Home / Romansa / Ikatan Yang Ditakdirkan / 1. Di Jemput Oleh Pria Asing

Share

1. Di Jemput Oleh Pria Asing

Author: Happy_autunm
last update Last Updated: 2021-04-30 13:54:11

Hari ini matahari terasa sangat membakar. Cahayanya yang menyilaukan, menembus kaca jendela kelas tepat di sebuah kelas yang berada di lantai dua. Dengan penyejuk ruangan dari kipas angin gantung sederhana di langit-langit. Walau sedikit tidak memuaskan, tapi cukup membantu di cuaca panas seperti ini.

Seorang wanita, mengenakan tunik polos coklat susu selutut, terusan celana longgar panjang putih dan berbalut pashmina abu-abu. Berdiri di depan papan tulis, menerangkan materi pelajaran pada para siswi di kelas dengan sangat serius.

Mereka semua adalah siswi, lebih tepatnya para pelajar perempuan. Itu karena tempatnya mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana khusus santriwati.

Kring..kring..

Bel berdering nyaring.

"Baik, kita sudahi materi kita sampai disini. Kalian boleh istirahat"

Para santriwati pun, satu persatu meninggalkan kelas.

Wanita itu pun bergegas membereskan beberapa buku materi mengajarnya dengan rapi ditangan nya dan berjalan keluar kelas.

"Alina!" 

Seseorang datang menepuk pundaknya dari belakang. Dan itu adalah namanya...

Alina. Hanya Alina.

Sedikit merasa terkejut, ia menghela nafas kemudian menoleh pada wanita yang baru saja menghampiri nya.

"Maya kau mengagetkan ku!" 

Alina dengan sengaja melangkah lebih dekat untuk menyenggol bahu wanita itu. Maya hanya tertawa menerima perlakuannya.

Dan Maya, adalah teman masa kuliah. Sahabat dan sudah seperti keluarga untuk Alina. Keduanya sama-sama berkerudung. Hanya saja Maya jauh lebih relijius dan feminim.

Maya selalu dengan gamis yang membuat nya selalu terlihat anggun dengan lilitan kerudung yang sempurna hingga menutupi dada.

Lain halnya dengan Alina yang tampil modis dengan berbagai macam bentuk lilitan hijab dan pakaian nya yang selalu tampak fashionable.

Sekolah tempat mereka mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana yang terletak di kota Z. Sekolah itu hanya di khususkan untuk perempuan.

Alina mendapatkan saran untuk bekerja di sana oleh Maya yang memperkenalkan nya pada tempat itu. 

Maya tau tentang Alina yang sangat membenci pria dan betapa wanita itu menjauhi lingkaran yang ada jenis kelamin tersebut didalamnya.

Meski penghasilan nya tidak terlalu memadai seperti di sekolah elit. Selama ia tidak terhubung dengan pria, itu sudah jauh lebih cukup.

Mereka bergegas ke ruang guru untuk meletakkan buku-buku di tangan mereka. Setelahnya mereka berjalan ke kantin yang sama dengan anak-anak. Mengambil sudut tempat yang kosong, Alina duduk.

Sedangkan Maya pergi memesan pesanan mereka. Sebagai teman akrab, Maya sudah menghafal apa yang di sukai Alina. Jadi ia dapat memesan tanpa harus bertanya lagi.

"Cuaca panas seperti ini sangat membuat gerah!" Keluh Alina. 

Ia mengibas-ngibaskan tangannya di sekitar wajahnya yang sudah muncul beberapa titik keringat. 

Alina juga dapat merasakan leher nya yang tertutup balutan hijab sudah bercucuran keringat. 

"Tepat sekali!" 

Maya datang membawa nampan pesanan mereka di atas meja. Ia meletakkan segelas jus jeruk dingin kepada Alina dan teh dingin untuk dirinya. "Minuman dingin sangat membantu untuk situasi seperti ini" Maya meletakkan jus jeruk dingin ke sisi Alina.

Alina bergegas menarik gelas lebih dekat, menarik sedotan ke mulutnya, ia menyeruput minumannya. "Ahh.." Dan dingin es dan segarnya jus jeruk, membuat rasa gerahnya sedikit berkurang. "Sekarang jauh lebih baik" Tukasnya.

Lalu ia mengaduk sedotan di gelas, membuat keributan kecil dari es yang saling bertubrukan.

"Aku sepertinya harus mengambil cuti beberapa hari untuk kembali ke kota Y" 

"Kenapa?" 

"Nenek ku jatuh sakit, Ia mengabari ku semalam. Tentunya aku harus pulang untuk melihat"

Kota Y adalah tempat Alina berasal. Tidak seperti Maya yang memang berasal dari kota Z. Hanya saja ia melanjutkan studi perguruan tinggi nya di kota Y. Karena itulah mereka berjumpa.

Kota Y dengan Z sangat jauh berbeda.

Kota Y merupakan kota metropolitan yang sudah sangat berkembang pesat dan jauh lebih maju. Tidak seperti kota Z yang masih sangat kurang dalam segi kemajuan nya.

"Kalau begitu pulang lah! Kirim salam ku untuk nenek mu" Tukas Maya yang tentu saja mengenali neneknya Alina. Semasa kuliah dulu, ia sering mendatangi kediaman Alina yang merupakan rumah neneknya.

Ketika waktu istirahat selesai. 

Alina dan Maya kembali bersiap untuk mengajar di kelas selanjutnya.

Alina hanya memiliki satu kelas yang tersisa untuk hari itu. Setelahnya ia dapat mengurus cutinya untuk kembali ke kota Y.

___

"Iya nenek! Aku sedang dalam perjalanan pulang" 

"Em!"

"Assalamu'alaikum"

Dan Alina menutup telepon nya. 

