Home / Romansa / Ikatan Yang Ditakdirkan / 12. Mengantarkan Kotak Makan Siang

Share

12. Mengantarkan Kotak Makan Siang

Author: Happy_autunm
last update Last Updated: 2021-06-12 01:27:27

Alina akhirnya dengan terpaksa pergi keluar vila hanya untuk mengantarkan makan siang untuk Zayyad. Bahkan neneknya juga berpesan padanya untuk menunjukkan bukti bahwa ia sudah mengantarkan makanan itu kepada Zayyad.

Alina sungguh ingin menghantuk kan kepalanya ke dinding.

'Sebenarnya yang menjadi cucunya itu aku atau Zayyad?'

"Bu, apakah anda ingin keluar?"

Alina melihat seorang pria mendekatinya, moodnya yang buruk semakin menjadi-jadi.

"Ada apa?" Tanya Alina ketus.

Pria tersebut menjadi gugup, menemukan sikap tidak bersahabat Alina. Ferdi yang sedang menyapu halaman, sekilas melihat pemandangan itu. Ia terus menggeleng kan kepalanya tak mengerti.

'Padahal Bu Alina terlihat sangat lembut dari luar, tapi kenapa kenyataannya tidak?'

"Saya supir yang di utus pak Zayyad untuk ibu. Kemanapun ibu pergi, saya dapat mengantar"

Jadi Zayyad sungguh memperkerjakan supir pribadi untuk membawanya pergi kemanapun?

Seandainya saja ia bisa mengendarai mobil. Mungkin ia hanya memerlukan mobil dan tidak butuh supir. Terlebih lagi itu adalah seorang pria.

"Antarkan saya ke perusahaan pak Zayyad"

"Baik bu"

Supir tersebut mempersilakannya naik kedalam mobil dan bergegas menuju ke perusahaan Zayyad yang letaknya lumayan jauh dari vila. Memang lokasi vila milik Zayyad agak jauh dari kota.

Setelah beberapa puluh menit perjalanan. Akhirnya Alina sampai di depan sebuah perusahaan yang sangat besar dan megah. Gedung bertingkat, yang entah berapa lantai di dalamnya.

Ketika Alina melangkahkan kaki kedalam. Ia segera menjadi pusat perhatian. Karena perusahaan besar itu sangat jarang kedatangan tamu wanita.

Alina mengacuhkan mereka semua dan berjalan ke meja resepsionis.

"Permisi bu, apakah ada yang bisa saya bantu?" Sapa seorang pria yang menjaga meja resepsionis.

Alina melihat seorang pria yang menyambutnya di tempat ini, terus mendengus kesal.

'Bahkan sampai di perusahaan pun orang pertama yang menyambut ku adalah pria?'

"Saya ingin keruangan Zayyad"

Pria tersebut sangat terkejut ketika mendengar Alina menyebutkan nama CEO mereka begitu langsung.

"Apakah anda sudah memiliki janji khusus sebelumnya dengan pak Zayyad?"

"Saya istrinya, apakah perlu janji temu?"

Pria itu memandangi Alina beberapa saat. Ia tau bahwa CEO perusahaan mereka di kabarkan baru saja menikah. Hanya saja ia tidak tau siapa istri CEO mereka itu. Karenanya ia merasa ragu dengan wanita berhijab di depannya. Bagaimana jika wanita di hadapannya ini berpura-pura mengaku sebagai istri CEO mereka?

"Maaf, tapi saya tidak bisa percaya begitu saja jika anda adalah istrinya pak Zayyad"

"Jadi anda meragukan saya?"

Pria itu perlahan mengangguk.

"Baik!"  Ucap Alina santai sambil mengeluarkan ponselnya.

"Saya akan menelpon Zayyad sekarang untuk memecat karyawan yang bahkan tidak kenal istri CEO mereka sendiri"

"Jangan bu!" Seru pria penjaga meja resepsionis itu dengan raut wajah panik. Mendengar ancaman Alina, tentu saja ia menjadi takut. Bagaimana jika di hadapannya ini sungguh istri dari CEO mereka?

Melihat responnya, Alina tersenyum puas. Dalam hati ia merasa bangga karena berhasil menggertak seorang pria hari ini.

"Seseorang!" Pria tersebut terus menghentikan sembarang orang acak.

"Tolong antar kan ibu ini ke ruangan pak Zayyad"

"Baik!"

Alina merasa sangat kesal. Kenapa harus pria lagi?

Apakah di perusahaan besar ini sama sekali tidak memiliki karyawan wanita di dalamnya?

Tiba-tiba Alina teringat pembicaraannya dengan Maya lewat telepon semalam. Maya sempat mengatakan bahwa perusahaan PT Jaya Sejahtera seratus persen karyawan yang bekerja didalamnya adalah seorang pria.

"Silahkan Bu, lewat sini"

Sopan pria itu memberi jalan pada Alina. Lalu mereka berjalan kearah lift. Alina sebenarnya claustrophobic, akan tetapi itu tidak begitu parah sampai ia tidak berani menggunakan lift.

"Ruangan Zayyad ada di lantai berapa?"

"Lantai 50, khusus untuk CEO"

Zayyad di kenal sebagai bos besar yang sangat tertutup. Di lantai 50 itu sudah seperti wilayah pribadinya karena memang tidak ada sembarang karyawan yang boleh mendatangi tempat itu kecuali memiliki keperluan khusus. Itupun mereka harus melaporkannya lebih dulu kepada asisten yang merangkap sekretaris pribadinya, Bakri.

"Khusus? Kalau begitu cukup antar saya sampai disini"

Karena Alina sudah berkata demikian, pria itu hanya mengangguk dan pergi. Alina terus masuk kedalam lift. Menekan tombol 50.

