Share

Chapter 3

Semalaman hingga menjelang pagi Lisa tidak bisa tidur terus memikirkan suaminya yang tak kunjung pulang bahkan nomornya pun sampai sekarang belum aktif.

Hatinya semakin gundah, apakah benar suaminya telah berselingkuh darinya, apa salahnya sampai dia tega melakukannya.

Lisa terus menangis, dia jadi tidak fokus untuk melakukan sesuatu Laras pun sampai tidak diurusnya karena selalu memikirkannya suami berkali-kali dia menelfon lagi tapi masih tetap tidak aktif, lalu menelfon teman-teman suaminya jawabannya mereka semua tidak tau hingga dia pasrah dan berdoa pada sang kuasa agar diberi petunjuk.

Hingga sore hari menjelang magrib nomor itu baru aktif dan Lisa langsung menelfonnya.

Tapi tidak diangkat kini dia terkejut lagi malah ada pesan suara yang dia terima dari perempuan itu menggunakan nomor suaminya.

pesan suara itu berbunyi.

'Jangan ganggu suamiku, dia sudah menjadi milikku dan hapus nomor suamiku'

jederr...

Betapa sakit hati ini mendengarnya, air mata pun luruh begitu saja tak bisa ditahan apalagi dia mengirimkan sebuah foto lagi yang mampu membuat hati siapa saja yang melihatnya terguncang.

Lisa membalas pesan dan bertanya sambil mendoakan mereka berdua dengan doa yang tidak baik akibat emosi dan hatinya yang maras.

'Siapa kamu? apa buktinya kalau kamu istri dari suamiku tunjukkan jika kalian sudah menikah'

'Tanya saja pada suamimu, bahkan kami sudah melakukannya dua kali dihotel.'

jlebb...

Sudah dua kali melakukannya di hotel apakah dia tidak pulang itu sedang bersama perempuan itu, hati Lisa benar-benar perih dan sesak mendapati kenyataan bahwa benar suaminya telah berselingkuh.

'Mana suamiku? cepat berikan ponsel ini pada orangnya.'

'Suamimu sedang kelelahan setelah puas bermain denganku. Sudahlah menyerah saja dia sudah jadi milikku'

'Dasar kamu wanita tidak tau diri, kamu merebut suamiku. Apakah kamu kekurangan pria di dunia ini atau tidak laku sehingga suami orang pun kamu ambil.'

Lisa sangat marah saat mengetik pesan itu matanya sudah sembab dan memerah akibat menangis terlalu lama.

'Kita saling mencintai, dan aku tidak masalah jika dijadikan yang kedua.'

Balas perempuan itu yang ternyata Zoya yang telah berhasil memperdaya suaminya supaya masuk kedalam jeratannya.

'Kalian berdua, memang manusia yang tidak mau malu apalagi kamu. Semoga Allah membalas pengkhianatan kalian padaku dan kamu mendapat karmanya yang lebih perih dari ini.'

Klik..

Setelah memberi pesan terakhir itu Lisa mematikan ponselnya tidak mau melihat atau membaca balasan dari perempuan tidak tau malu itu.

Lisa menangis dengan suara pelan tak ingin terdengar dengan tetangga sebelah yang begitu dekat karena mereka bersebalahan.

Seolah mengerti perasaan ibunya, Laras hanya diam saja tidak rewel tapi sesekali menanyakan dimana ayahnya yang dijawab dengan masuk akal oleh Lisa.

Sampai Laras tertidur, Lisa pun tidak makan sama sekali pekerjaan rumah dia kerjakan secara asal hingga dia pun ikut memejamkan mata pasrah disamping putrinya, tapi tetap saja hati tidak bisa dibohongi meski dia sudah berusaha memasrahkan hatinya dan ikhlas jika akan bercerai nantinya hati tetap merasa sakit, sangat sakit.

Hingga suara ketukan pintu dan terdengar seseorang mengucapkan salam didepan kontrakannya, dia mengenalinya tapi tidak membuka pintunya hanya menjawab salam dengan pelan tapi tidak beranjak dari tempat tidurnya.

Lisa juga tidak mengunci pintu, meski hatinya marah pada suaminya tapi disisi lain dia tetap ingin meminta penjelasan terhadap suaminya.

Kenapa suaminya melakukan itu tidak ingatkah dia akan dosa, tidak ingatkah dia terhadap anak perempuannya yang masih kecil.

****

Ari masuk setelah membuka pintu, hatinya merasakan sesuatu yang pasti sangat salah, dirinya menyadari apa yang terjadi dan sangat merasa bersalah pada istrinya.

Dia pulang karena ingin menjelaskan semuanya, awalnya Ari tidak diijinkan pulang oleh Zoya tapi Ari beralasan ingin melihat anaknya dan berbagai alasan lain yang tidak menyangkut tentang Lisa sehingga Zoya pun melepaskannya.

Ari bernafas lega karena Lisa tidak mengunci pintunya dia juga sudah menduga bahwa istrinya sudah mengetahui bahwa dirinya telah mengkhianatinya.

Hati Ari sedih dan juga khawatir takut istrinya akan meminta cerai darinya dan rumah tangganya benar-benar hancur hanya karena bermain-main.

Ari menutup pintu depan dan berjalan kearah kamarnya yang pasti anak dan istrinya ada disitu, dia membuka kenop pintu dengan pelan dan mendapati istrinya tidur memunggungi pintu.

Tapi Ari yakin Lisa belum tidur, karena terdengar suara isak tangisnya yang begitu pelan dan menyayat hati.

Ari kemudian mendekati dan ingin memeluknya tapi tanda diduga Lisa menolaknya dengan menepis tangan Ari. Sudah pasti ditolak Ari tidak marah dia hanya merasa bersalah.

"Pergi.. untuk apa kamu pulang. Masih ingat rumah, masih ingat anak dan istri." ucap Lisa pelan namun tajam tanpa ingin memandang suaminya.

Hal itu sukses membuat hati Ari sedih dan semakin merasa bersalah.

"Kenapa aku tidak pulang? walau ini bukan rumah kita tapi ini tempat tinggal kita sekarang dan aku juga punya anak, tentu saja aku pulang." jawab Ari berusaha biasa saja.

Lisa bangun dari tidurnya dan menatap suaminya dengan penuh amarah, Ari dapat melihat mata Lisa yang sembab pasti Lisa menangis terus melihat itu lagi-lagi membuat hati Ari merasa perih.

"Kalau kamu ingat pulang, lalu kenapa kamu nomormu tidak aktif dan aku telfon tidak diangkat dan malah dimatikan sekalinya diangkat malah suara perempuan yang membalas dan bilang jangan ganggu suamiku

Siapa dia?" tanya Lisa dengan nafas yang menggebu-gebu dan suara yang agak tinggi.

"Husstt... jangan berisik nanti anak kita bangun dan tidak enak terdengar tetangga, ini sudah malam." jawabnya acuh tapi hatinya sakit juga.

Lisa mendengus marah dia beranjak dan meninggalkan suaminya begitu saja, suaminya mengejar sampai diruang tv.

"Lisa.. dengar ponselku mati karena kehabisan baterai dan..."

"Dan apa? dan kamu sedang bermesraan dengan wanita lain sampai kamu lupa untuk mengabariku. Begitu iya. kamu jahat mas kamu jahat." Lisa memukuli Ari dibagian dada dan lengannya dengan kuat bahkan juga menggigitnya penuh emosi, Ari hanya menerimanya tanpa membalas meski dia kesakitan tapi itu tidak dia rasakan karena tidak sebanding dengan rasa sakit istrinya yang sudah dia torehkan.

"Kamu jahat, apa salahku? siapa perempuan itu? ceraikan aku jika kamu ingin bersama perempuan itu. Aku tidak mau punya suami yang tega mengkhianati ku." maki Lisa pada suaminya didampingi dengan air mata dan tangan terus memukuli.

Mungkin besok pagi akan terjadi pembengkakan dimana-mana karena akibat pukulan itu. Ari tidak menjawab dia juga tidak mencegah istrinya terus memukulinya dia hanya berharap dengan ini hati istrinya bisa menjadi sedikit tenang.

"Lisa jangan bicara begitu, aku akui aku khilaf. Maafkan aku Lisa." ucap Ari mencekal tangan Lisa yang terus memukulinya tapi Lisa enggan disentuh olehnya dan memberontak.

"Lepaskan, jangan menyentuhku! lepas." tolak Lisa tapi Ari tidak melepaskan dia malah memaksa Lisa untuk melakukan hubungan intim tentu saja Lisa tidak mau dan merasa jijik tapi Ari terus memaksa.

Entah apa maksudnya Ari melakukan itu, tapi dia seperti sengaja melakukannya. Dan yang seharusnya tidak terjadi karena Lisa sedang kecewa malah terjadi juga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status