Karena gajinya terbilang cukup kecil, untuk menghemat pengeluaran, Alina mengambil jalur transportasi darat.

Yaitu dengan menaiki kereta api. Jika menggunakan transportasi udara hanya menghabiskan waktu satu jam perjalanan. Karena ia menggunakan jalur darat, tentu jauh lebih lama dari itu.

Karena itu bukan hari libur. Kereta api jauh lebih sepi. Membuat Alina jauh lebih nyaman didalamnya.

Ia duduk seorang diri dengan kepala di miringkan, bersandar ke kaca jendela.

Ia dapat melihat pandangan pepohonan hijau yang masih terlihat asri perlahan-lahan terlewati begitu saja.

Merasakan kecepatan laju kereta api juga waktu yang tanpa sadar, ia sudah sampai di kota Y.

Hari sudah malam. Alina tidak membawa banyak barang karena ia menyimpan beberapa pakaian di rumah neneknya.

Bersama tas tangannya ia keluar dari pemberhentian stasiun kereta api menuju ke jalan luar untuk mencari taksi.

Pada saat itu ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari neneknya lagi.

"Assalamu'alaikum nek..."

"Iya Alhamdulillah Alina sudah sampai"

"Apa?"

"Nenek mengirimkan seseorang menjemput ku?" 

"Em! Baiklah"

"Wa'alaikumsalam"

Memandangi ponselnya beberapa detik. Alina tenggelam dalam pikirannya. 

'Kenapa nenek mengutus seseorang untuk menjemput ku? '

'Apakah karena nenek mengkhawatirkan ku?'

Menyadari hal itu Alina merasa sangat tersentuh. Tentu saja wanita tua itu mengkhawatirkan nya. Apalagi sekarang sudah malam hari dan terlalu tidak aman untuk seorang wanita berjalan seorang diri.

Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depannya. 

Setelah Alina perhatikan, itu adalah Rolls-Royce hitam yang tampak luar biasa setelah dilihat lebih dekat. 

Seorang pria berjas hitam keluar dari pintu pengemudi. Datang berjalan kearahnya.

Pria itu menggunakan kacamata hitam yang sedikit mencolok. Warna kulit nya yang putih bersih sedikit bersinar di bawah penerangan lampu jalan.

Ada earphone bluetooth disalah satu telinga nya. Berdiri di hadapannya ia sedikit membungkuk sopan.

"Maaf, apakah anda nona Alina?"

Mengernyitkan dahinya, Alina memberi tatapan tak suka terhadap pria asing di depannya.

Pria ini mengetahui namanya?

Seakan menangkap jelas ketidaknyamanan nya. Pria itu langsung berterus terang.

"Kami adalah orang yang akan menjemput anda" 

Alina terdiam sejenak.

Jadi neneknya mengirimkan seorang pria asing ini untuk menjemputnya. Tapi kenapa harus pria?

Bukankah neneknya tau, betapa ia membenci berada di sekitar mereka.

"Sekarang nenek anda sedang di rawat inap di rumah sakit. Kami akan mengantarkan anda ke sana" 

Mendengar kata rumah sakit, Alina menjadi panik. Mengeluarkan ponselnya, ia langsung menghubungi neneknya untuk kejelasan.

"Assalamu'alaikum nek!"

"Kenapa nenek tidak mengatakan kalau nenek sedang di rawat di rumah sakit sekarang" 

"Jadi, pria asing ini orang yang kau kirim untuk menjemput ku?" 

Melihat kepada tampilan dan mobil pria itu. Alina tau pasti pria itu memiliki latar belakang keluarga kaya. Tapi keluarga biasa seperti mereka bagaimana mungkin memiliki hubungan dengan pihak seperti itu.

"Nenek bisa kau katakan siapa nama pria yang menjemput ku?" 

"..."

"Assalamu'alaikum" 

Panggilan berakhir.

Alina mengangkat wajahnya dengan acuh tak acuh terhadap pria asing di depannya.

"Siapa nama anda?" Alina bertanya untuk memastikan. 

Sebenarnya ia sangat ingin menolak untuk di jemput oleh seorang pria. Hanya saja ini adalah kebaikan neneknya yang sudah mengirim seseorang untuk menjemputnya. 

Bagaimana bisa ia menolak kebaikan wanita tua itu?

"Saya Bakri nona!" 

Itu bukanlah nama yang di sebut neneknya. Sepasang matanya menyipit, menatap tajam kearah pria asing itu.

Merasakan tatapan intens dari wanita di hadapannya. Pria itu sedikit canggung dan berdeham.

"Itu tuan saya, Zayyad didalam sudah lama menunggu. Apa kita bisa pergi sekarang nona?"

"Zayyad?" 

Itu adalah nama yang di sebut neneknya.

"Iya nona!" Jawabnya sangat sopan.

Jadi pria asing di depannya ini tidak seorang diri. Ada orang lain didalam mobil? 

"Nona?" Pria asing itu masih menunggunya bergegas.

"Em!" 

Alina langsung mengambil langkah kedepan untuk melewati pria itu.

Meraih gagang pintu mobil belakang. Alina tanpa sopan bersiap untuk menarik gagang pintu dan masuk.

"Nona sebentar!" 

Pria asing itu menahannya.

"Tuan Zayyad menyukai keluasan. Harap nona mengerti dan bermurah hati untuk duduk di depan"

Alina terdiam sejenak. Dan mengangguk kemudian.

Masih mengacuhkan pria asing itu. Ia membuka pintu depan dan duduk.

Dan mobil Roll Royce hitam itu melesat cepat di keramaian kota malam menuju kerumah sakit.

___

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 2

    Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 1

    Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Catatan Sifaaz

    Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Epilog

    Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   208. Menziarahi Kuburan

    Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   207. Kejutan Paling Indah

    Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status