Ting! Pintu lift tertutup rapat.

Meskipun claustrophobic yang Alina derita tidak begitu parah. Tetap saja ia masih merasa sedikit gelisah jika terlalu lama berada di tempat sempit dan tertutup. Salah satu kakinya mengetuk-ngetuk lantai, merasa tidak sabaran menanti pintu lift terbuka.

Ting! Pintu lift terbuka.

Alina bergegas keluar dari lift sembari menghela nafas lega. Setelah mendapatkan oksigen baru di tempat terbuka, ia merasa lebih baik.

"Bu Alina"

"Astaghfirullah"

Alina hampir saja jatuh karena terkejut.

"Maaf Bu! Saya tidak bermaksud—"

"Kenapa kamu seperti penampakan makhluk halus? Mendadak muncul begitu saja" Gerutu Alina kesal.

"Maaf Bu, karena sudah mengagetkan anda"

Bakri mendapatkan perintah dari Zayyad untuk membawa Alina ke ruangannya.

Resepsionis baru saja melaporkan bahwa seseorang datang mengakui sebagai istri CEO mereka.

Setelah Bakri melihatnya ternyata itu benar.

"Bu, ada perlu apa anda kemari?"

Mendengar pertanyaan Bakri, Alina semakin bertambah kesal.

'Dipikirnya aku mau melangkah kemari kalau bukan karena nenek?'

"Memangnya saya berkewajiban untuk memberitahu mu?"

"Maaf Bu, bukan itu maksud-"

"Cepat antarkan aku keruangan Zayyad"

Bakri merasa sangat kesal. Kelakuan Alina yang angkuh semakin terasa menyebalkan semenjak menyandang status istri Zayyad, bosnya.

'Kenapa bosnya itu harus di takdir kan dengan wanita seperti ini?'

"Baik bu, silahkan"

Bakri mengulas senyum terpaksa, membawa Alina pergi pada sebuah pintu.

Tepat ketika pintu di buka, Alina langsung di sambut dengan pemandangan seorang pria tampan berjas putih bersih, duduk dengan tegap memperhatikan map yang ada ditangannya.

"Bakri tinggalkan kami berdua" Titah Zayyad, tanpa memalingkan wajahnya yang menunduk memperhatikan map di tangannya.

Sikap Zayyad yang sangat serius itu, membuat Alina nyaris saja tersihir dengan betapa tampannya dia...

"Baik pak!"

Bakri pun keluar dan menutup pintu. Tinggal lah Alina dan Zayyad di dalam ruangan.

"Nenek menyuruh ku untuk mengantarkan makan siang untuk mu"

"Letakkan saja di meja kopi" Jawab Zayyad yang masih fokus sama pekerjaannya.

Alina berjalan ke meja kopi dan dengan santai duduk di sofa. Menyadari Alina yang sepertinya tidak berniat pergi, Zayyad mengerutkan dahinya.

"Apa ada hal lain?" Tanya Zayyad sembari membalikkan halaman map yang sedang dibacanya.

"Nenek tidak mengizinkan ku pulang sebelum melihat mu menghabiskan makanan ini"

Tangan Zayyad yang memegang map menegang.

"Dan aku juga harus mengambil rekaman mu yang memakan habis makanan ini dan menunjukkannya ke nenek sebagai bukti kalau aku sudah menjalankan tugas ku..." Terang Alina.

Zayyad menutup map di tangannya, menoleh kearah Alina "Apakah harus?"

"Kau pikir aku mau melakukan hal konyol ini jika bukan karena nenek? Cepatlah menurut saja. Jika kali ini kau tidak bekerja sama, maka jangan salah kan aku karena juga menolak bekerja sama dengan mu"

Zayyad merajut sepasang alisnya, tatapannya berubah menjadi tajam, "Maksud mu?"

"Jangan salah kan aku jika membocorkan rahasia terbesar mu pada publik kalau kau itu sebenarnya-"

"Cukup!"

Zayyad akhirnya berdiri. Mata coklatnya sekilas melempar tatapan membunuh pada Alina.

Alina mengerutkan bibirnya nyaris ingin tertawa mengejek, 'Menatap diriku seperti itu, pelukan ku semalam saja dia sudah hampir pingsan!'

Zayyad berjalan ke sofa tunggal dan duduk.

Alina tau pria itu menjaga jarak darinya.

Zayyad mengambil kotak nasi yang Alina bawa dan membukanya. Tepat ketika ia mengambil sesendok suapan ke dalam mulutnya. Kunyahan pertama, hampir membuatnya ingin muntah, "Makanan apa ini?"

Itu sangat asin, nyaris seperti memakan sesendok garam.

Alina melipat bibirnya rapat, menahan tawa yang hampir saja meledak.

Zayyad menatap nanar ke kotak makanan di tangannya, "Kau sengaja melakukannya?"

"Sengaja atau tidak, peraturannya tetap sama! Kau harus menghabiskan makanannya atau-"

Zayyad dengan terpaksa mengambil sesendok makanan itu lagi ke mulutnya. Bahkan kali ini tangannya bergerak sangat cepat, berusaha keras untuk segera menghabiskan makanan itu.

Zayyad sama sekali tidak sadar kalau Alina sedang merekamnya sembari terkikik kecil.

Aksi seorang bos besar di depannya itu sungguh sangat menghibur.

"Selesai!" Zayyad meletakkan kotak nasi yang sudah kosong di atas meja.

"Ugh"

Menutup mulutnya Zayyad bergegas ke kamar kecil.

"Pfft.."

Detik itu Alina sudah tidak mampu lagi menahan gelak tawanya.

___

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 2

    Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 1

    Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Catatan Sifaaz

    Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Epilog

    Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   208. Menziarahi Kuburan

    Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   207. Kejutan Paling Indah

    Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status