Share

Episode 5

Author: aileeliight
last update Last Updated: 2025-03-04 00:26:36

Waktu berlalu lebih cepat dari yang Grace kira. Rasanya baru kemarin dia sibuk di studio memantau pemotretan, dan sekarang dia sudah berdiri di Bandara Ngurah Rai, menarik koper bersama Rania yang tampak sibuk melirik kanan-kiri.

Begitu melewati pintu kedatangan, pandangan Grace langsung tertumbuk pada seorang pria yang berdiri sambil memegang papan bertuliskan namanya. Grace pun segera menghampiri pria tersebut.

“Selamat sore, Nona Grace. Saya Adam, ditugaskan Tuan Aska untuk menjemput Anda.”

“Baik,” jawab Grace singkat.

“Mari lewat sini,” ujar Adam, lalu berjalan di depan mereka.

Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan hotel bintang lima yang berdiri megah. Rania bersiul pelan. “Wah, sepupumu serius sekali dengan pernikahannya. Hotelnya segini mewah.”

Grace hanya tersenyum tipis. “Kelihatannya begitu.”

Adam menyerahkan kunci kamar. “Ini kamar Nona Grace, dan yang di seberangnya untuk Nona Rania. Bila perlu bantuan, staf hotel siap 24 jam.”

“Terima kasih,” ucap Grace.

Adam membungkuk sopan lalu pergi.

Rania menoleh ke arah Grace. “Cara bicaranya kaku sekali, mirip robot.”

 “Ada-ada saja kamu ini,” kata Grace tidak bisa menahan tawanya mendengar perkataan Rania. “Aku mau istirahat dulu, ya,” kata Grace sambil melangkah masuk ke kamarnya.

Di dalam kamar, Grace langsung membereskan koper, menaruh pakaiannya ke dalam lemari, lalu menuju kamar mandi. Dia butuh mandi air dingin untuk menenangkan diri. Setelahnya, dia rebah di kasur dan langsung tertidur.

**********

Grace menarik napas pelan. Ternyata resepsi pernikahan Aska lebih lama dari yang dia kira. Tadi pagi Grace sudah menghadiri akad nikah, lalu resepsi sorenya. Sekarang menjelang malam, tapi acaranya belum juga usai.

Grace menatap sekeliling mencari Rania, tapi nihil. Pandangannya kemudian tertuju pada paman, bibi, dan keluarga Aruna yang sedang asyik mengobrol. Aruna, si pengantin wanita, terlihat ramah dan ceria. Grace sempat berbicara dengannya tadi dan dari obrolan singkat itu, dia tahu kalau Aruna dan Aska dijodohkan.

“Grace.”

Grace menoleh. Rania datang membawa dua gelas wine.

“Dari mana saja kamu?” tanya Grace.

“Menikmati pemandangan,” jawab Rania sambil menyerahkan segelas wine. Grace langsung meneguknya.

“Woah, pelan-pelan kamu bisa mabuk.”

Grace tidak menanggapi. Dia mengambil botol wine di depannya dan mengisi ulang gelas yang sudah kosong.

“Grace,” tegur Rania pelan.

“Aku tau batasanku, Rania,” balas Grace keras kepala.

Rania hanya menghela napas. “Terserah kamu.”

Grace bisa merasakan ada setitik perasaan resah yang menyusup ke dadanya. Dia sudah berusaha membuang semua kenangan tentang Rain. Tapi kenyataannya, dia masih ragu apakah benar tidak ada lagi yang tersisa. Dia ingin memastikannya sendiri tapi sayangnya Rain dan Alina terlambat karena pesawat mereka sempat bermasalah.

“Faldi semalam menelponku, dan dia menanyakan kabarmu. Apa kalian bertengkar lagi?” pertanyaan Rania berhasil membuyarkan lamunan Grace.

Grace meneguk habis winenya, lalu menjawab, “Sepertinya begitu. Aku juga tidak mengerti, dia tiba-tiba marah.”

Rania mengerutkan kening. “Pasti kamu ada salah.”

Grace menghela napas. “Faldi itu sensitif. Kamu tahu sendiri.”

“Jangan menolak panggilan teleponnya, kalau kalian terus seperti ini aku yang pusing,” ujar Rania.

Grace tertawa. Dia mengisi ulang gelas mereka. “Lupakan dia. Kita ke sini buat bersenang-senang.”

Rania menatap Grace penuh selidik. “Kamu mabuk?”

“Belum,” jawab Grace cepat.

“Grace, cukup. Kamu sudah mulai mabuk,” ujar Rania. Dia sanggat mengenal nada bicara Grace yang mulai berubah ketika dia mulai mabuk.

“Aku masih sadar kok,” ucap Grace meyakinkan.

Rania akhirnya memilih diam. Matanya menyapu ruangan, Lalu tatapannya berhenti pada seorang wanita yang tampak familiar. Di samping wanita itu berdiri seorang lelaki yang sangat tampan. Ketampanannya tidak manusiawi seperti karakter utama yang keluar dari komik dengan mata biru yang begitu memikat.

“Grace, lihat! Pria itu sangat tampan,” kata Rania bersemangat. “Tapi sepertinya dia tidak single,” lanjutnya dengan nada kecewa.

“Hmmm.” Grace hanya menanggapi seadanya, tampak tidak peduli.

Rania melirik Grace yang sedang merebahkan kepala di atas meja dan sibuk dengan ponselnya. Dia tak habis pikir, dengan kecantikan seperti itu Grace harusnya bisa mendapatkan pria mana saja. Tapi Grace selalu menolak, dengan alasan dia bisa mencintai dirinya sendiri.

Rania tersenyum geli mengingat ekspresi polos Grace saat menolak setiap pernyataan cinta yang datang, karena ekspresi itu berbanding terbalik dengan perkataannya yang kejam. Dia jadi penasaran, pria seperti apa yang bisa meluluhkan hati Grace.

Saat Rania kembali menatap ke depan, dia melihat pasangan itu sedang berbincang dengan keluarga besar. Bahkan Aska dan Aruna ikut bergabung. Entah ini hanya perasaannya saja, tapi Rania merasa bahwa Aska dan pria tampan bermata biru itu dari tadi terus melirik ke arah mereka.

Rania menyentuh pundak Grace. “Grace... kamu belum mabuk, kan?”

“Pertanyaan macam apa itu?” balas Grace kesal.

“Baguslah,” ucap Rania. Dia kembali menatap ke depan. “Sekarang duduk yang manis dan lihat siapa yang datang.”

Grace mengikuti arah pandangan Rania. Saat matanya bertemu dengan irish biru itu... tubuhnya langsung kaku dan napasnya tercekat seolah oksigen di sekitarnya perlahan menipis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 19

    Rania menatap Grace dengan tatapan syok, dia sama sekali tidak berharap untuk mendengar jawaban seperti itu dari Grace. Raut wajah Grace yang tampak serius jelas-jelas menunjukkan bahwa Grace sama sekali tidak bercanda dan apa yang dia katakan barusan adalah sebuah kebenaran.Rania bisa merasakan jantungnya yang berdegup kencang penuh rasa antisipasi. Sebuah pemikiran yang konyol tiba-tiba terlintas begitu saja di benaknya. “Grace, berapa usia kandunganmu?” tanya Rania dengan ragu-ragu.Ada jeda sejenak sebelum Grace menjawab dengan suara yang mengambang seolah dia juga tidak begitu yakin dengan jawabannya sendiri. “Aku tidak tahu pasti, tapi mungkin usianya kurang dari empat minggu.”Tubuh Rania menegang kaku mendengar jawaban Grace. Dia ingin bertanya lagi, namun mulutnya malah tertutup rapat. Pemikiran yang tadinya tampak konyol sekarang tiba-tiba terasa masuk akal.“Grace, ceritakan padaku semuanya! kenapa h

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 18

    Grace tapak gelisah, entah sudah berapa kali dia menarik napas panjang lalu memnghembuskannya lagi untuk menenangkan dirinya.Sudah dua hari berlalu sejak insiden mual tiba-tiba di restoran Faldi. Sampai detik ini, rasa mual itu tak kunjung hilang sepenuhnya dan pikiran buruk pun mulai memenuhi kepala Grace.Dan baru sekarang, Grace berani untuk melakukan hal yang seharusnya dia lakukan sejak rasa mual itu datang.Dengan tangan gemetar, dia membuka bungkus testpack. Matanya tak berkedip saat melihat strip putih kecil itu menyerap cairan di atasnya. Waktu seolah berjalan lambat dan Grace merasa dia seperti bisa mendengar detak jantungnya sendiri.Beberapa menit kemudian…Dua garis merah.“Ya Tuhan!” Grace sontak terduduk lemas di lantai kamar mandi. Dinding dingin menopang tubuhnya yang gemetar. Napasnya terasa berat."Aku hamil," bisiknya lirih, nyaris tanpa suara.Tiba-tiba rasa mual datang lag

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 17

    Faldi Arviano Salah satu teman dekat Grace yang berdarah campuran Indonesia-Thailand. Ibunya adalah orang Thailand sedangkan ayahnya adalah orang Indonesia.Grace mengenal Faldi lewat Rania saat masih menjadi mahasiswa di salah satu universitas ternama di Bandung. Kemudian mereka bertiga akhirnya menjadi teman dekat sampai detik ini. Walaupun Grace dan Faldi sering ssekali berbeda pendapat.Faldi mengambil jurusan kuliner. Sehingga begitu lulus, dia langsung terjun ke bidang kuliner dan membagun restorannya sendiri. Karena terlahir di keluarga kaya, Faldi sering sekali membeli restoran atau kafe yang sudah hampir bangkrut, kemudian dia akan mendesain ulang konsep dari restoran atau kafe tersebut sehingga lebih menarik dan bisa mendatangkan pelanggan yang lebih banyak lagi.Salah satunya adalah restoran yang didatangi Grace dan Rania saat ini. Sekitar tiga bulan lalu, restoran ini hampir tutup karena sama sekali tidak ada pelanggan yang datang. Tapi, begitu Faldi

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 16

    Grace terbangun lagi dengan mimpi buruk. Lagi dan lagi, dia merasa sejak kepulangannya dari Bali satu bulan lalu, hanya kegelisahan yang menguasai hatinya. Tidak terhitung sudah berapa banyak mimpi buruk yang dia alami.Grace menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia terus mengulang hal itu sampai merasa lebih tenang.Setelah cukup tenang, Grace memutuskan untuk segera bersiap-siap. Hari ini dia punya banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi lebih baik jika dia bergegas ke kantor agar bisa mulai bekerja.Tak butuh waktu lama, Grace kini sudah duduk dengan nyaman di dalam taksi yang akan membawanya ke kantor tempat dia bekerja.Jalanan kota Bandung cukup sepi pagi ini dan hanya butuh beberapa menit, taksi yang ditumpangi oleh Grace berhenti di depan sebuah gedung tinggi yang merupakan gedung kantor Grace. Setelah membayar, Grace segera keluar dari taksi.Seperti biasa, saat Grace memasuki gedung kantor, pa

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 15

    Rain terduduk di atas sofa dengan tatapan tajam yang mengarah ke pintu keluar. Sampai akhir, Grace tetap menolak pernikahan yang dia tawarkan. Wanita itu bersikeras memintanya untuk melupakan hubungan satu malam di antara mereka.Rain ingin mendesak Grace lebih jauh agar mau mempertimbangkan tawarannya tersebut, tapi melihat cara Grace menatapnya, Rain jadi tidak tahu harus berkata apa atau harus bersikap bagaimana. Sama seperti delapan tahun lalu, tatapan mata Grace membuat Rain membeku dan tidak bisa mengerakkan kakinya untuk menyusul wanita itu dan menahannya agar tidak pergi.“Grace.” Rain mengucapkan nama Grace dengan nada lirih sarat akan keputusasaan.“Kenapa sangat sulit sekali untuk mencegahmu agar tidak pergi kemana-mana,” gumam Rain.Matanya terpejam rapat dengan perasaan berkecamuk yang memenuhi hatinya.***Grace masuk ke dalam kamarnya yang berseberangan dengan kamar Rania. Dia menutup pintu dan berjalan tergesa-gesa untuk mengambil koper di samping lemari, setelah itu d

  • Ikatan Tanpa Pilihan   Episode 14

    Grace bisa merasakan kepalanya mulai berdenyut sakit. Tangannya terangkat memijit pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit. Rain benar-benar sudah tidak waras, lelaki itu seperti sakit jiwa.Bagaimana bisa Rain mengatakan bahwa dia akan menikahi Grace dengan santai tanpa beban, seolah apa yang dia katakan adalah hal wajar yang sangat biasa dan memang sudah seharusnya dilakukan.Grace menghembuskan napas panjang, harus ada yang bisa berpikir jernih di antara mereka saat ini. Jika Rain tidak bisa, maka Grace yang melakukannya.“Jangan bercanda, Rain.” Grace berkata dengan tegas, matanya menatap Rain dengan tajam.“Aku tidak bercanda Grace,” balas Rain dengan cepat. Dia melemparkan tatapan serius ke arah Grace, berharap Grace percaya bahwa saat ini dia sedang tidak main-main dan apa yang barusan dia katakan bukanlah sebuah candaan.Napas Grace mulai tidak beraturan. Dia berusaha untuk mengendalikan dirinya, membahas tentang perni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status