta, ketakutan itu kembali. Grace memilih pergi, meyakinkan dirinya bahwa tanpa cinta, hidupnya akan tetap baik-baik saja. Sampai takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang lebih rumit. Satu kesalahan mengubah segalanya, membuat Rain 'terikat' dengan Grace sedangkan kenyataannya Rain sudah memiliki 'ikatan' dengan yang lain. Bagaimana Grace menghadapi semua ini? menghadapi perasaan takut dan benci yang dia miliki, terlebih lagi menghadapi Rain yang ternyata begitu keras kepala.
View MoreAwan gelap menyelimuti langit. Suasana taman terasa sendu. Sama seperti raut wajah Grace yang duduk di tepi kolam, menatap air tenang yang tak memantulkan apa pun selain bayangan dirinya.
Angin sore menyentuh pelan rambutnya. Mata itu tampak lelah. Seolah sudah kehilangan arah untuk berharap.
Bagaimana kalau semuanya selesai di sini saja? Suara itu muncul begitu saja di dalam kepala Grace. Lembut, tapi tajam.
Grace berdiri perlahan, menatap bayangannya di permukaan air. Lalu melangkah ke ujung kolam. Tanpa pikir panjang, dia menjatuhkan tubuhnya sendiri dan dalam sekejap air langsung menelan seluruh tubuhnya.
Jika ini akhirnya, biarlah begini saja. Tidak ada yang melihat juga jadi anggap saja ini kecelakaan yang tidak disengaja. Suara itu lagi-lagi muncul di benak Grace yang tampak pasrah.
Tapi Grace salah. Di kejauhan, seseorang berdiri terpaku, seorang laki-laki yang tak sengaja melihat kejadian itu dari jarak yang bisa dibilang cukup dekat.
Pandangannya terpaku pada riak yang baru saja terbentuk. Untuk sesaat dia ragu, tapi kemudian kakinya bergerak sendiri, melangkah cepat menuju kolam.
Sementara Grace disisa-sisa kesadarannya, merasa seperti ada yang meraih tubuhnya dan mengangkatnya ke permukaan. Sontak saja dia langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya sekaligus memuntahkan air yang masuk ke dalam saluran pernapasan dan membuatnya terbatuk-batuk tanpa ampun.
“Hey, tenang! Coba tarik napas dengan perlahan.” Terdengar suara lembut seseorang tepat di samping Grace.
Grace mengerutkan alis, tampak tidak senang karena ini bukanlah hal yang dia inginkan. Perlahan dia mendongak dan menatap orang yang sudah mengacaukan segalanya.
Begitu pandangan mereka bertemu, Grace terpaku sejenak. Tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Dia manusia? pertanyaan itu langsung terbesit di benak Grace.
Tepat di sampingnya, ada seorang laki-laki yang terlihat sangat... tampan dengan sepasang mata biru yang membius.
“Kamu baik-baik saja?” lagi, suara itu terdengar memecah keheninggan yang sempat tercipta di antara mereka.
Grace berusaha untuk menjawab, namun tenggorokannya sakit sehingga tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
“Grace!” Grace melihat Aska, sedang berlari ke arahnya.
“Astaga! Rain apa yang terjadi? kenapa Grace bisa seperti ini?” tanya Aska panik, tampak cemas melihat keadaan sepupunya.
Ah, ternyata Namanya Rain. Grace menatap laki-laki di sampingnya.
“Sebenarnya ada apa Grace? Kenapa kamu bisa seperti ini?” tanya Aska lagi dengan nada tidak sabar.
“Dia tidak sengaja jatuh ke kolam,” jawab Rain cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari Grace.
“Kenapa kamu bisa jatuh Grace? Jangan bilang Rain yang mendorongmu?” Aska bertanya sambil melemparkan tatapan penuh curiga pada Rain yang tampak tidak peduli mendengar tuduhan konyolnya barusan.
“Tidak, bukan seperti itu.” Grace yang dari tadi hanya diam akhirnya bersuara, merasa tidak enak sendiri mendengar tuduhan Aska pada Rain.
Belum sempat Aska membalas perkataan Grace, Rain sudah lebih dulu berbicara. “Lebih baik kita kembali dulu ke rumah, sebentar lagi akan turun hujan,” ucapnya.
Suara petir yang menggelegar membuat Aska tidak punya pilihan selain menuruti perkataan sahabatnya itu.
“Pegangan,” kata Rain singkat sebelum mengangkat tubuh Grace dan menggendong gadis itu di punggungnya. Gerakannya lembut dan tanpa beban seolah Grace seringan bulu.
Grace tak punya tenaga untuk menolak, tubuhnya terasa lemas dan ada perasaan aneh yang perlahan menyusup ke hatinya.
“Lingkarkan tanganmu,” Terdengar suara Rain yang berbisik pelan tanpa menoleh.
Grace menurut. Dia melingkarkan lengannya ke leher Rain, lalu menyembunyikan wajahnya di pundaknya. Hujan mulai turun, menambah dingin yang menembus pakaian basah mereka.
Tak ada yang bicara selama perjalanan menuju rumah. Hanya suara langkah cepat dan rintik hujan yang menemani.
Namun, entah kenapa pelukan hangat dari punggung Rain membuat Grace merasa aman dan untuk pertama kalinya sejak berbulan-bulan… hatinya terasa hangat. Meski sedikit.
.
