Share

Chapter 4

Pagi hari menyingsing, seperti biasa Lisa bangun pagi mandi besar lalu menunaikan ibadah sholat subuh.

Setelah sholat Lisa berdoa dengan khusyuk, kejadian kemarin tak membuatnya berhenti menangis, apalagi semalam suaminya memaksanya melakukan hubungan itu.

Dia sangat kecewa dan tidak terima, dia bertekad akan mendiamkan suaminya itu tapi mulut berkata lain tetap saja dia butuh suaminya karena dia mencintai suaminya dengan tulus karena Allah.

Setelah dipikir-pikir perceraian tidak ada bagusnya dia berfikir ini adalah cobaan, ujian pernikahan dari Allah untuknya. Jika dia meminta cerai maka dia tentu saja kalah dengan setan dan kalah juga dengan perempuan itu.

Maka dari itu dia berikhtiar dan berdoa terus kepada Allah supaya sang kuasa memberinya kesabaran dan juga hikmah dibalik semua ini.

Lisa melepaskan mukenanya setelah selesai ritual melaksanakan perintah Allah.

Dia berjalan ke dapur guna untuk mempersiapkan semuanya, dia tidak membangunkan suaminya karena masih marah hingga suaminya bangun sendiri.

Lisa juga tidak menyapa atau bersalaman setiap habis sholat seperti kebiasaannya.

Ari membiarkan itu dengan menghela nafas dia berlalu ke kamar mandi untuk mandi.

Lisa tetap menyiapkan sarapan untuk suaminya namun kali ini hanya sendiri, dia tidak mau sarapan bersama bahkan dirinya menyibukkan diri dengan hal lain.

Ari sudah selesai mandi dan bersiap untuk kerja dan melihat sarapan sudah tersedia ditempatnya tapi hanya satu tidak biasanya sarapan akan ada dua piring karena Laras makan berdua dengan ibunya.

"Lisa, ayo kita sarapan bersama?" ajak Ari ingin menyapa dan mengajak makan bersama, tapi sama sekali tidak dijawab oleh Lisa.

Dan kebetulan Laras bangun, ini jadi kesempatan untuk Lisa mengurus putrinya dan tidak meladeni suaminya.

Ari hanya menghela nafas lagi, dirinya memang salah sangat salah dan dia menerima jika istrinya mengabaikannya.

Jadilah Ari makan sendiri dengan menelan susah payah nasi goreng itu meski enak tapi hatinya hambar dia merasakan sesuatu yang hilang.

Sampai ingin berangkat pun Lisa tidak mendampinginya masih sibuk sendiri dan dia tau itu hanya untuk menghindarinya.

"Lisa, aku berangkat." kata Ari mencoba berbicara.

Lisa diam saja tidak menjawab bahkan tidak ingin bertatap muka.

"Lisa, kenapa kamu diam saja?" masih tidak digubris oleh Lisa.

Ari mendesah, "Maafkan aku Lisa, aku khilaf. Aku tidak akan berhubungan lagi dengannya. Aku hanya main-main tolong jangan kamu diamkan aku begini."

Lisa tetap tidak menjawab, tangannya terus merapikan rambut Laras sampai selesai. Dia ingin beranjak tapi segera di cekal oleh Ari membuatnya jadi tertahan.

"Lisa, aku sedang berbicara denganmu?"

Dibalik itu Lisa menitikkan air mata, rasa sakit masih terasa dihatinya.

Lalu dia berbalik dan menatap suaminya dengan emosi

"Jika kamu tidak ingin diabaikan, maka aku perlu bukti kamu tidak berhubungan dengan perempuan tidak tau diri itu." ucap Lisa dengan suara meninggi.

Ari segera menutup bibirnya, "Husstt jangan keras-keras ngomongnya malu terdengar tetangga."

Lisa melepaskan tangan itu dan berkata, "Malu terdengar tetangga tapi kamu tidak malu melakukannya. Sekarang aku tanya apa benar kalian sudah menikah?"

"Tidak, aku tidak menikah dengannya, aku khilaf." jawab Ari.

"Lalu, apa benar kamu sudah melakukan hubungan badan dengannya dua kali dihotel." tanya Lisa lagi, ada nada berat saat mengatakannya.

Ari terdiam sejenak. "Iya, itu benar." jawabnya lesu.

Air mata Lisa turun lagi, hatinya benar-benar tertusuk ribuan jarum sakit sekali dia menekan dadanya yang terasa seperti sesak nafas.

Kenapa harus sampai berhubungan terlarang itu, jika hanya bermain-main dan tidak melakukan apa-apa mungkin rasanya tidak akan sesakit ini seketika dia merasa jijik terhadap suaminya sendiri.

"Kamu menjijikkan mas, aku tidak mau disentuh olehmu. Kamu benar-benar sama dengan dia tidak tau diri." setelah mengucapkan itu Lisa membawa anaknya masuk kamar dan menguncinya.

Lisa menangis dibalik pintu, Laras hanya terdiam melihat ibunya menangis seakan mengerti bahwa ibunya sedang bersedih.

Ari terpaksa pergi bekerja dengan tidak semangat, ada rasa penyesalan dalam hatinya karena telah melakukan kesalahan itu.

Diluar Ilham menyapa Ari dengan sopan dan dibalas Ari dengan sopan pula dengan raut wajah biasa saja.

Ari memang pandai menyembunyikan perasaannya, dia tidak mau masalahnya diketahui oleh orang lain termasuk keluarganya sendiri.

****

Lisa diam-diam mencatat nomor ponsel dari wanita itu saat Ari sedang mandi, dia juga memeriksa semua isi ponsel suaminya. Memang tidak sopan tapi dia ingin mengetahui sendiri apa saja yang mereka lakukan dan katakan diponsel itu.

Tak ada yang spesial sebenarnya bahkan nama wanita itu tidak diberi nama hanya nomor saja kata-kata nya pun tidak ada yang romantis hanya dibalas perkataan biasa oleh Ari namun dari wanita itu sungguh kata-katanya menjengkelkan.

Digaleri foto pun tidak ada foto mereka sama sekali, foto yang dikirimkan pun seperti foto diambil secara sepihak tapi tetap saja hati ini merasa sakit mendapati suaminya telah berselingkuh.

Lisa mencoba memberi pesan pertama kepada wanita itu untuk menanyakan sesuatu.

'Hai wanita siapa nama kamu? kenapa kamu mengganggu suami saya?' katanya berbasa-basi.

Dan dibalas langsung oleh wanita itu dengan cepat.

'Namaku Zoya, siapa yang mengganggu suamimu, dia sendiri yang mau denganku.' jawabnya enteng.

'Tidak ada seorang laki-laki yang tergoda jika wanita itu tidak menggoda duluan' jawab Lisa.

Berarti suamimu tergoda denganku, makanya jadi wanita itu harus cantik dan pintar merias jadi suami juga tidak berpindah ke lain hati.'

jawabnya bertolak belakang, padahal dari awal wanita itu yang selalu mengejar Ari.

'Kamu benar-benar wanita tidak tau diri, tidak waras. Jika kamu wanita baik-baik tidak mungkin kamu melakukan hal yang tidak terpuji ini dengan menyukai laki-laki yang sudah beristri.'

Saat pesan itu dibaca oleh Zoya dirinya emosi tidak terima dikatakan tidak tau diri dan tidak waras diapun membalas lagi dengan sengit.

'Kamu yang tidak waras dan tidak bisa menjaga suamimu. Dan jangan hanya berani berbicara diponsel, ayo temui aku dan kita bertatap muka kalau kamu berani.'

'Aku tidak mau meladeni wanita sepertimu yang hanya akan menyia-nyiakan waktuku.'

Klik ponsel pun dimatikan

Lisa tidak mau membaca balasan lagi dari wanita itu, sudah cukup dirinya menyia-nyiakan waktunya untuk meladeni pelakor itu.

Tapi Lisa tidak tau saja rupanya Zoya sangat marah, dia berjanji akan membalas penghinaan ini dengan berlipat-lipat.

"Awas saja kamu, aku akan buat kamu sengsara seumur hidupmu. Lihat saja aku akan buat kamu terus menangis selama hidupmu." gumamnya dengan tersenyum miring.

Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Nirwana Nana
Ari mulai di godaiin Zoya. TPI Ari blum peka arti dari sapaan sih zoya
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status