Waktu berlalu lebih cepat dari yang Grace kira. Rasanya baru kemarin dia sibuk di studio memantau pemotretan, dan sekarang dia sudah berdiri di Bandara Ngurah Rai, menarik koper bersama Rania yang tampak sibuk melirik kanan-kiri.Begitu melewati pintu kedatangan, pandangan Grace langsung tertumbuk pada seorang pria yang berdiri sambil memegang papan bertuliskan namanya. Grace pun segera menghampiri pria tersebut.“Selamat sore, Nona Grace. Saya Adam, ditugaskan Tuan Aska untuk menjemput Anda.”“Baik,” jawab Grace singkat.“Mari lewat sini,” ujar Adam, lalu berjalan di depan mereka.Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan hotel bintang lima yang berdiri megah. Rania bersiul pelan. “Wah, sepupumu serius sekali dengan pernikahannya. Hotelnya segini mewah.”Grace hanya tersenyum tipis. “Kelihatannya begitu.”Adam menyerahkan kunci kamar. “Ini kamar Nona Grace, dan yang di seberangnya untuk Nona Rania. Bila perlu bantuan, staf hotel siap 24 jam.”“Terima kasih,” ucap Grace
Setelah terdiam cukup lama, Grace akhirnya menjawab pelan, “Aku… tidak tahu, tapi sepertinya tidak.”Aska menatapnya tajam. “Jawaban macam apa itu? Kamu harus memastikannya sendiri. Berhenti menghindari Rain!”Grace mengangguk pelan. Dia tahu Aska benar. Selama ini, dia terlalu banyak menghindar. Padahal sekarang Rain sudah menjadi tunangan Alina.Aska memperhatikan wajah Grace yang tampak resah.“Grace, jangan terlalu dipikirkan. Kalau ternyata kamu masih punya perasaan pada Rain… itu tidak apa-apa.”“Apanya yang tidak apa-apa?” potong Grace cepat. “Rain itu tunangannya Alina.”Aska tersenyum menatap Grace dengan lekat. “You know nothing,” gumamnya kemudian.Grace memilih diam. Dia menyesap sisa minumannya tanpa berniat menanggapi Aska lagi.“Jadi, kamu akan datang ke pernikahanku, kan?” tanya Aska memastikan.“Iya,” jawab Grace singkat. “Boleh aku membawa temanku?”Aska mengangkat alis. “Teman? Teman yang mana?”“Rania, dia asistenku.”Aska mengangguk. “Boleh. Aku akan siapkan satu
Suara stiletto Grace menggema di lorong. Langkahnya luwes dengan postur tubuh yang proporsional, ditambah dengan wajah cantik yang mempesona, layak membuat semua orang menoleh. Sesekali Grace membalas sapaan yang datang dengan senyuman tipis.Dia masuk lift dan menekan tombol delapan di panel. Begitu pintu tertutup, Grace menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata. Rapat, revisi desain, dan segala detail kecil untuk persiapan Jakarta Fashion Week dua bulan lagi membuat kepalanya penuh.Suara ponselnya yang berdering nyaring membuyarkan lamunannya. Grace membuka mata, merogoh tasnya, dan melihat nama Aska tertera dilayar ponselnya.“Halo Aska?”“Hai Grace, Maaf ya aku di jalan jadi agak bising.” Suara sepupunya itu terdengar di seberang.“Ada apa? kalau kamu sibuk, hubungi aku nanti saja,” balas Grace.“Aku di Bandung sekarang. Bisa kita bertemu sebentar? ada yang ingin aku bicarakan.”Grace menghela napas. “Aku harus ketemu klien jam dua. Tapi kalau sebentar saja, boleh.”“Janji, cuma
Setelah hari itu, Grace tak pernah bertemu lagi dengan Rain. Dari cerita Aska, Grace tahu bahwa Rain adalah sahabat sepupunya. Tapi dia tak berani bertanya lebih jauh.Hari ini rumah terasa sepi. Paman Alan dan Bibi Elsa sedang ke Bali untuk urusan bisnis. Aska belum pulang sejak kemarin. Sebenarnya Grace masih punya sepupu lain namanya Alina—adik Aska. Tapi gadis itu tak menyukainya.Langit sore tampak cerah dan Grace memutuskan untuk pergi ke taman labirin di belakang rumah. Taman itu luas dan penuh bunga. Tempat paling tenang yang bisa dia datangi.Angin lembut membawa aroma manis bunga-bunga. Grace menarik napas dalam dan tersenyum tipis."Grace?" Grace tertegun melihat orang yang barusan memanggilnya.“Kita belum sempat berkenalan, kan? Aku Rainhard Gibraltar. Panggil saja Rain,” ujarnya.“Ah... aku Grace.” Grace terdiam, “Grace Kannelite,” lanjutnya salah tingkah.Rain tersenyum sambil menatap Grace lekat-lekat. “Sepertinya kamu baik-baik saja sekarang.”"Ya, berkatmu. Terima ka
Awan gelap menyelimuti langit. Suasana taman terasa sendu. Sama seperti raut wajah Grace yang duduk di tepi kolam, menatap air tenang yang tak memantulkan apa pun selain bayangan dirinya.Angin sore menyentuh pelan rambutnya. Mata itu tampak lelah. Seolah sudah kehilangan arah untuk berharap.Bagaimana kalau semuanya selesai di sini saja? Suara itu muncul begitu saja di dalam kepala Grace. Lembut, tapi tajam.Grace berdiri perlahan, menatap bayangannya di permukaan air. Lalu melangkah ke ujung kolam. Tanpa pikir panjang, dia menjatuhkan tubuhnya sendiri dan dalam sekejap air langsung menelan seluruh tubuhnya.Jika ini akhirnya, biarlah begini saja. Tidak ada yang melihat juga jadi anggap saja ini kecelakaan yang tidak disengaja. Suara itu lagi-lagi muncul di benak Grace yang tampak pasrah.Tapi Grace salah. Di kejauhan, seseorang berdiri terpaku, seorang laki-laki yang tak sengaja melihat kejadian itu dari jarak yang bisa dibilang cukup dekat.Pandangannya terpaku pada riak yang baru
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments